"Aneh nggak?" tanya Kaluna sambil memutar tubuhya dan membenarkan bagian bawah dressnya.Jonathan berjuang untuk menahan untuk menguap karena sudah hampir dua jam ia duduk di sana dan melihat Kaluna keluar masuk ruang ganti hanya untuk menentukan baju potongan baju pernikahan apa yang cocok dengan badannya. Iya, belum final tapi, baru bentuk yang paling bagus dengan bentuk badannya! Bisa Anda bayangkan betapa ngantuknya Jonathan saat ini. Lelah."Jo," rengek Kaluna sambil memutar tubuhnya kembali dan menatap pantulan di cermin. "Bagus, Yang kamu mau pakai baju bentuk apa pun juga bagus, mau potongan apa pun juga bagus," ucap Jonathan sambil meminum air putih sebanyak mungkin agar ia bisa terjaga."Yang ini emang bagus? Bokong aku kelihatannya ....""Sempurna, sesempurna baju itu kamu tangalkan," lanjut Jonathan yang langsung mendapatkan lirikkan maut dari Kaluna melalui cermin dan terdengar suara kikikkan salah satu pegawai butik yang berdiri di pojokan."Jo, aku serius, aku nggak ma
"Kenapa ada apa?" tanya Kaluna sambil berjalan ke arah pintu namun langkahnya terhenti saat Yesi tiba-tiba muncul di pintu."Kenapa? Jonathan kenapa?" tanya Kaluna panik."Aku jatuh, Yang ... aku jalan nggak liat jalan jadi kesandung karpet," ucap Jonathan dengan suara lantang berharap Kaluna bisa mendengarkan suaranya dari balik pintu."Kok bisa?" tanya Kaluna sambil melangkah mendekati pintu namun, Yesi menahannya, "awas Mbak Yesi saya mau lihat calon suami saya, dia kenapa?""Nggak kenapa-kenapa, Mas Jonathan nggak kenapa-kenapa, dia cuman kesandung karpet jadi jatuh." Yesi tetap menghalangi Kaluna."Ini kenapa dihalangin, awas ... aku mau lihat Jonathan," usir Kaluna kesal sambil mendorong-dorong badan Yesi namun, wanita itu tidak bergeming sama sekali."Maaf, Mbak ... tapi, nggak bagus kalau calon mempelai pria lihat calon mempelai wanita pakai gaun yang bakal dipakai karena saya yakin seratus persen Mbak bakal pilih gaun ini bukan hanya menjadikan gaun ini contoh referensi gaun
"Mampus," bisik Kaluna sambil mengusap keningnya dan menolak melihat wajah Jonathan yang terlihat masam."Pak Jonathan silakan duduk, ini saya mau mengenalkan Anda deng—""Ngapain kamu disini, Cakra?" tanya Jonathan dingin sambil menarik kursi dan menempatkannya sedekat mungkin dengan kursi Kaluna seolah melindungi Kaluna dari tatapan liar Cakra. "Hmm ...." Cakra melihat Gege yang kebingungan dan memintanya untuk duduk, "menawarkan bantuan yang bakal memberikan keuntungan dikedua belah pihak," ucap Cakra sambil tersenyum."Nggak perlu, aku sama Kaluna nggak perlu bantuan apa pun dari kamu," ungkap Jonathan sambil menempatkan tangannya di paha Kaluna dan mengelusnya pelan mencoba untuk menenangkan dirinya.Jonathan ingat saat pertama kali masuk kedalam restoran amarahnya langsung meledak karena melihat wajah Cakra yang semeja dengan Kaluna dan Gege. Saat Jonathan sampai di samping meja kupingnya memerah saat mendengar perkataan Cakra yang seolah merendahkan dirinya karena tidak mampu
"Ngapain Cakra di sana?" tanya Jonathan setelah mereka pulang dari restoran dan meminta bertemu ulang dengan Gege."Nggak tau, aku nggak tau dan nggak mau tahu. Aku pusing," sahut Kaluna yang tidak mau berlarut-larut membicarakan Gege. Pusing kepalanya mengurus pernikahannya ini, rasanya acara pernikahannya itu seperti magnet yang sangat kuat untuk berbagai macam masalah yang datang ke kehidupannya."Kamu beneran nggak tahu masalah ini?" tanya Jonathan sambil melirik Kaluna."Nggak ... aku nggak tau, kalau aku tahu nggak mungkin aku ajak kamu! Aku tahu sifat kamu dan aku nggak mau rusak pernikahan aku dengan mendatangkan Cakra," ungkap Kaluna sambil mengambil ponselnya yang tiba-tiba bergetar dan ternyata itu adalah chat dari Emma yang mengabarkan kalu Emma tidak akan pulang ke rumah hari ini. Kaluna melihat ke depan dan menyadari kalau saat ini mereka ada di perempatan di mana kalau dia belok ke kanan maka akan ke rumah Kaluna dan bila belok kiri maka mereka akan ke rumah Jonathan.
