"Kebakaran, Jo!" pekik Kaluna sambil berlari melesat keluar ruangan Jonathan. Kaluna berlari di belakang Jonathan yang sudah lebih dulu berlari. Jantung Kaluna memompa lebih cepat hingga memacu adrenalin-nya akibat perasaan kaget bercampur takut akibat suara alarm kebakaran yang terus berbunyi dengan keras."Astaga! Kaluna! Kamu lupa buka jendela ventilasi dapur!" teriak Jonathan kalut saat kakinya sudah sampai di depan pintu dapur yang sudah berasap tebal. Di depan mata Jonathan ia sudah melihat kobaran api kecil dari bagian oven yang lupa Kaluna tutup, genangan air sudah terlihat di lantai dan dapur dalam keadaan basah akibat sensor sprinkler (alat pemadam yang ada di atas langit-langit dan akan mengeluarkan air bila terasa adanya penambahan suhu ruangan) yang menyala mengeluarkan air. Beberapa alat dapur terlihat berasap dan basah karena terkena air yang banyak. Jonathan berjalan perlahan-lahan karena saat ini ia sudah melepaskan safety shoes (sepatu khusus di dapur) dengan sand
Kring ... kring ... kring ....Suara ponsel Kaluna mengusik waktu tidur Kaluna, dengan malas-malasan Kaluna mengambil ponselnya dari balik selimut. Ia melihat siapa yang meneleponnya dan tubuhnya bergetar saat melihat nama Okhe di layar ponselnya. "Ah ... tolong jangan kalian yang telepon, dong," pekik Kaluna tertahan dengan suara serak karena ia menangis semalaman.Kaluna menangis dari mulai ia keluar dari restoran, menaikki taksi online hingga tubuhnya menyentuh ranjang Kaluna tidak berhenti menangis seperti orang gila, untungnya supir taksi online tidak terlalu banyak bertanya dan Emma sudah tidur saat dirinya pulang. Kaluna menyelipkan ponselnya di bawah bantal berusaha untuk menghilangkan benda yang membuatnya stress. Kaluna kembali memejamkan matanya saat bunyi ponselnya itu lenyap.Sialnya saat ia memejamkan matanya pikiran Kaluna membawa ia kembali ke kejadian tadi malam, air matanya kembali mengalir saat ia mendengar teriakkan Jonathan, tatapan penuh kebencian lelaki itu dan
"Ngapain kamu, Kaluna?"Kaluna yang sedang berjalan di lorong restoran Moon langsung berbalik dan mendapati Raka yang terlihat berdiri menjulang, "Pak Raka?""Kamu sangka siapa? Setan?" canda Raka sambil berjalan ke arah Kaluna, "ngapain kamu ke sini? Hari ini libur, kamu nggak baca grup chat?"Kaluna menggaruk bagian belakang kepalanya bingung karena setelah tadi ia sadar kalau dirinya tidak tau alamat rumah Jonathan ia memutuskan untuk datang ke restoran, mencoba peruntungan semoga ia mendapatkan info tentang Jonathan atau kalau beruntung bertemu dengan pria itu. "Baca, Pak, saya ke sini mau kasih ini." Kaluna memberikan alasan sambil mengangkat map yang berisikan daftar supplayer bahan-bahan."Jonathan nggak ada, dia di rumah mungkin kecapean gara-gara kemarin dia bakar itu dapur," ucap Raka sambil menunjuk dapur di sampingnya yang saat ini sedang dibereskan oleh tukang.Kaluna memanjangkan lehernya untuk melihat seperti apa keadaan dapurnya dan saat matanya sudah melihat kekacauan
