"Yang," panggil Jonathan sambil menepuk bahu Kaluna pelan.Kaluna beringsut keluar dari selimutnya, mengintip dari sela-sela selimut dengan mata yang perih karena menangis habis-habisan akibat mendengar perkataan-perkaatn pedas Sekar dan Frida, "Kamu kok masih di sini? Kamu nggak kerja?" tanya Kaluna sambil mencoba menyembunyikan wajahnya yang tak karu-karuan dari Jonathan.Jonathan tersenyum lembut sambil menarik selimut yang menutupi wajah Kaluna, ia membelai pipi kekasihnya itu sambil merapikan anak-anak rambutnya. "Jelek banget kamu, Yang.""Jo," rengek Kaluna seraya mengembikkan mulutnya, kesal rasanya saat sedang dalam suasana hati yang tidak baik lalu tiba-tiba digoda dengan kata jelek oleh lelaki yang selalu terlihat sempurna bernama Jonathan."Hahaha, iya ... kalau kamu kaya gini, kamu jelek, Yang," ucap Jonathan sambil menyodorkan piring berisi roti bakar kesukaan Kaluna, "makan dulu kamu, kamu belum makan siang. Nanti kamu sakit, berabe dan aku udah izin ke Raka, Raka bilan
Kaluna menggoyangkan kakinya pelan ke kanan dan ke kiri sedangkan matanya menatap kosong ke arah tembok rumah sakit. Hari ini adalah hari ia mengambil surat hasil tes DNA dan tadi dia sudah melakukan check up HIV dengan Dokter Fina untuk mengetahui kondisi tubuhnya. Hasilnya bisa langsung ia terima sekaligus dengan hasil tes DNA miliknya.Saat ini ia merasakan perasaan yang tidak enak itu bukan karena menunggu hasil tes general check up miliknya atau pun hasil tes DNA-nya. Ia tidak peduli sama sekali dengan itu semua, yang menjadi pikirannya adalah kata-kata Jonathan saat lelaki itu memeluknya dan mengatakan kalau Jonathan memiliki uang sebesar 80 juta dan mendukung keinginan Kaluna untuk melemparkan uang itu ke muka ayahnya. Kaluna dengan cepat menolak bantuan Jonathan karena menurutnya itu adalah hal gila dan membuang-buang uang milik Jonathan yang lebih baik digunakan untuk hal lain yang lebih berfaedah. Membayar katring makanan untuk pesta pernikahan mereka misalnya.Argh! Sudahl
Sebuah suara langkah kaki dan gemericing kunci terdengar jelas di kuping Pamungkas yang saat ini sedang berbaring beralaskan karpet anyaman lusuh berbau apek yang kebersihan dan kehigenisannya patut dipertanyakan.Mata Pamungkas terus melihat langit-langit sambil sesekali menghela napas berat karena mengutuki nasibnya yang seolah makin hari makin terpuruk dan hancur semenjak ia menikah dengan Emma. Seorang wanita kurang ajar yang sudah menduakan dirinya dengan lelaki lain dan menghianati cintanya. Sejujurnya Pamungkas memang sudah menaruh hati pada Emma, wanita yang memiliki senyuman manis dan bertutur kata lembut itu selalu menarik perhatiannya setiap ia pulang ke rumah ibunya dari pekerjaannya sebagai seorang pelaut yang hanya bisa pulang setahun sekali atau setahun dua kali, tergantung situasi.Ia ingat saat ia pulang ke rumah lalu melihat ayah dari Emma sedang berkunjung ke rumahnya karena membicarakan sesuatu dengan ayahnya prihal acara 17 agustusan di kompleknya. Awalnya Pamung
Pamungkas membuka pintu ruangan khusus untuk bertemu antara tahanan dan pembesuk. Dia mendapatkan ruangan khusus itu karena para sipir penjara pusing dan lelah mendengar ocehan ibu dan adiknya yang setiap datang selalu berteriak, menangis dan melakukan hal-hal diluar nalar yang membuat pembesuk lainnya merasa terganggu.Matanya terhenti pada seorang wanita cantik yang sedang menatapnya dengn tatapan kosong dan marah. Pamungkas beberapa kali mengerjapkan matanya karena terkahir kali ia bertemu dengan Kaluna adalah saat mereka bertemu di salah satu mall yang berujung dengan amukkan Kaluna yang menjambak rambutnya.Tanpa sadar ia menyentuh rambutnya yang terasa sedikit pitak, "Ngapain kamu ke sini?" tanya Pamungkas sambil berjalan ke arah Kaluna lalu duduk di depan Kaluna yang saat ini terus menatapnya tanpa berkedip atau mengalihkan pandangannya. Seolah wajah Pamungkas saat inj adalah magnet yang menarik perhatian bola mata Kaluna."Mau tanggung jawab karena bikin rambut saya botak?" ta