Kaluna mendesah keras saat merasakan payudaranya di remas oleh jemari Jonathan, setiap gesekkan yang Jonathan berikan dress memberikan dampak dua kali lipat yang membuat Kaluna mendesah tanpa henti hingga ia tanpa sadar menggerakkan pinggulnya baju dan mundur menggesek permukaan celana Jonathan yang menonjol."Teriak yang keras, Yang," pinta Jonathan sambil meremas payudara Kaluna."Hah? Gimana?" Kaluna yang kebingungan karena tiba-tiba diminta untuk berteriak disaat birahinya sedang ada di puncak dan tubungjya diselimuti gairah hanya bisa mencengkeram bahu Jonathan dengan satu tangan sedangkan tangan satunya lagi menarik roknya ka atas agar tidak menghalangi ceruk kenikmatannya yang terbalut celana dalam menggesek benda yang sudah mengeras di balik celana panjang Jonathan.Jonathan tersenyum ia membelai garis tubuh Kaluna hingga berakhir di bokong Kaluna. Jemari itu langsung meremas bokong Kaluna dan meminta Kaluna untuk mengangkat bokongnya, "Angkat, Yang.""Hah?" Sekali lagi Kaluna
“Bangsat!!!” sentak Cakra sambil melemparkan ponselnya ke arah dinding kamarnya yang bersebelahan dengan pintu kamar mandi.Brak!!!“Mas Cakra!” teriak Karin yang kaget karena saat ia keluar dari kamar mandi bertepatan dengan ponsel milik Cakra yang menghantam dinding.“Bangsat!” sentak Cakra lagi karena masih mengingat suara desahan Kaluna disambungan teleponnya tadi. Cakra bukan lelaki bodoh yang tidak sadar apa yang sedang Jonathan dan Kaluna lakukan. Dia paham dengan jelas apa yang sedang Jonathan dan Kaluna lakukan tadi. Kenapa? Karena Cakra tahu dan hapal suara desahan Kaluna seperti apa, bahkan ia hapas suara jeritan mantan tunangannya itu bila sedang berada di gulungan kenikmatan. Sialan!“Kamu kenapa Mas?” tanya Karin bingung sambil berjongkok dan mengambil ponsel Cakra yang terlihat penyok di salah satu bagiannya. Jempol Karin dengan sigap menekan tombol on off untuk mengetahui apakah ponsel suaminya itu masih hidup atau tidak.“Kamu kenapa marah-marah sampai lempar-lempar
Brak!!! Cakra menggembrak nakas yang ada di sampingnya, amarahnya yang sedari tadi ia tahan akhirnya meledak juga. Akumulasi emosi yang ia rasakan dari semenjak ia bertemu dengan Kaluna dan Jonathan di restoran lalu berakhir mendengar desahan sensual Kaluna akhirnya membuat Cakra kehilangan kesabarannya menghadapi Karin.“Bisa diem nggak?” tanya Cakra sambil berjalan mendekati Karin, “dari tadi di sabarin mulut kamu ngomong terus! Kamu mau nya apa?”“Kamu mau aku nikahi aku nikahi, kamu mau apa aku kasih, kamu mau kerja di hotel keluarga aku, akh kasih. Kamu mau apa juga aku kasih, sekarang aku minta kamu tidur dan nggak ngurus hidup aku doang kok susah!” sentak Cakra di kuping Karin hingga membuat wanita itu tersentak kaget.“Aku c-cu-cuman … aku cuman mau dianggap istri kamu, Cakra. Aku ini istri kamu,” ucap Karin terbata karena merasa takut akibat teriakkan Cakra yang memekakkan telinganya.“Kamu kan udah aku nikahi! Itu kan keinginan kamu! Terus sekarang mau apa lagi? Kamu mau aku
