Pamungkas membuka pintu ruangan khusus untuk bertemu antara tahanan dan pembesuk. Dia mendapatkan ruangan khusus itu karena para sipir penjara pusing dan lelah mendengar ocehan ibu dan adiknya yang setiap datang selalu berteriak, menangis dan melakukan hal-hal diluar nalar yang membuat pembesuk lainnya merasa terganggu.Matanya terhenti pada seorang wanita cantik yang sedang menatapnya dengn tatapan kosong dan marah. Pamungkas beberapa kali mengerjapkan matanya karena terkahir kali ia bertemu dengan Kaluna adalah saat mereka bertemu di salah satu mall yang berujung dengan amukkan Kaluna yang menjambak rambutnya.Tanpa sadar ia menyentuh rambutnya yang terasa sedikit pitak, "Ngapain kamu ke sini?" tanya Pamungkas sambil berjalan ke arah Kaluna lalu duduk di depan Kaluna yang saat ini terus menatapnya tanpa berkedip atau mengalihkan pandangannya. Seolah wajah Pamungkas saat inj adalah magnet yang menarik perhatian bola mata Kaluna."Mau tanggung jawab karena bikin rambut saya botak?" ta
"Good job, everyone!" teriak Jonathan saat menghidangkan piring terakhir untuk tamu restoran malam ini.Matanya melihat kesekeliling dapur dan mendapati wajah-wajah lelah namun puas karena sudah bekerja dengan sangat baik hari itu. Minim kesalahan dan semua makanan dapat terhidang dengan sempurna sesuai dengan pesanan. Tidak ada pesanan tertinggal dan bahkan beberapa kali ia mendapatkan pujian dari tamu restoran yang mengatakan kalau makanannya enak."Selesai!" teriak Ibram sambil menepuk tangannya dan mulai mengambil perlengkapan masak yang sudah kotor karena bersiap untuk melakukan cleaning. Suatu kegiatan yang selalu mereka lakukan bila sudah memasuki jam closing restoran."Kalian kerja bagus tadi, dan Ibram ... saya suka dengan saus yang kamu buat hari ini. Semua rasanya pas dan balance," puji Jonathan sambil menunjuk Ibram yang saat ini sedang mengangkat kedua tangannya keudara seolah sedang berjoget karena mendapatkan pujian dari Jonathan."Bisa naik gaji kalau gini," ucap Ibram
"Bu, gimana Kaluna?" tanya Jonathan sesaat ia bertemu dengan Emma yang saat ini sedang berbincang dengan seseorang yang terlihat sebagai Dokter."Jonathan, aduh untung kamu cepet dateng," ucap Emma sambil menepuk bahu Jonathan pelan, "Kaluna masih pingsan dia belum sadar.""Gimana keadaan Kaluna, Dok? Dia kenapa bisa pingsan?" tanya Jonathan waswas seraya memeluk Emma berusaha untuk menenangkan calon mertuanya itu."Keadaan pasien baik-baik saja dan kalau misalnya pasien nanti sudah sadar bisa langsung dibawa pulang karena semuanya baik-baik saja nggak ada yang aneh-aneh. Tanda-tanda vital juga berjalan normal."Mendengar penjelasan itu Jonathan bernapas lega, "Kalau semuanya normal kenapa Kaluna dibawa ke rumah sakit? Terus ini kenapa bisa Kaluna pingsan?" tanya Jonathan sambil melirik Emma yang masih terlihat pucat karena khawatir dengan keadaan Kaluna."Saya kurang paham apa yang terjadi, tapi, pasien ini pingsan di Rutan XXX dan menurut penuturan sipir penjara katanya pasien ini t
