Brak!!!"Jonathan!" pekik Kaluna sambil menoleh dan mendapati wajah Jonathan yang pias, "kamu nabrak apa?" bisik Kaluna pelan.Jonathan hanya menggeleng, wajahnya pias bercampur bingung sambil menatap ke arah depan. Jantungnya berdebar tak karu-karuan karena merasa takut karena merasa sudah membunuh seseorang."Aku nabrak orang, Yang! Aku bun-bu-bunuh orang?" tanya Jonathan dengan suara tersedat karena pikirannya masih kalut dan bingung."Jangan ngaco kamu, Jo, belum tentu orangnya mati." Kaluna mencoba untuk menenangkan Jonathan walaupun perkataan itu lebih ia tunjukkan untuk dirinya sendiri karena jujur ia pun merasa takut bila Jonathan menghilangkan nyawa seseorang.Kedua tangan Jonathan menutup wajahnya sambil sesekali terdengar desahan napas keras berusaha untuk menenangkan diri, "Sumpah aku nggak sengaja," bisik Jonathan.Kaluna paham kalau Jonathan saat ini sedang panik dan keadaann ini juga karena dirinya yang keras kepala karena mengambil tempat minum padahal Jonathan sudah m
Kaluna melihat Bapak-bapak tersebut dan Emma bergantian, "Ibu kenal Bapak-bapak jantung itu?" tanya Kaluna kaget sambil menunjuk Emma dan Bapak-bapak itu bergantian kemudian melihat Jonathan yang hanya bisa mengangkat kedua bahunya.Seolah tidak mendengar perkataan Kaluna, Emma berjalan mendekat ke arah Bapak-bapak yang saat ini masih menatapnya dengan tatapan rindu dan menyentuh dadanya, "Kamu masih ada, Mas?""Mas?" tanya Kaluna kaget saat mendengar nama panggilan yang disematkan Emma untuk Bapak-bapak berpenyakit jantung yang Jonathan tabrak. "Emma, kamu sehat?" tanya Bapak-bapak itu sambil menepuk punggung tangan Jonathan yang sedang memegang gagang pendorong kurai roda, "majuan Nak, Bapak mau ngedeketin Emma, ayo ... jantung Bapak sakit ini," ucap Bapak-bapak itu sambil menoleh sekilas ke arah Jonathan.Jonathan memutar bola matanya kesal, andai tidak ada tata krama dan sopan santun yang ia pelajari dari kecil hingga saat ini yang menyatakan memukul orang yang lebih tua itu tida
"Iya ... nanti aja ketemu di toko aku, iya ... ati-ati, Mas," ucap Emma dengan suara malu-malu.Kaluna yang baru saja melangkahkan kakinya setelah pulang dari restoran Moon langsung terdiam karena melihat tingkah pola Emma yang centil. Kesambet apa Ibunya!"Ibu?" tanya Kaluna ragu-ragu karena dia takut kalau yang ia panggil itu bukan Emma sesungguhnya tapi, mungkin saja mahluk halus yang menyerupai Emma. Ibunya tidak pernah sekecentilan ini!"Ibu lagi teleponin siapa?" tanya Kaluna lagi."Om Wisnu nanya katanya kapan mau temanin dia beli obat," ucap Emma malu-malu, "kan dia abis ditabrak sama Jonathan dan dia bilang terima kasih sudah membenarkan motornya.""Bu, kejadian tabrakan itu udah seminggu yang lalu. Kaluna yakin Om Wisnu udah sehat dan ngapain dia minta anterin beli obat ke Ibu? Emang dia nggak punya keluarga yang bisa dimintai tolong?" tanya Kaluna penuh tanda tanya. Mau apa Wisnu ini? Jangan bilang kalau dia mau merayu Emma, kalau mau merayu Kaluna tidak keberatan tapi, ada
"Aneh nggak?" tanya Kaluna sambil memutar tubuhya dan membenarkan bagian bawah dressnya.Jonathan berjuang untuk menahan untuk menguap karena sudah hampir dua jam ia duduk di sana dan melihat Kaluna keluar masuk ruang ganti hanya untuk menentukan baju potongan baju pernikahan apa yang cocok dengan badannya. Iya, belum final tapi, baru bentuk yang paling bagus dengan bentuk badannya! Bisa Anda bayangkan betapa ngantuknya Jonathan saat ini. Lelah."Jo," rengek Kaluna sambil memutar tubuhnya kembali dan menatap pantulan di cermin. "Bagus, Yang kamu mau pakai baju bentuk apa pun juga bagus, mau potongan apa pun juga bagus," ucap Jonathan sambil meminum air putih sebanyak mungkin agar ia bisa terjaga."Yang ini emang bagus? Bokong aku kelihatannya ....""Sempurna, sesempurna baju itu kamu tangalkan," lanjut Jonathan yang langsung mendapatkan lirikkan maut dari Kaluna melalui cermin dan terdengar suara kikikkan salah satu pegawai butik yang berdiri di pojokan."Jo, aku serius, aku nggak ma