"Yang, hei ... Sayang."Sayup-sayup terdengar suara Jonathan di kuping Kaluna yang membuat ia berusaha untuk membuka kelopak matanya yang sangat sulit untuk terbuka seolah terdapat lem korea yang melekatkannya. "Yang, ayo bangun," bisik Jonathan sambil membelai lengan Kaluna dan sesekali mengecupi wajah kekasihnya itu. "Hmm ... ngantuk, Jo, aku lagi off juga dari kitchen. Kamu aja yang bangun. Kamu kan, dapet jadwal siang," bisik Kaluna sambil tersenyum kecil karena merasakan kecupan diwajahnya bahkan ia merasa bibirnya di gigit pelan oleh Jonathan. "Iya tahu aku masuk siang makanya aku bangunin kamu sekarang, ayo, bangun, Yang," bisik Jonathan lagi sambil mengusapi pipi Kaluna yang terlihat lembut dan hangat karena terdapat semburat merah di wajah Kaluna yang saat ini sedang tersenyum pada dirinya namun dengan mata yang terpejam seolah menolak untuk bangun. "Mau apa, Jo, aku ngantuk ini. Capek aku, tuh," bisik Kaluna sambil menangkap tangan Jonathan dan mengecupnya pelan setelahn
"Why?" tanya Jonathan kaget karena Kaluna dengan cepat menjawab pertanyaannya tanpa menunggu jeda atau apa pun juga."Ibu sama siapa, Jo, kalau aku pergi," ucap Kaluna sambil menyuar rambut hitam tebal Jonathan. "Kalau aku pergi, nanti Ibu yang jaga siapa? Kebayang nggak kalau aku pergi tiba-tiba aja Tante Frida dan Eyang Sekar bikin ulah lagi, siapa yang jaga Ibu?""Tapi kan, mereka sudah berjanji nggak bakal ganggu kamu dan keluarga kamu." Jonathan mencoba mengingatkan Kaluna kalau Sekar dan Frida sudah menandatangani surat perjanjian untuk tidak menggangu Kaluna dan Emma karena Kaluna sudah melepaskan semua hak warisnya atas kekayaan dari Pamungkas."Untuk Eyang Sekar aku yakin dia nggak bakal bikin ulah." Kaluna tiba-tiba kembali mengingat pertemuan terakhirnya dengan Sekar di mana nenek tua itu menangis sambil memeluknya dan meminta maaf atas segala kesalahan yang ia perbuat dulu. Sebuah kesalahan yang menorehkan luka sangat dalam bagi Kaluna, sebuah kesalahan yang hampir membua
"Screw you!" maki Jonathan saat Raka kembali mengangat telepon dari dirinya. Hampir pecah kepala Jonathan saat mendengar perkataan Raka yang akan memecat dirinya dan ditambah sudah hampir lima belas menit Raka mengabaikan teleponnya."Cool man," ucap Raka santai sambil menahan tawanya karena dia tahu kalau ia sudah membuat Jonathan murka."Cool? Are you fucking kidding me, Raka!!""Chill oi ... sabar, santai ....""Orang gila mana yang tetep santai saat tahu kalau dirinya dipecat dari tempat dia bekerja? Hah? Orang gila mana? Mana semua resep, bahan dan cara kerja udah lo ambil semuanya!" Jonathan bukan takut tidak berpenghasilan bila dia dipecat dari Moon.Jujur bagi Jonathan untuk kembali membuka restoran dan mencari pekerjaan lain semudah menjentikan jari, sudah banyak pemilik restoran dan hotel-hotel bintang lima yang mau memperkerjakan dirinya. Tapi, yang Jonathan kesal adalah hampir semua resep, cara masak dan fondasi Moon itu adalah hasil buah pikirannya. Anggaplah Moon adalah
"Udah bangun?" tanya Jonathan saat melihat Kaluna membuka matanya, tanpa sadar ia tertawa melihat Kaluna memicingkan matanya karena sinar matahari yang ada si belakang Jonathan."Ah ... mataharinya, Jo," rengek Kaluna manja sambil menepuk dada Jonathan, "kamu kebiasaan deh nggak pernah rapet nutup jendela." Kaluna menarik selimut lalu menutupi wajahnya. "Jangan tidur lagi, Yang," pinta Jonathan sambil menarik selimut Kaluna dan langsung tertawa keras saat melihat raut wajah marah istrinya