"Dokter gimana?" tanya Emma pada Dokter yang baru saja selesai memeriksa Kaluna.Dokter melipat stetoskopnya dan melihat Kaluna sambil tersenyum, "Mbak, Mbak tau dia siapa?" tanya Dokter itu sambil menunjuk Jonathan."Jonathan dia calon suami saya," ucap Kaluna mantap."Kalau itu dan itu?" tanya Dokter sambil menunjuk Emma dan Wisnu."Itu Ibu dan Om Wisnu," jawab Kaluna santai sambil melirik Dokter, "kenapa? Ada yang salah?"Jonathan menunjukkan ponsenya ke arah Kaluna, "Kalau ini?""Itu Ibram, Okhe, Pak Raka, Cakra, ibunya Cakra dan ...." Kaluna melirik Jonathan kesal bercampur bingung karena dari tadi dia terus menerus diminta untuk menyebutkan nama-nama kenalannya, "kamu nanyain itu buat apa? Dan mau apa? Awas aja kamu kalau nanya aku inget Gendis atau nggak aku cekik kamu," ucap Kaluna kesal.Jonathan memundurkan ponsenya dengan cepat dan menggerakkan ibu jarinya di atas layar ponse untuk mencari foto Pamungkas yang terbaru. Ia kebetulan menemukan foto Pamungkas yang ada di salah
"Udah yah? Yakin ini udah sesuai?" tanya Kaluna sambil menoleh ke arah Ibram yang sedang menulis sesuatu di papan jalan yang Ibram pegang."Udah, kalau kita lakuin yang sesuai sama apa yang diomongin Chef Jonathan semuanya aman dan bakal kasih pangkas pengeluaran kita sampai 15%," ucap Ibram sambil menyerahkan papan jalan ke tangn Kaluna.Kaluna berdiri dari jongkoknya dan mengambil papan jalan, "Yakin bawang daunnya nggak kebanyakan?" tanya Kaluna sambil menunjuk beberapa jar berisikan bawang daun."Nggak, nanti pas malam sisanya bakal dimasukin frezzer biar masih bisa dipake buat besok. Atas bawahnya juga udah aku kasih tisu dan bawang daun juga udah aku potong-potong," terang Ibram sambil menunjuk ke arah jar bawang daun menunjukkan bawang daun yang sudah dipotong.Kaluna mengangguk senang, akhirnya kerjaannya selesai juga. Dua hari dia tidak kerja ternyata pekerjaannya lumayan menunpuk, namun, untungnya preperation yang dibuat Jonathan menyelamatkan dirinya dari tumpukan pekerjaan
"Apa?" tanya Kaluna yang mulai risih karena terus ditatap oleh Jonathan. Sudah hampir sepuluh menit Jonathan hanya menatap Kaluna seolah Kaluna adalah sosok asing yang patut untuk diperhatikan dengan seksama."Maju, kamu mau nginep di Moon?" tanya Kaluna lagi karena kesal Jonathan yang sama sekali tidak memajukan mobilnya."Kamu tuh kalau udah keras kepala bikin kesel, yah," ucap Jonathan sambil mengunci pintu mobil secepat mungkin karena dia tahu kalau Kaluna bisa saja keluar dari mobilnya dan kabur akibat malas mendengarkan nasihat panjang dari Jonathan.Kaluna menghela napas pelan, "Keras kepala gimana? Aku nggak pernah loh, keras kepala ke kamu. Aku salah apa emangnya?" tanya Kaluna yang tidak merasa bersalah pada Jonathan. Ayolah, dia tidak sedang sakit dan merasa baik-baik saja kenapa dia harus kembali izin di Moon? Apa salahnya dia bekerja? Dia nggak sakit!"Nggak pernah gimana?" tanya Jonathan yang detik itu juga ingin meremas Kaluna saking gemasnya dengan kekasihnya itu. Anda
"Hah! Ngapain?" tanya Jonathan kaget. Entah apa yang dipikirkan calon istrinya ini sampai-sampai mau mengundang Gendis. Apa Kaluna lupa kalau Gendis adalah sumber dari segala sumber masalah yang terjadi di kehidupan percintaan mereka? Kedua tangan Jonathan spontan menangkup kepala Kaluna dan menggerakkannya ke kanan dan ke kiri seolah mencari sesuatu yang salah di kepala kekasihnya itu. "Kamu beneran nggak kebentur, kan?" tanya Jonathan waswas sembari menggerakkan tangannya menyentuh setiap inci kepala Kaluna dari kanan ke kiri hingga mengintari kepala Kaluna hingga rambut wanita itu acak-acakkan."Apa sih, Jo, kusut rambut aku ini!" seru Kaluna sambil menangkap tangan Jonathan dan menjauhkan tangan kekasihnya itu sejauh mungkin dari kepalanya tapi, sialnya ada beberapa helai rambut yang membelit jemari Jonathan hingga membuat Kaluna berteriak keras karena merasa sakit dikulit kepalanya."Aw ... Jo, Jo, Jonathan sakit!" pekik Kaluna sambil menepuki paha Jonathan keras.Spontan Jonat