Kaluna berdiri di depan pagar berwana hitam, ia melihat ke sekeliling mencari tombol bel atau apa pun yang bisa membuat penghuni rumahnya itu mengetahui keberadaannya."Mbak, Mbak cari siapa?"Kaluna menoleh ke kanan dan mendapati seorang lelaki berbadan tegap mendekati dirinya dari balik pagar, "Saya mau ketemu sama Jonathan.""Mbak siapa dan Mbak udah ada janji?" tanya satpam yang di dadanya tertulis nama Asep."Saya Sous Chef Pak Jonathan di Restoran Moon, saya ke sini diminta Pak Raka buat kasih ini." Kaluna mengangkat amplop cokelat yang berisikan menu Chef Choise untuk bulan depan."Bukan wartawan, kan?" tanya Asep penuh selidik."Bukan, saya chef."Asep melihat dari atas ke bawah Kaluna, "Ya sudah, Mbak langsung masuk saja." Asep membuka pintu dan mengizinkan Kaluna masuk.Kaluna masuk ke dalam ditemani Asep, matanya melihat ke kanan dan ke kiri. Ia terpesona dengan rumah yang Jonathan tinggali, rumah itu bergaya Mediterania dengan dominan warna hitam membuat rumah itu terlihat
"Pakai bibir kamu, Lun." Jonathan mendekatkan bibirnya lebih dekat lagi dan saat bibir itu hampir menyentuh permukaan bibir Kaluna. Pip ... pip ... pip ... pip .... Spontan mereka berdua melihat ke arah kanan dan mendapati alarm ponsel Jonathan berbunyi, Kaluna melihat tulisannya di layarnya adalah sebuah perintah Jonathan untuk meminum vitaminnya. Dengan malas Jonathan mengambil ponsel dan mematikannya, ia menghela napas sebentar kemudian melihat wajah Kaluna yang masih dalam mode bingung. "Aku harus minum vitamin. Awas, Lun," ucap Jonathan sambil mengangkat tubuh Kaluna dengan mudah lalu mendudukkannya di samping tubuhnya. Kaluna memang ringan dan berbadan kecil hingga akan sangat mudah untuk dipindah-pindah seperti barang, apalagi tubuh Jonathan yang lebih besar dari Kaluna dan lelaki itu sangat rajin berolahraga, otot-otot di setiap inci tubuhnya seolah membenarkannya. "Kayanya ada pisang di sana," ucap Jonathan sambil berdiri dan berjalan ke arah meja dapur, ia mengambil pisa
"Lun ....""Apa?" sahut Kaluna sambil mencek daging-daging yang berada di dalam mesin dry aging."Ada yang nyari," ucap Okhe sambil menunjuk ke arah salah satu meja tamu.Kaluna yang awalnya berjongkok langsung berdiri dan menutup mesin dry aging, "Siapa? Mau apa? Mau aku yang masak?" tanya Kaluna yang paham kalau ada tamu yang mencarinya tak akan jauh dari meminta dirinya untuk masak.Okhe mengangkat kedua tangannya, "Nggak tau, tapi, tadi dia tanya ke anak waitres ada koki yang namanya Kaluna Dayana nggak," terang Okhe."Oke aku ke sana, aku mau kasih ini dulu ke Pak Jonathan," ucap Kaluna sambil mengangkat papan jalannya lalu berlalu dari sana meninggalkan Okhe. Saat ia berbelok Kaluna bertabrakan dengan Jonathan."Ya Tuhan, Lun," ucap Jonathan sambil menangkap tubuh Kaluna yang terhuyung akibat mereka bertabrakan, "kamu bisa liat-liat nggak kalau jalan?""Kamu jalan bisa nggak kalau liat-liat gitu? Udah tau badan setinggi tiang tower listrik, ini jalan maju terus pantang mundur,"
Plak ....Jonathan tidak bisa menahan tangannya hingga tanpa sadar menampar Gendis hingga wanita itu tersungkur ke lantai."Astaga, Jonathan!"Jonathan menoleh dan mendapati Kaluna kaget melihat ia menampar Gendis, Kaluna berlari mendekati Gendis dan memeluknya."Gendis kamu nggak apa-apa?" tanya Kaluna panik sambil melihat pipi gendis yang memerah akibat tamparan Jonathan."Sini kamu, Lun," perintah Jonathan sambil menarik tangan Kaluna agar menjauh dari Gendis. "Nggak usah dekat-dekat sama dia."Kaluna yang marah langsung menarik tangannya, dan tetap duduk memeluk Gendis, "Nggak mau, kamu kenapa nampar Gendis? Dia salah apa?" tanya Kaluna sambil melihat pipi Gendis yang makin bengkak dan memerah. "Kamu nggak apa-apa, Ndis?""Nggak apa-apa aku udah biasa, kok." Gendis berkata lirih sambil menoleh melihat Jonathan yang saat ini sedang menatapnya marah."Udah biasa gimana? Mana ada perempuan udah biasa ditampar? Kamu bukan artis sinetron azab, Gendis," ucap Kaluna gemas. Manusia macan