itu, "kenapa? Ayo bangun, Yang ... ini udah jam sembilan. Malu sama matahari," kekeh Jonathan."Ngantuk, Jo ... sumpah ngantuk banget, kamu sadar nggak sih kalau kita itu baru tidur empat jam," ucap Kaluna sambil melirik Jonathan dan mengembikkan bibirnya karena masih merasa ngantuk.Sumpah tubuh Kaluna saat ini lelah bukan main, rasanya setiap sendi di tubuhnya meminta Kaluna untuk terus berada di ranjang dan kelopak matanya meminta Kaluna untuk kembali tidur tapi, sialnya Jonathan benar-benar meng
Kaluna mendesah saat jemari Jonathan menyusup ke dalam pakaian dalamnya dan mengusap bagian paling sensitif miliknya hingga tanpa sadar ia merenggangkan kedua kakinya untuk menerima sentuhan Jonathan yang selalu membuat dirinya melentingkan tubuh."Yang bisa buka?" tanya Jonathan sambil sesekali mengecupi garis leher Kaluna dengan lembut seolah itu adalah benda yang harus ia sentuh dengan sangat hati-hati.Kaluna yang limbung kerena gulungan kenikmatan yang Jonathan berikan berusaha untuk melepaskan kancing-kancing pakaiannya dengan susah payah, tanpa sadar dia mengutuki kancing-kancing bajunya yang cantik namun sulit untuk terlepas, "Susah," bisik Kaluna.Setelah Kaluna berkata ia merasakan jemari Jonathan keluar dari tubuhnya, menghentikan gerakan erotis nan manis yang membuat Kaluna merasa kecewa karena tidak lagi tergulung dalam kenikmatan yang membuat birahinya meraung. "Jo," desah Kaluna sambil menatap wajah Jonathan yang saat ini sedang menatapnya, tanpa sadar ia mendekatkan w
"Jo, ini kita mau kemana sih?" tanya Kaluna yang kesal bukan main karena sudah duduk di dalam mobil selama hampir dua jam dan sama sekali belum menunjukkan tanda-tanda kalau mobil itu akan berhenti."Bentar lagi sampai kok, Nyonya ... tenang saja tempatnya bagus," ucap Bli Wayan yang hanya bisa tersenyum mendengarkan pertanyaan Kaluna yang entah sudah keberapa puluh kali diucapkan oleh wanita yang saat ini menatapnya dengan kesal."Bagus sih bagus, Bli, tapi kenapa ini kayanya jauh banget tempatnya, tepos pantat aku yang ada," gerutu Kaluna sambil menggerakkan pantatnya ke kanan dan ke kiri karena sudah mulai merasa sakit. Nasib pantat tepos."Mana yang sakit?" tanya Jonathan sambil menyelipkan tangannya ke punggung Kaluna dan bergerak turun ke arah bokong Kaluna."Aw ... Jo, sakit," pekik Kaluna sambil membulatkan matanya dan menahan tangan Jonathan, "jangan dicubit," rengek Kaluna manja."Sini aku pijitin," ucap Jonathan santai tapi sumpah demi apa pun Kaluna dapat melihat tatapan p
"Kenapa?" tanya Jonathan dari balik kacamata hitamnya yang membuat ketampanannya melonjak naik."Nggak," sahut Kaluna sambil membenarkan posisi duduknya. Saat ini mereka sudah berada di pesawat salah satu maskapai penerbangan komersil Indonesia. Sesekali Kaluna melihat ke arah jendela pesawat yang sudah terlihat awan putih yang menandakan mereka sudah berada di ketinggian yang cukup untuk melepaskan sabuk pengaman, "aku mau ke kamar mandi."Jonathan menggeleng sambil menahan tangan Kaluna, "Nggak ... kamu kenapa? Dari tadi malem kamu gelisah terus bahkan kamu tidur pun gerak mulu." "Aku mau ke kama ...." Kaluna menghentikan ucapannya saat melihat Jonathan melepaskan kacamata hitam dan menatapnya tajam, "Jo.""Duduk," perintah Jonathan dan langsung diikuti oleh Kaluna. Selama beberapa menit mereka saling diam dan tidak berkata apa pun juga, hanya terdengar suara sekitar mereka saja."I am waiting, Yang." Jonathan memecahkan kesunyian sambil melirik ke arah Kaluna, mencoba menjelaskan
