Kaluna mendongahkan kepalanya saat ia merasakan bagian tubuh paling sensitif milik Jonathan memasuki tubunya dengan pelan, lambat, lembut dan dalam."Ah, Jo," desak Kaluna sambil memasukan lebig banyak lagi kejantanan Jonathan ke dalam dirinya ditambah kedua tangan Jonathan yang menahan bokong Kaluna agar dirinya menduduki paha Jonathan lebih rapat lagi agar kejantanan Jonathan masuk sedalam mungkin.Jonathan menggemeretakkan giginya saat ia merasakan cengkeraman yang lakukan dibagian kejantanannya, sebuah cengkeraman yang memberikan gulungan kenikmatan di bagain bawah tubuhnya yang berubah menjadi candu bagi dirinya untuk selalu berada di sana dan memikirnya sepanjang waktu.Tangan Jonathan membelai bokong Kaluna yang terasa hangat dan lembut, Jonathan mencengkeram kedua belahan bokong Kaluna hingga calon istrinya itu mendesah dan mulai menggerakkan tubuhnya maju dan mundur. Mata Jonathan bahkan disuguhi pemandangan sensual dari tubuh Kaluna dan payudaranya yang bergerak naik dan turu
"Jo ... sumpah udah, aku nggak kuat!" sentak Kaluna sambil menarik-narik tangannya yang sepanjang mereka berlari selalu Jonathan gandeng.Kaluna bahkan merasa kalau detik ini mereka berdua terlihat bukan sebagai pasangan sehat yang sedang berkencan dengan cara melakukan lari pagi, tapi, Kaluna lebih merasa seperti seorang wanita yang sedang diculik pria tampan dengan cara diseret sepanjang lintasan lari di GBK! Untungnya wajah tampan dan familiar Jonathan membuat orang-orang tidak mendatangi mereka berdua atau memanggil satpam GBK dan melaporkan adanya tindakan penculikan yang dilakukan oleh seorang selebriti Chef! Kesal."Ayo, Yang ... dikit lagi." Jonathan memberikan semangat sambil terus berlari kecil mengirinya langkah Kaluna. Jonathan bahkan memberikan senyuman paling tampan yang ia miliki untuk menyemangati Kaluna untuk terus berlari mengirinya lari kecilnya."Dikit-dikit! Sumpah dari tadi dikit mulu, aku capek, Jo," ucap Kaluna dengan napas terengah-engah dan ia bahkan merasa
"Kamu mau beli apa?" tanya Jonathan saat mereka sudah duduk di salah satu meja yang ada di salah satu coffee shop di GBK.Kaluna memanjangkan lehernya berusaha untuk melihat isi kue yang ada di rak-rak di sampingnya, "Ehm ... apa yah? Aku bingung.""Ya udah biar aku aja yang beli, nunggu kamu milih mau makan apa, keburu kita harus pulang dan aku ke restoran, lama," ucap Jonathan sambil mengecup pucuk rambut Kaluna dan pergi meninggalkan wanita itu sendirian di meja yang lumayan jauh dari rak-rak etalase kue di coffee shop itu.Kaluna menahan tawanya karena menyadari kalau Jonathan sangat mengenal dirinya. Mulai dari makanan kesukaannya, minuman kesukaannya, sifatnya dan bahkan mungkin ukuran pakaiannya. Entah karena Jonathan perhatian atau karena pria itu memang suka memanjakan dirinya dengan berbagai macam cara selama Kaluna tidak menyebalkan.Perhatian Kaluna masih tertuju ke arah punggung Jonathan yang langsung membuat tubuh Kaluna kembali menghangat. Dengan cepat Kaluna kembali me
"Kamu ngapain di situ?" tanya Emma sambil mendekati Kaluna, "kamu tidur? Hei ... kamu ngapain di sana? Kemarin kamu nggak pulang, yah? Ibu tadi ke rumah kok kunci rumah masih ada di tempat biasa, kamu tidur di mana? Hai ... jawab bukan tidur gitu? Kamu ngapain tidur di sana?" tanya Emma sambil terus memberondong pertanyaan pada Kaluna yang sampai detik ini masih menyembunyikan wajanya di balik lengan."Kaluna, hei ... ya ampun, Nak, jawab Ibu, hei," panggil Emma sambil mengguncang-guncang badan anaknya itu, "jawab, kamu tidur di mana? Hei."Kaluna yang tidak bisa lagi berkelit atau menyembunyikan dirinya dari Emma akhirnya mau tidak mau mengangkat kepalanya lalu melihat Emma sambil tersenyum kikuk dan malu, "Eh ... Ibu," ucap Kaluna sambil menarik pakaiannya."Kamu pakai baju siapa ini? Kok kegedean?" tanya Emma yang sangat hapal dengan semua barang-barang milik Kaluna karena dia yang selama ini mencuci baju anak gadisnya itu."Apa ...." Kaluna menarik kaos yang ia kenakan dan sadar s
"Om Wisnu?" tanya Kaluna kaget sambil melirik ke arah Emma dan dirinya makin kaget karena Emma terlihat sangat sumingrah dan bahkan melambaikan tangannya dengan penuh semangat. Kenapa Ibunya, Tuhan! "Sini Mas, sini," panggil Emma dengan penuh semangat dan mengabaikan tatapan Kaluna."Bu, itu beneran Om Wisnu?" tanya Kaluna sambil menahan tawanya."Iya, itu Om Wisnu, yang kemarin ditabrak ama Jonathan." Emma terus melihat ke arah Wisnu sambil tersenyum manis."Oh, aku sangka lampu disko," canda Kaluna yang langsung mendapatkan pukulan keras di pahanya, "I-Ibu," pekik Kaluna menahan sakit."Kamu ngaco, masa Om Wisnu dibilang bola disko, ganteng gitu, kok," ucap Emma malu-malu sambil menunjuk Wisnu yang berjalan dengan penuh percaya diri ditengah tatapan bingung yang mengarah pada Wisnu karena pakaiannya."Ganteng?" Kaluna membulatkan matanya saat mendapatkan lirikan maut Emma, "oh, iya Bu, ganteng bener, ganteng banget." Kali ini Kaluna menyerah dan lebih baik mengikuti perkataan Emma.
