Sebuah suara langkah kaki dan gemericing kunci terdengar jelas di kuping Pamungkas yang saat ini sedang berbaring beralaskan karpet anyaman lusuh berbau apek yang kebersihan dan kehigenisannya patut dipertanyakan.Mata Pamungkas terus melihat langit-langit sambil sesekali menghela napas berat karena mengutuki nasibnya yang seolah makin hari makin terpuruk dan hancur semenjak ia menikah dengan Emma. Seorang wanita kurang ajar yang sudah menduakan dirinya dengan lelaki lain dan menghianati cintanya. Sejujurnya Pamungkas memang sudah menaruh hati pada Emma, wanita yang memiliki senyuman manis dan bertutur kata lembut itu selalu menarik perhatiannya setiap ia pulang ke rumah ibunya dari pekerjaannya sebagai seorang pelaut yang hanya bisa pulang setahun sekali atau setahun dua kali, tergantung situasi.Ia ingat saat ia pulang ke rumah lalu melihat ayah dari Emma sedang berkunjung ke rumahnya karena membicarakan sesuatu dengan ayahnya prihal acara 17 agustusan di kompleknya. Awalnya Pamung
Pamungkas membuka pintu ruangan khusus untuk bertemu antara tahanan dan pembesuk. Dia mendapatkan ruangan khusus itu karena para sipir penjara pusing dan lelah mendengar ocehan ibu dan adiknya yang setiap datang selalu berteriak, menangis dan melakukan hal-hal diluar nalar yang membuat pembesuk lainnya merasa terganggu.Matanya terhenti pada seorang wanita cantik yang sedang menatapnya dengn tatapan kosong dan marah. Pamungkas beberapa kali mengerjapkan matanya karena terkahir kali ia bertemu dengan Kaluna adalah saat mereka bertemu di salah satu mall yang berujung dengan amukkan Kaluna yang menjambak rambutnya.Tanpa sadar ia menyentuh rambutnya yang terasa sedikit pitak, "Ngapain kamu ke sini?" tanya Pamungkas sambil berjalan ke arah Kaluna lalu duduk di depan Kaluna yang saat ini terus menatapnya tanpa berkedip atau mengalihkan pandangannya. Seolah wajah Pamungkas saat inj adalah magnet yang menarik perhatian bola mata Kaluna."Mau tanggung jawab karena bikin rambut saya botak?" ta
"Good job, everyone!" teriak Jonathan saat menghidangkan piring terakhir untuk tamu restoran malam ini.Matanya melihat kesekeliling dapur dan mendapati wajah-wajah lelah namun puas karena sudah bekerja dengan sangat baik hari itu. Minim kesalahan dan semua makanan dapat terhidang dengan sempurna sesuai dengan pesanan. Tidak ada pesanan tertinggal dan bahkan beberapa kali ia mendapatkan pujian dari tamu restoran yang mengatakan kalau makanannya enak."Selesai!" teriak Ibram sambil menepuk tangannya dan mulai mengambil perlengkapan masak yang sudah kotor karena bersiap untuk melakukan cleaning. Suatu kegiatan yang selalu mereka lakukan bila sudah memasuki jam closing restoran."Kalian kerja bagus tadi, dan Ibram ... saya suka dengan saus yang kamu buat hari ini. Semua rasanya pas dan balance," puji Jonathan sambil menunjuk Ibram yang saat ini sedang mengangkat kedua tangannya keudara seolah sedang berjoget karena mendapatkan pujian dari Jonathan."Bisa naik gaji kalau gini," ucap Ibram
"Bu, gimana Kaluna?" tanya Jonathan sesaat ia bertemu dengan Emma yang saat ini sedang berbincang dengan seseorang yang terlihat sebagai Dokter."Jonathan, aduh untung kamu cepet dateng," ucap Emma sambil menepuk bahu Jonathan pelan, "Kaluna masih pingsan dia belum sadar.""Gimana keadaan Kaluna, Dok? Dia kenapa bisa pingsan?" tanya Jonathan waswas seraya memeluk Emma berusaha untuk menenangkan calon mertuanya itu."Keadaan pasien baik-baik saja dan kalau misalnya pasien nanti sudah sadar bisa langsung dibawa pulang karena semuanya baik-baik saja nggak ada yang aneh-aneh. Tanda-tanda vital juga berjalan normal."Mendengar penjelasan itu Jonathan bernapas lega, "Kalau semuanya normal kenapa Kaluna dibawa ke rumah sakit? Terus ini kenapa bisa Kaluna pingsan?" tanya Jonathan sambil melirik Emma yang masih terlihat pucat karena khawatir dengan keadaan Kaluna."Saya kurang paham apa yang terjadi, tapi, pasien ini pingsan di Rutan XXX dan menurut penuturan sipir penjara katanya pasien ini t