"Lun ... hai, Kaluna.""Hah? Apa?" tanya Kaluna sambil mengalihkan pandangannya dari rak bumbu dapur. "Kamu kenapa, sih?" tanya Emma."Nggak apa-apa, Bu, tadi Ibu minta apa sih? Minta mentega, kan?" tanya Kaluna sambil memberikan sebuah benda ke tangan Emma."Kan, ngaco ... ini butter bukan mentega, ampun ah kamu ngaco," protes Emma sambil mengembalikan sebungkus butter ke rak, "masa koki nggak bisa bedain butter ama mentega."Kaluna mengusap wajahnya dengan kedua tangannya, "Maaf, Bu."Emma mengambil mentega dan melihat wajah Kaluna, entah kenapa insting keibuannya seolah berbunyi mengatakan kalau ada yang tidak beres dengan putri semata wayangnya itu. Hidup berdua hanya dengan Kaluna dan sudah mengalami hal-hal dari yang paling sulit hingga paling bahagia bersama Kaluna membuat Emma menjadi sangat peka. "Kamu kenapa? Coba cerita sama Ibu, jangan uring-uringan sendiri, sini berbagi bebannya sama Ibu," ucap Emma sambil menjawil hidung Kaluna.Kaluna mengerucutkan bibirnya, kedua tan
"Why?" tanya Jonathan kaget karena Kaluna dengan cepat menjawab pertanyaannya tanpa menunggu jeda atau apa pun juga."Ibu sama siapa, Jo, kalau aku pergi," ucap Kaluna sambil menyuar rambut hitam tebal Jonathan. "Kalau aku pergi, nanti Ibu yang jaga siapa? Kebayang nggak kalau aku pergi tiba-tiba aja Tante Frida dan Eyang Sekar bikin ulah lagi, siapa yang jaga Ibu?""Tapi kan, mereka sudah berjanji nggak bakal ganggu kamu dan keluarga kamu." Jonathan mencoba mengingatkan Kaluna kalau Sekar dan Frida sudah menandatangani surat perjanjian untuk tidak menggangu Kaluna dan Emma karena Kaluna sudah melepaskan semua hak warisnya atas kekayaan dari Pamungkas."Untuk Eyang Sekar aku yakin dia nggak bakal bikin ulah." Kaluna tiba-tiba kembali mengingat pertemuan terakhirnya dengan Sekar di mana nenek tua itu menangis sambil memeluknya dan meminta maaf atas segala kesalahan yang ia perbuat dulu. Sebuah kesalahan yang menorehkan luka sangat dalam bagi Kaluna, sebuah kesalahan yang hampir membua
"Screw you!" maki Jonathan saat Raka kembali mengangat telepon dari dirinya. Hampir pecah kepala Jonathan saat mendengar perkataan Raka yang akan memecat dirinya dan ditambah sudah hampir lima belas menit Raka mengabaikan teleponnya."Cool man," ucap Raka santai sambil menahan tawanya karena dia tahu kalau ia sudah membuat Jonathan murka."Cool? Are you fucking kidding me, Raka!!""Chill oi ... sabar, santai ....""Orang gila mana yang tetep santai saat tahu kalau dirinya dipecat dari tempat dia bekerja? Hah? Orang gila mana? Mana semua resep, bahan dan cara kerja udah lo ambil semuanya!" Jonathan bukan takut tidak berpenghasilan bila dia dipecat dari Moon.Jujur bagi Jonathan untuk kembali membuka restoran dan mencari pekerjaan lain semudah menjentikan jari, sudah banyak pemilik restoran dan hotel-hotel bintang lima yang mau memperkerjakan dirinya. Tapi, yang Jonathan kesal adalah hampir semua resep, cara masak dan fondasi Moon itu adalah hasil buah pikirannya. Anggaplah Moon adalah