"Dek Emma.""Iya, kenapa Mas?" tanya Emma yang saat ini sedang bengong sambil menghitung kue basah yang saat itu sedang ia susun untuk di display."Kamu kenapa bengong gitu loh, Dek?" tanya Wisnu sambil membantu Emma menyusun kue-kue basah.Emma tersipu malu sambil membenarkan anak rambutnya, ditatap dan dipanggil semanis itu selalu membuat perasaan Emma melayang. Wisnu selalu tahu membuat Emma merasa disayang dan dicintai, bertahun-tahun tidak pernah merasakan rasa disayang dan dicintai oleh lawan jenis membuat Emma selalu merasa haus akan semua itu."Aku cuman mikirin Kaluna, Mas," sahut Emma sambil duduk di salah satu kursi yang ada di toko kue kecilnya yang ada di pasar. Sudah lima hari semenjak Kaluna melupakan Pamungkas, Emma mungkin selalu berkata kalau itu semua adalah hal yang baik untuk Kaluna pada Jonathan tapi, di dalam hatinya Emma merasa waswas. Emma takut kalau hal itu bisa berdampak pada kesehatan Kaluna, rasanya Emma tidak siap atau bahkan tidak akan pernah siap mener
"Why?" tanya Jonathan kaget karena Kaluna dengan cepat menjawab pertanyaannya tanpa menunggu jeda atau apa pun juga."Ibu sama siapa, Jo, kalau aku pergi," ucap Kaluna sambil menyuar rambut hitam tebal Jonathan. "Kalau aku pergi, nanti Ibu yang jaga siapa? Kebayang nggak kalau aku pergi tiba-tiba aja Tante Frida dan Eyang Sekar bikin ulah lagi, siapa yang jaga Ibu?""Tapi kan, mereka sudah berjanji nggak bakal ganggu kamu dan keluarga kamu." Jonathan mencoba mengingatkan Kaluna kalau Sekar dan Frida sudah menandatangani surat perjanjian untuk tidak menggangu Kaluna dan Emma karena Kaluna sudah melepaskan semua hak warisnya atas kekayaan dari Pamungkas."Untuk Eyang Sekar aku yakin dia nggak bakal bikin ulah." Kaluna tiba-tiba kembali mengingat pertemuan terakhirnya dengan Sekar di mana nenek tua itu menangis sambil memeluknya dan meminta maaf atas segala kesalahan yang ia perbuat dulu. Sebuah kesalahan yang menorehkan luka sangat dalam bagi Kaluna, sebuah kesalahan yang hampir membua
"Screw you!" maki Jonathan saat Raka kembali mengangat telepon dari dirinya. Hampir pecah kepala Jonathan saat mendengar perkataan Raka yang akan memecat dirinya dan ditambah sudah hampir lima belas menit Raka mengabaikan teleponnya."Cool man," ucap Raka santai sambil menahan tawanya karena dia tahu kalau ia sudah membuat Jonathan murka."Cool? Are you fucking kidding me, Raka!!""Chill oi ... sabar, santai ....""Orang gila mana yang tetep santai saat tahu kalau dirinya dipecat dari tempat dia bekerja? Hah? Orang gila mana? Mana semua resep, bahan dan cara kerja udah lo ambil semuanya!" Jonathan bukan takut tidak berpenghasilan bila dia dipecat dari Moon.Jujur bagi Jonathan untuk kembali membuka restoran dan mencari pekerjaan lain semudah menjentikan jari, sudah banyak pemilik restoran dan hotel-hotel bintang lima yang mau memperkerjakan dirinya. Tapi, yang Jonathan kesal adalah hampir semua resep, cara masak dan fondasi Moon itu adalah hasil buah pikirannya. Anggaplah Moon adalah