"Dokter gimana?" tanya Emma pada Dokter yang baru saja selesai memeriksa Kaluna.Dokter melipat stetoskopnya dan melihat Kaluna sambil tersenyum, "Mbak, Mbak tau dia siapa?" tanya Dokter itu sambil menunjuk Jonathan."Jonathan dia calon suami saya," ucap Kaluna mantap."Kalau itu dan itu?" tanya Dokter sambil menunjuk Emma dan Wisnu."Itu Ibu dan Om Wisnu," jawab Kaluna santai sambil melirik Dokter, "kenapa? Ada yang salah?"Jonathan menunjukkan ponsenya ke arah Kaluna, "Kalau ini?""Itu Ibram, Okhe, Pak Raka, Cakra, ibunya Cakra dan ...." Kaluna melirik Jonathan kesal bercampur bingung karena dari tadi dia terus menerus diminta untuk menyebutkan nama-nama kenalannya, "kamu nanyain itu buat apa? Dan mau apa? Awas aja kamu kalau nanya aku inget Gendis atau nggak aku cekik kamu," ucap Kaluna kesal.Jonathan memundurkan ponsenya dengan cepat dan menggerakkan ibu jarinya di atas layar ponse untuk mencari foto Pamungkas yang terbaru. Ia kebetulan menemukan foto Pamungkas yang ada di salah
"Udah yah? Yakin ini udah sesuai?" tanya Kaluna sambil menoleh ke arah Ibram yang sedang menulis sesuatu di papan jalan yang Ibram pegang."Udah, kalau kita lakuin yang sesuai sama apa yang diomongin Chef Jonathan semuanya aman dan bakal kasih pangkas pengeluaran kita sampai 15%," ucap Ibram sambil menyerahkan papan jalan ke tangn Kaluna.Kaluna berdiri dari jongkoknya dan mengambil papan jalan, "Yakin bawang daunnya nggak kebanyakan?" tanya Kaluna sambil menunjuk beberapa jar berisikan bawang daun."Nggak, nanti pas malam sisanya bakal dimasukin frezzer biar masih bisa dipake buat besok. Atas bawahnya juga udah aku kasih tisu dan bawang daun juga udah aku potong-potong," terang Ibram sambil menunjuk ke arah jar bawang daun menunjukkan bawang daun yang sudah dipotong.Kaluna mengangguk senang, akhirnya kerjaannya selesai juga. Dua hari dia tidak kerja ternyata pekerjaannya lumayan menunpuk, namun, untungnya preperation yang dibuat Jonathan menyelamatkan dirinya dari tumpukan pekerjaan
"Apa?" tanya Kaluna yang mulai risih karena terus ditatap oleh Jonathan. Sudah hampir sepuluh menit Jonathan hanya menatap Kaluna seolah Kaluna adalah sosok asing yang patut untuk diperhatikan dengan seksama."Maju, kamu mau nginep di Moon?" tanya Kaluna lagi karena kesal Jonathan yang sama sekali tidak memajukan mobilnya."Kamu tuh kalau udah keras kepala bikin kesel, yah," ucap Jonathan sambil mengunci pintu mobil secepat mungkin karena dia tahu kalau Kaluna bisa saja keluar dari mobilnya dan kabur akibat malas mendengarkan nasihat panjang dari Jonathan.Kaluna menghela napas pelan, "Keras kepala gimana? Aku nggak pernah loh, keras kepala ke kamu. Aku salah apa emangnya?" tanya Kaluna yang tidak merasa bersalah pada Jonathan. Ayolah, dia tidak sedang sakit dan merasa baik-baik saja kenapa dia harus kembali izin di Moon? Apa salahnya dia bekerja? Dia nggak sakit!"Nggak pernah gimana?" tanya Jonathan yang detik itu juga ingin meremas Kaluna saking gemasnya dengan kekasihnya itu. Anda
"Hah! Ngapain?" tanya Jonathan kaget. Entah apa yang dipikirkan calon istrinya ini sampai-sampai mau mengundang Gendis. Apa Kaluna lupa kalau Gendis adalah sumber dari segala sumber masalah yang terjadi di kehidupan percintaan mereka? Kedua tangan Jonathan spontan menangkup kepala Kaluna dan menggerakkannya ke kanan dan ke kiri seolah mencari sesuatu yang salah di kepala kekasihnya itu. "Kamu beneran nggak kebentur, kan?" tanya Jonathan waswas sembari menggerakkan tangannya menyentuh setiap inci kepala Kaluna dari kanan ke kiri hingga mengintari kepala Kaluna hingga rambut wanita itu acak-acakkan."Apa sih, Jo, kusut rambut aku ini!" seru Kaluna sambil menangkap tangan Jonathan dan menjauhkan tangan kekasihnya itu sejauh mungkin dari kepalanya tapi, sialnya ada beberapa helai rambut yang membelit jemari Jonathan hingga membuat Kaluna berteriak keras karena merasa sakit dikulit kepalanya."Aw ... Jo, Jo, Jonathan sakit!" pekik Kaluna sambil menepuki paha Jonathan keras.Spontan Jonat