"Udah bangun?" tanya Jonathan saat melihat Kaluna membuka matanya, tanpa sadar ia tertawa melihat Kaluna memicingkan matanya karena sinar matahari yang ada si belakang Jonathan."Ah ... mataharinya, Jo," rengek Kaluna manja sambil menepuk dada Jonathan, "kamu kebiasaan deh nggak pernah rapet nutup jendela." Kaluna menarik selimut lalu menutupi wajahnya. "Jangan tidur lagi, Yang," pinta Jonathan sambil menarik selimut Kaluna dan langsung tertawa keras saat melihat raut wajah marah istrinya itu, "kenapa? Ayo bangun, Yang ... ini udah jam sembilan. Malu sama matahari," kekeh Jonathan."Ngantuk, Jo ... sumpah ngantuk banget, kamu sadar nggak sih kalau kita itu baru tidur empat jam," ucap Kaluna sambil melirik Jonathan dan mengembikkan bibirnya karena masih merasa ngantuk.Sumpah tubuh Kaluna saat ini lelah bukan main, rasanya setiap sendi di tubuhnya meminta Kaluna untuk terus berada di ranjang dan kelopak matanya meminta Kaluna untuk kembali tidur tapi, sialnya Jonathan benar-benar meng
Kaluna mendesah saat jemari Jonathan menyusup ke dalam pakaian dalamnya dan mengusap bagian paling sensitif miliknya hingga tanpa sadar ia merenggangkan kedua kakinya untuk menerima sentuhan Jonathan yang selalu membuat dirinya melentingkan tubuh."Yang bisa buka?" tanya Jonathan sambil sesekali mengecupi garis leher Kaluna dengan lembut seolah itu adalah benda yang harus ia sentuh dengan sangat hati-hati.Kaluna yang limbung kerena gulungan kenikmatan yang Jonathan berikan berusaha untuk melepaskan kancing-kancing pakaiannya dengan susah payah, tanpa sadar dia mengutuki kancing-kancing bajunya yang cantik namun sulit untuk terlepas, "Susah," bisik Kaluna.Setelah Kaluna berkata ia merasakan jemari Jonathan keluar dari tubuhnya, menghentikan gerakan erotis nan manis yang membuat Kaluna merasa kecewa karena tidak lagi tergulung dalam kenikmatan yang membuat birahinya meraung. "Jo," desah Kaluna sambil menatap wajah Jonathan yang saat ini sedang menatapnya, tanpa sadar ia mendekatkan w
"Jo, ini kita mau kemana sih?" tanya Kaluna yang kesal bukan main karena sudah duduk di dalam mobil selama hampir dua jam dan sama sekali belum menunjukkan tanda-tanda kalau mobil itu akan berhenti."Bentar lagi sampai kok, Nyonya ... tenang saja tempatnya bagus," ucap Bli Wayan yang hanya bisa tersenyum mendengarkan pertanyaan Kaluna yang entah sudah keberapa puluh kali diucapkan oleh wanita yang saat ini menatapnya dengan kesal."Bagus sih bagus, Bli, tapi kenapa ini kayanya jauh banget tempatnya, tepos pantat aku yang ada," gerutu Kaluna sambil menggerakkan pantatnya ke kanan dan ke kiri karena sudah mulai merasa sakit. Nasib pantat tepos."Mana yang sakit?" tanya Jonathan sambil menyelipkan tangannya ke punggung Kaluna dan bergerak turun ke arah bokong Kaluna."Aw ... Jo, sakit," pekik Kaluna sambil membulatkan matanya dan menahan tangan Jonathan, "jangan dicubit," rengek Kaluna manja."Sini aku pijitin," ucap Jonathan santai tapi sumpah demi apa pun Kaluna dapat melihat tatapan p
"Kenapa?" tanya Jonathan dari balik kacamata hitamnya yang membuat ketampanannya melonjak naik."Nggak," sahut Kaluna sambil membenarkan posisi duduknya. Saat ini mereka sudah berada di pesawat salah satu maskapai penerbangan komersil Indonesia. Sesekali Kaluna melihat ke arah jendela pesawat yang sudah terlihat awan putih yang menandakan mereka sudah berada di ketinggian yang cukup untuk melepaskan sabuk pengaman, "aku mau ke kamar mandi."Jonathan menggeleng sambil menahan tangan Kaluna, "Nggak ... kamu kenapa? Dari tadi malem kamu gelisah terus bahkan kamu tidur pun gerak mulu." "Aku mau ke kama ...." Kaluna menghentikan ucapannya saat melihat Jonathan melepaskan kacamata hitam dan menatapnya tajam, "Jo.""Duduk," perintah Jonathan dan langsung diikuti oleh Kaluna. Selama beberapa menit mereka saling diam dan tidak berkata apa pun juga, hanya terdengar suara sekitar mereka saja."I am waiting, Yang." Jonathan memecahkan kesunyian sambil melirik ke arah Kaluna, mencoba menjelaskan