"Kenapa lagi?" tanya Cakra saat melihat Karin dan keamanan hotel berada di dekatnya."Saya menemukan Bu Karin ingin membobol salah satu laci di ruangan kerja Bapak, Bapak selalu minta saya untuk menjaga laci di ruangan Bapak dan meminta tidak boleh ada yang membukanya tanpa terkecuali. Jadi, saya mohon maaf tadi saat saya lihat Bu Karin mau membuka laci dari CCTV langsung saya amankan, Pak," ucap keamanan hotel sambil melirik Karin yang terlihat marah."Saya ini istrinya, kamu nggak berhak buat memperla—""Terima kasih Pak, kamu sudah melakukan pekerjaan dengan baik. Sekarang biar saya urus dia sendiri, silakan kembali bekerja." Cakra mengabaikan perkataan Karin sambil meminta keamanan hotel pergi meninggalkan mereka."Aku duluan pulang, yah," ucap Kaluna sambil menepuk bahu Cakra, "bareng dia juga," lanjut Kaluna sambil menunjuk Gendis yang terlihat sedang mengutak atik ponselnya seolah memiliki dunianya sendiri."Kenapa ada itu lonte?" tanya Karin.Kaluna yang bersiap pergi langsung
"Kamu jangan lupa minum obat," ucap Kaluna sambil menutup pintu mobilnya dan berjalan ke arah pintu depan hotel."Iya, aku minum bentar lagi dan kamu udah konsultasi ke Dokte Fina?" tanya Jonathan melalui sambungan telepon."Udah, cerewet," jawab Kaluna sambil menahan tawanya karena sudah semenjak ia membuka matanya Jonathan terus mengingatkannya untuk konsultasi dan melakukan check up ke Dokter Fina."Bener udah? Kalau kamu bohong aku telepon Dokter Finanya," ancam Jonathan."Sono telepon, sekalian datangin hari ini," tantang Kaluna, "kamu kan emang ada janji sama Dokter Fina buat nanti sore jam lima. Aku tahu karena tadi Dokter Fina bilang kamu ubah jadwal konsultasi.""Salahin si Raka sialan ini yang maksa banget buat ketemu dan entah apa lagi yang mau dia bahas padahal dia udah aku kasih semuanya. Bahkan aku udah pilihin sous chef yang normal bukan si Rahmat Mcflurry," maki Jonathan yang kesal karena hari liburnya terganggu karena Raka."Ampun deh aku suka ngakak kalau inget si Ra
Kaluna memekik keras saat ia merasakan jemari Jonathan memasuki dirinya, bergerak dengan ahlinya hingga membuat ia menahan ledakan kenikmatan di bagian paling kecil tubuhnya yang menjalar dengan liat ke seluruh tubuh."Jo ... ah, bisa kamu pel — ah, Jo," desah Kaluna saat ia dibuat pusing karena digulung kenikmatan dari gerakan jemari Jonathan yang selali bisa melambungkan birahinya hingga ketitik tertinggi.Jonathan mencumbu bibir Kaluna untuk membungkam mulut istrinya yang terus mendesah dengan suara paling sensual yang ia dengar. Dengan ahli Jonathan mengecupi rahang Kaluna dan bergerak turun ke arah payudara Kaluna.Birahinya tercambuk sempurna saat ujung lidahnya menyentuh puting payudara Kaluna yang sudah mengeras, seolah sudah menunggu untuk Jonathan puja. Lidahnya bergerak liar nan sensual untuk memberikan kenikmatan bagi Kaluna, sesekali Jonathan menggigit dan menyesap payudara Kaluna. Memujanya.Kaluna hanya bisa menengadahkan kepalanya dan melentingkan tubuhnya saat ia mend