"Udah bangun?" tanya Jonathan saat melihat Kaluna membuka matanya, tanpa sadar ia tertawa melihat Kaluna memicingkan matanya karena sinar matahari yang ada si belakang Jonathan."Ah ... mataharinya, Jo," rengek Kaluna manja sambil menepuk dada Jonathan, "kamu kebiasaan deh nggak pernah rapet nutup jendela." Kaluna menarik selimut lalu menutupi wajahnya. "Jangan tidur lagi, Yang," pinta Jonathan sambil menarik selimut Kaluna dan langsung tertawa keras saat melihat raut wajah marah istrinya itu, "kenapa? Ayo bangun, Yang ... ini udah jam sembilan. Malu sama matahari," kekeh Jonathan."Ngantuk, Jo ... sumpah ngantuk banget, kamu sadar nggak sih kalau kita itu baru tidur empat jam," ucap Kaluna sambil melirik Jonathan dan mengembikkan bibirnya karena masih merasa ngantuk.Sumpah tubuh Kaluna saat ini lelah bukan main, rasanya setiap sendi di tubuhnya meminta Kaluna untuk terus berada di ranjang dan kelopak matanya meminta Kaluna untuk kembali tidur tapi, sialnya Jonathan benar-benar meng
Kaluna mendesah saat jemari Jonathan menyusup ke dalam pakaian dalamnya dan mengusap bagian paling sensitif miliknya hingga tanpa sadar ia merenggangkan kedua kakinya untuk menerima sentuhan Jonathan yang selalu membuat dirinya melentingkan tubuh."Yang bisa buka?" tanya Jonathan sambil sesekali mengecupi garis leher Kaluna dengan lembut seolah itu adalah benda yang harus ia sentuh dengan sangat hati-hati.Kaluna yang limbung kerena gulungan kenikmatan yang Jonathan berikan berusaha untuk melepaskan kancing-kancing pakaiannya dengan susah payah, tanpa sadar dia mengutuki kancing-kancing bajunya yang cantik namun sulit untuk terlepas, "Susah," bisik Kaluna.Setelah Kaluna berkata ia merasakan jemari Jonathan keluar dari tubuhnya, menghentikan gerakan erotis nan manis yang membuat Kaluna merasa kecewa karena tidak lagi tergulung dalam kenikmatan yang membuat birahinya meraung. "Jo," desah Kaluna sambil menatap wajah Jonathan yang saat ini sedang menatapnya, tanpa sadar ia mendekatkan w
"Jo, ini kita mau kemana sih?" tanya Kaluna yang kesal bukan main karena sudah duduk di dalam mobil selama hampir dua jam dan sama sekali belum menunjukkan tanda-tanda kalau mobil itu akan berhenti."Bentar lagi sampai kok, Nyonya ... tenang saja tempatnya bagus," ucap Bli Wayan yang hanya bisa tersenyum mendengarkan pertanyaan Kaluna yang entah sudah keberapa puluh kali diucapkan oleh wanita yang saat ini menatapnya dengan kesal."Bagus sih bagus, Bli, tapi kenapa ini kayanya jauh banget tempatnya, tepos pantat aku yang ada," gerutu Kaluna sambil menggerakkan pantatnya ke kanan dan ke kiri karena sudah mulai merasa sakit. Nasib pantat tepos."Mana yang sakit?" tanya Jonathan sambil menyelipkan tangannya ke punggung Kaluna dan bergerak turun ke arah bokong Kaluna."Aw ... Jo, sakit," pekik Kaluna sambil membulatkan matanya dan menahan tangan Jonathan, "jangan dicubit," rengek Kaluna manja."Sini aku pijitin," ucap Jonathan santai tapi sumpah demi apa pun Kaluna dapat melihat tatapan p
"Kenapa?" tanya Jonathan dari balik kacamata hitamnya yang membuat ketampanannya melonjak naik."Nggak," sahut Kaluna sambil membenarkan posisi duduknya. Saat ini mereka sudah berada di pesawat salah satu maskapai penerbangan komersil Indonesia. Sesekali Kaluna melihat ke arah jendela pesawat yang sudah terlihat awan putih yang menandakan mereka sudah berada di ketinggian yang cukup untuk melepaskan sabuk pengaman, "aku mau ke kamar mandi."Jonathan menggeleng sambil menahan tangan Kaluna, "Nggak ... kamu kenapa? Dari tadi malem kamu gelisah terus bahkan kamu tidur pun gerak mulu." "Aku mau ke kama ...." Kaluna menghentikan ucapannya saat melihat Jonathan melepaskan kacamata hitam dan menatapnya tajam, "Jo.""Duduk," perintah Jonathan dan langsung diikuti oleh Kaluna. Selama beberapa menit mereka saling diam dan tidak berkata apa pun juga, hanya terdengar suara sekitar mereka saja."I am waiting, Yang." Jonathan memecahkan kesunyian sambil melirik ke arah Kaluna, mencoba menjelaskan