"Kenapa lagi?" tanya Cakra saat melihat Karin dan keamanan hotel berada di dekatnya."Saya menemukan Bu Karin ingin membobol salah satu laci di ruangan kerja Bapak, Bapak selalu minta saya untuk menjaga laci di ruangan Bapak dan meminta tidak boleh ada yang membukanya tanpa terkecuali. Jadi, saya mohon maaf tadi saat saya lihat Bu Karin mau membuka laci dari CCTV langsung saya amankan, Pak," ucap keamanan hotel sambil melirik Karin yang terlihat marah."Saya ini istrinya, kamu nggak berhak buat memperla—""Terima kasih Pak, kamu sudah melakukan pekerjaan dengan baik. Sekarang biar saya urus dia sendiri, silakan kembali bekerja." Cakra mengabaikan perkataan Karin sambil meminta keamanan hotel pergi meninggalkan mereka."Aku duluan pulang, yah," ucap Kaluna sambil menepuk bahu Cakra, "bareng dia juga," lanjut Kaluna sambil menunjuk Gendis yang terlihat sedang mengutak atik ponselnya seolah memiliki dunianya sendiri."Kenapa ada itu lonte?" tanya Karin.Kaluna yang bersiap pergi langsung
"Kamu jangan lupa minum obat," ucap Kaluna sambil menutup pintu mobilnya dan berjalan ke arah pintu depan hotel."Iya, aku minum bentar lagi dan kamu udah konsultasi ke Dokte Fina?" tanya Jonathan melalui sambungan telepon."Udah, cerewet," jawab Kaluna sambil menahan tawanya karena sudah semenjak ia membuka matanya Jonathan terus mengingatkannya untuk konsultasi dan melakukan check up ke Dokter Fina."Bener udah? Kalau kamu bohong aku telepon Dokter Finanya," ancam Jonathan."Sono telepon, sekalian datangin hari ini," tantang Kaluna, "kamu kan emang ada janji sama Dokter Fina buat nanti sore jam lima. Aku tahu karena tadi Dokter Fina bilang kamu ubah jadwal konsultasi.""Salahin si Raka sialan ini yang maksa banget buat ketemu dan entah apa lagi yang mau dia bahas padahal dia udah aku kasih semuanya. Bahkan aku udah pilihin sous chef yang normal bukan si Rahmat Mcflurry," maki Jonathan yang kesal karena hari liburnya terganggu karena Raka."Ampun deh aku suka ngakak kalau inget si Ra
Kaluna memekik keras saat ia merasakan jemari Jonathan memasuki dirinya, bergerak dengan ahlinya hingga membuat ia menahan ledakan kenikmatan di bagian paling kecil tubuhnya yang menjalar dengan liat ke seluruh tubuh."Jo ... ah, bisa kamu pel — ah, Jo," desah Kaluna saat ia dibuat pusing karena digulung kenikmatan dari gerakan jemari Jonathan yang selali bisa melambungkan birahinya hingga ketitik tertinggi.Jonathan mencumbu bibir Kaluna untuk membungkam mulut istrinya yang terus mendesah dengan suara paling sensual yang ia dengar. Dengan ahli Jonathan mengecupi rahang Kaluna dan bergerak turun ke arah payudara Kaluna.Birahinya tercambuk sempurna saat ujung lidahnya menyentuh puting payudara Kaluna yang sudah mengeras, seolah sudah menunggu untuk Jonathan puja. Lidahnya bergerak liar nan sensual untuk memberikan kenikmatan bagi Kaluna, sesekali Jonathan menggigit dan menyesap payudara Kaluna. Memujanya.Kaluna hanya bisa menengadahkan kepalanya dan melentingkan tubuhnya saat ia mend