"Kenapa ada apa?" tanya Kaluna sambil berjalan ke arah pintu namun langkahnya terhenti saat Yesi tiba-tiba muncul di pintu."Kenapa? Jonathan kenapa?" tanya Kaluna panik."Aku jatuh, Yang ... aku jalan nggak liat jalan jadi kesandung karpet," ucap Jonathan dengan suara lantang berharap Kaluna bisa mendengarkan suaranya dari balik pintu."Kok bisa?" tanya Kaluna sambil melangkah mendekati pintu namun, Yesi menahannya, "awas Mbak Yesi saya mau lihat calon suami saya, dia kenapa?""Nggak kenapa-kenapa, Mas Jonathan nggak kenapa-kenapa, dia cuman kesandung karpet jadi jatuh." Yesi tetap menghalangi Kaluna."Ini kenapa dihalangin, awas ... aku mau lihat Jonathan," usir Kaluna kesal sambil mendorong-dorong badan Yesi namun, wanita itu tidak bergeming sama sekali."Maaf, Mbak ... tapi, nggak bagus kalau calon mempelai pria lihat calon mempelai wanita pakai gaun yang bakal dipakai karena saya yakin seratus persen Mbak bakal pilih gaun ini bukan hanya menjadikan gaun ini contoh referensi gaun
"Mampus," bisik Kaluna sambil mengusap keningnya dan menolak melihat wajah Jonathan yang terlihat masam."Pak Jonathan silakan duduk, ini saya mau mengenalkan Anda deng—""Ngapain kamu disini, Cakra?" tanya Jonathan dingin sambil menarik kursi dan menempatkannya sedekat mungkin dengan kursi Kaluna seolah melindungi Kaluna dari tatapan liar Cakra. "Hmm ...." Cakra melihat Gege yang kebingungan dan memintanya untuk duduk, "menawarkan bantuan yang bakal memberikan keuntungan dikedua belah pihak," ucap Cakra sambil tersenyum."Nggak perlu, aku sama Kaluna nggak perlu bantuan apa pun dari kamu," ungkap Jonathan sambil menempatkan tangannya di paha Kaluna dan mengelusnya pelan mencoba untuk menenangkan dirinya.Jonathan ingat saat pertama kali masuk kedalam restoran amarahnya langsung meledak karena melihat wajah Cakra yang semeja dengan Kaluna dan Gege. Saat Jonathan sampai di samping meja kupingnya memerah saat mendengar perkataan Cakra yang seolah merendahkan dirinya karena tidak mampu
"Ngapain Cakra di sana?" tanya Jonathan setelah mereka pulang dari restoran dan meminta bertemu ulang dengan Gege."Nggak tau, aku nggak tau dan nggak mau tahu. Aku pusing," sahut Kaluna yang tidak mau berlarut-larut membicarakan Gege. Pusing kepalanya mengurus pernikahannya ini, rasanya acara pernikahannya itu seperti magnet yang sangat kuat untuk berbagai macam masalah yang datang ke kehidupannya."Kamu beneran nggak tahu masalah ini?" tanya Jonathan sambil melirik Kaluna."Nggak ... aku nggak tau, kalau aku tahu nggak mungkin aku ajak kamu! Aku tahu sifat kamu dan aku nggak mau rusak pernikahan aku dengan mendatangkan Cakra," ungkap Kaluna sambil mengambil ponselnya yang tiba-tiba bergetar dan ternyata itu adalah chat dari Emma yang mengabarkan kalu Emma tidak akan pulang ke rumah hari ini. Kaluna melihat ke depan dan menyadari kalau saat ini mereka ada di perempatan di mana kalau dia belok ke kanan maka akan ke rumah Kaluna dan bila belok kiri maka mereka akan ke rumah Jonathan.
Kaluna mendesah keras saat merasakan payudaranya di remas oleh jemari Jonathan, setiap gesekkan yang Jonathan berikan dress memberikan dampak dua kali lipat yang membuat Kaluna mendesah tanpa henti hingga ia tanpa sadar menggerakkan pinggulnya baju dan mundur menggesek permukaan celana Jonathan yang menonjol."Teriak yang keras, Yang," pinta Jonathan sambil meremas payudara Kaluna."Hah? Gimana?" Kaluna yang kebingungan karena tiba-tiba diminta untuk berteriak disaat birahinya sedang ada di puncak dan tubungjya diselimuti gairah hanya bisa mencengkeram bahu Jonathan dengan satu tangan sedangkan tangan satunya lagi menarik roknya ka atas agar tidak menghalangi ceruk kenikmatannya yang terbalut celana dalam menggesek benda yang sudah mengeras di balik celana panjang Jonathan.Jonathan tersenyum ia membelai garis tubuh Kaluna hingga berakhir di bokong Kaluna. Jemari itu langsung meremas bokong Kaluna dan meminta Kaluna untuk mengangkat bokongnya, "Angkat, Yang.""Hah?" Sekali lagi Kaluna