"Kenapa lagi?" tanya Cakra saat melihat Karin dan keamanan hotel berada di dekatnya."Saya menemukan Bu Karin ingin membobol salah satu laci di ruangan kerja Bapak, Bapak selalu minta saya untuk menjaga laci di ruangan Bapak dan meminta tidak boleh ada yang membukanya tanpa terkecuali. Jadi, saya mohon maaf tadi saat saya lihat Bu Karin mau membuka laci dari CCTV langsung saya amankan, Pak," ucap keamanan hotel sambil melirik Karin yang terlihat marah."Saya ini istrinya, kamu nggak berhak buat memperla—""Terima kasih Pak, kamu sudah melakukan pekerjaan dengan baik. Sekarang biar saya urus dia sendiri, silakan kembali bekerja." Cakra mengabaikan perkataan Karin sambil meminta keamanan hotel pergi meninggalkan mereka."Aku duluan pulang, yah," ucap Kaluna sambil menepuk bahu Cakra, "bareng dia juga," lanjut Kaluna sambil menunjuk Gendis yang terlihat sedang mengutak atik ponselnya seolah memiliki dunianya sendiri."Kenapa ada itu lonte?" tanya Karin.Kaluna yang bersiap pergi langsung
"Kamu jangan lupa minum obat," ucap Kaluna sambil menutup pintu mobilnya dan berjalan ke arah pintu depan hotel."Iya, aku minum bentar lagi dan kamu udah konsultasi ke Dokte Fina?" tanya Jonathan melalui sambungan telepon."Udah, cerewet," jawab Kaluna sambil menahan tawanya karena sudah semenjak ia membuka matanya Jonathan terus mengingatkannya untuk konsultasi dan melakukan check up ke Dokter Fina."Bener udah? Kalau kamu bohong aku telepon Dokter Finanya," ancam Jonathan."Sono telepon, sekalian datangin hari ini," tantang Kaluna, "kamu kan emang ada janji sama Dokter Fina buat nanti sore jam lima. Aku tahu karena tadi Dokter Fina bilang kamu ubah jadwal konsultasi.""Salahin si Raka sialan ini yang maksa banget buat ketemu dan entah apa lagi yang mau dia bahas padahal dia udah aku kasih semuanya. Bahkan aku udah pilihin sous chef yang normal bukan si Rahmat Mcflurry," maki Jonathan yang kesal karena hari liburnya terganggu karena Raka."Ampun deh aku suka ngakak kalau inget si Ra
Kaluna memekik keras saat ia merasakan jemari Jonathan memasuki dirinya, bergerak dengan ahlinya hingga membuat ia menahan ledakan kenikmatan di bagian paling kecil tubuhnya yang menjalar dengan liat ke seluruh tubuh."Jo ... ah, bisa kamu pel — ah, Jo," desah Kaluna saat ia dibuat pusing karena digulung kenikmatan dari gerakan jemari Jonathan yang selali bisa melambungkan birahinya hingga ketitik tertinggi.Jonathan mencumbu bibir Kaluna untuk membungkam mulut istrinya yang terus mendesah dengan suara paling sensual yang ia dengar. Dengan ahli Jonathan mengecupi rahang Kaluna dan bergerak turun ke arah payudara Kaluna.Birahinya tercambuk sempurna saat ujung lidahnya menyentuh puting payudara Kaluna yang sudah mengeras, seolah sudah menunggu untuk Jonathan puja. Lidahnya bergerak liar nan sensual untuk memberikan kenikmatan bagi Kaluna, sesekali Jonathan menggigit dan menyesap payudara Kaluna. Memujanya.Kaluna hanya bisa menengadahkan kepalanya dan melentingkan tubuhnya saat ia mend