"Good job, everyone!" teriak Jonathan saat menghidangkan piring terakhir untuk tamu restoran malam ini.Matanya melihat kesekeliling dapur dan mendapati wajah-wajah lelah namun puas karena sudah bekerja dengan sangat baik hari itu. Minim kesalahan dan semua makanan dapat terhidang dengan sempurna sesuai dengan pesanan. Tidak ada pesanan tertinggal dan bahkan beberapa kali ia mendapatkan pujian dari tamu restoran yang mengatakan kalau makanannya enak."Selesai!" teriak Ibram sambil menepuk tangannya dan mulai mengambil perlengkapan masak yang sudah kotor karena bersiap untuk melakukan cleaning. Suatu kegiatan yang selalu mereka lakukan bila sudah memasuki jam closing restoran."Kalian kerja bagus tadi, dan Ibram ... saya suka dengan saus yang kamu buat hari ini. Semua rasanya pas dan balance," puji Jonathan sambil menunjuk Ibram yang saat ini sedang mengangkat kedua tangannya keudara seolah sedang berjoget karena mendapatkan pujian dari Jonathan."Bisa naik gaji kalau gini," ucap Ibram
"Bu, gimana Kaluna?" tanya Jonathan sesaat ia bertemu dengan Emma yang saat ini sedang berbincang dengan seseorang yang terlihat sebagai Dokter."Jonathan, aduh untung kamu cepet dateng," ucap Emma sambil menepuk bahu Jonathan pelan, "Kaluna masih pingsan dia belum sadar.""Gimana keadaan Kaluna, Dok? Dia kenapa bisa pingsan?" tanya Jonathan waswas seraya memeluk Emma berusaha untuk menenangkan calon mertuanya itu."Keadaan pasien baik-baik saja dan kalau misalnya pasien nanti sudah sadar bisa langsung dibawa pulang karena semuanya baik-baik saja nggak ada yang aneh-aneh. Tanda-tanda vital juga berjalan normal."Mendengar penjelasan itu Jonathan bernapas lega, "Kalau semuanya normal kenapa Kaluna dibawa ke rumah sakit? Terus ini kenapa bisa Kaluna pingsan?" tanya Jonathan sambil melirik Emma yang masih terlihat pucat karena khawatir dengan keadaan Kaluna."Saya kurang paham apa yang terjadi, tapi, pasien ini pingsan di Rutan XXX dan menurut penuturan sipir penjara katanya pasien ini t
"Dokter gimana?" tanya Emma pada Dokter yang baru saja selesai memeriksa Kaluna.Dokter melipat stetoskopnya dan melihat Kaluna sambil tersenyum, "Mbak, Mbak tau dia siapa?" tanya Dokter itu sambil menunjuk Jonathan."Jonathan dia calon suami saya," ucap Kaluna mantap."Kalau itu dan itu?" tanya Dokter sambil menunjuk Emma dan Wisnu."Itu Ibu dan Om Wisnu," jawab Kaluna santai sambil melirik Dokter, "kenapa? Ada yang salah?"Jonathan menunjukkan ponsenya ke arah Kaluna, "Kalau ini?""Itu Ibram, Okhe, Pak Raka, Cakra, ibunya Cakra dan ...." Kaluna melirik Jonathan kesal bercampur bingung karena dari tadi dia terus menerus diminta untuk menyebutkan nama-nama kenalannya, "kamu nanyain itu buat apa? Dan mau apa? Awas aja kamu kalau nanya aku inget Gendis atau nggak aku cekik kamu," ucap Kaluna kesal.Jonathan memundurkan ponsenya dengan cepat dan menggerakkan ibu jarinya di atas layar ponse untuk mencari foto Pamungkas yang terbaru. Ia kebetulan menemukan foto Pamungkas yang ada di salah
"Udah yah? Yakin ini udah sesuai?" tanya Kaluna sambil menoleh ke arah Ibram yang sedang menulis sesuatu di papan jalan yang Ibram pegang."Udah, kalau kita lakuin yang sesuai sama apa yang diomongin Chef Jonathan semuanya aman dan bakal kasih pangkas pengeluaran kita sampai 15%," ucap Ibram sambil menyerahkan papan jalan ke tangn Kaluna.Kaluna berdiri dari jongkoknya dan mengambil papan jalan, "Yakin bawang daunnya nggak kebanyakan?" tanya Kaluna sambil menunjuk beberapa jar berisikan bawang daun."Nggak, nanti pas malam sisanya bakal dimasukin frezzer biar masih bisa dipake buat besok. Atas bawahnya juga udah aku kasih tisu dan bawang daun juga udah aku potong-potong," terang Ibram sambil menunjuk ke arah jar bawang daun menunjukkan bawang daun yang sudah dipotong.Kaluna mengangguk senang, akhirnya kerjaannya selesai juga. Dua hari dia tidak kerja ternyata pekerjaannya lumayan menunpuk, namun, untungnya preperation yang dibuat Jonathan menyelamatkan dirinya dari tumpukan pekerjaan