"Ngaco! Ini ngaco ...." Kaluna melihat layar ponselnya dan menatap Jonathan yang ada di sampingnya. "Apa yang ngaco?" tanya Jonathan santai sambil menyupir mobilnya keluar area parkir GBK."Wisnu Kaliangga, umur 58 tahun adalah pemilik perusahaan Wiema. Salah satu perusahaan kelapa sawit terbesar di Indonesia yang berlokasi di Sumatera Selatan. Saat ini perusahaan tersebut sudah masuk ke dalam penjualan saham di Bursa Efek Jakarta. Keuntungan pertahunnya ...." Kaluna hanya bisa menghela napas saat membaca didalam hati fakta-fakta mengenai Wisnu. Lelaki itu ternyata bukan orang biasa, lelaki itu orang berada. Ah ... milyader atau entah bilyuner, Kaluna tidak paham dan tidak tahu seberapa kaya Wisnu. Lelaki berbaju seperti disko yang baru saja ia temui tadi. Setelah Om Wisnu mengatakan luas lahan kebun sawitnya Kaluna hanya bisa menatap Om Wisnu dengan tatapan tak percaya. Bahkan saat Jonathan datang bersama Emma, Kaluna hanya bisa terdiam dan terus saja melihat layar ponselnya menca
"Keluar kalian, mau apa kalian ke sini! Dari mana kalian tahu alamat rumah aku?" tanya Emma bertubi-tubi sambil menunjuk ke arah wajah-wajah tamu tak diundang yang ada di rumahnya."Kurang ajar yah, kamu sama yang lebih tua!""Tau diri sedikit kamu jadi orang, Emma!" Amarah Emma makin memuncak saat mendengar perkataan kedua orang tamu tak diundang itu, untungnya saat ini tangannya sedang dipegang oleh Wisnu yang memang tadi sedang bertamu kerumahnya setelah mereka berolah raga. Emma baru saja menyuguhkan kopi dan segelas air putih untuk Wisnu tiba-tiba saja datang tamu tak diundang yang membuat hari indahnya akan berubah menjadi kegaduhan yang melelahkan dipenghujung harinya."Tolong keluar dari rumah ini! Saya nggak mau ketemu ataupun ikut campur dengab kalian lagi, keluar!" seru Emma dengan suara yang menggelegar. "Kamu jangan terlalu sombong! Ingat anak kamu itu perempuan yang masih membutuhkan bapaknya untuk nanti dinikahkan!""Keluar! Nggak sudi aku liat kalian la—""Ini ada ap
Plak!!!"Ibu," pekik Kaluna dan Jonathan berbarengan."Dek Emma!" Wisnu kaget bukan main saat melihat Emma ditampar oleh Sekar."Tutup mulut kamu! Kaluna itu bukan anak Pamungkas! Ingat sehari sebelum Pamungkas nikahi kamu, kamu kabur pergi dengan pacar kamu! Malam pertama kamu nggak berdarah! Itu bukti kalau kamu itu lonte dan anak kamu pasti bukan anak Pamungkas! Turunan saya tidak ada yang kelakuannya seperti anak kamu yang kurang ajar dan suka melawan!!! Kelakuan seperti itu hanya turunan lonte seperti kamu!" sentak Sekar dengan suara yang menggelegar hingga membuat orang-orang di sana menjadikan Sekar pusat perhatian dengan pandangan-pandangan yang berbeda.Ada Wisnu yang membulatkan matanya karena dia paham dan sadar kalau orang yang dimaksud Sekar adalah dirinya, tapi, sumpah demi apapun dia tidak pernah menyentuh Emma dan dia selalu menjaga wanita itu dengan baik karena dia sayang dan cinta tulus dengan Emma. Mendengar ocehan Sekar membuat Wisnu menyadari kalau apa yang dialam