"Lo ngapain di sini?" tanya Raka yang kaget melihat Gendis ada di parkiran restoran. Keadaan Gendis yang terlihat seperti anak hilang yang duduk di bawah pohon mangga membuat Raka mengingat sosok hantu yang suka berdiam di bawah pohon. "Gue cuman mau ngobrol sama lo, kan," ucap Gendis sambil menengadahkan wajahnya, matanya buram hingga ia tidak sadar kalau saat ini ia sedang berbicara dengan Raka bukan Kaluna lagi. "Ngobrol apaan? Kalau mau ngobrol sama gue, lo telepon dulu nanti kita ketemu di mana gitu, kalau lo ke sini tuh bakal bikin rusuh. Untung Jonathan lagi ada di Medan, kalau nggak bisa terjadi huru hara," ungkap Raka sambil menarik tangan Gendis agar wanita itu berdiri. "Lah, kamu bukan Kaluna?" tanya Gendis setelah ia berdiri dan melihat wajah Raka dengan lebih jelas lagi."Ehm ...." Raka memalingkan wajahnya saat menyadari kalau Gendis bau alkohol, bahkan Raka berani bersumpah kalau wanita itu sepertinya mandi menggunakan alkohol bukan air keran. Menyengat!"Apa? Kenapa
"Mbak ... mbak ... mbak.""Hah? Apa gimana?" tanya Kaluna kaget saat mendengar seseorang memanggil namanya. Kaluna mengerjapkan matanya agar bisa kembali fokus dengan apa yang saat ini ia kerjakan. "Mbak kayanya kecapean," ucap Gege sambil tersenyum. Kaluna hanya bisa tertawa kering mendengar ucapan Gege, "Iya, hari ini bener-bener hectic, maaf yah.""Nggak papa, aku paham kok dan lagi Mbak juga nggak dianterin sama calon suaminya, jadi aku paham banget Mbak pasti lelah," ungkap Gege sambil mendorong es teh yang ada di hadapan Kaluna agar wanita itu meminumnya dan mungkin bisa membantu Kaluna lebih tenang.Kaluna mengambil gelas dan meminum es teh manis miliknya dengan canggung. Seharian ini dirinya banyak melakukan berbagai macam pekerjaan dan juga mengalami peristiwa yang membuat dirinya kesal. Dia kembali mengingat saat ia meninggalkan Gendis dia berpapasan dengan Raka dan Raka memintanya untuk tidak mengindahkan Gendis. Kaluna yang juga sudah lelah berdebat kusir dengan Gendis m
"Terima kasih atas waktunya Ge, Kamis kita ketemu lagi buat bahas hal lainnya," ucap Jonathan sambil menyambut tangan Gege."Pokoknya semua akan saya buat sesempurna mungkin seperti keinginan Mbak Kaluna dan Pak Jonathan, semuanya akan saya booking sesuai dengan kemauan kalian berdua," ucap Gege yang merasa sangat bersyukur ternyata pertemuannya berjalan lancar setelah kedatangan Jonathan. Kaluna seolah mengeluarkan semua keinginan dan rencana pernikahan yang terpendam saat Jonathan datang. Gege sampai kewalahan menuliskan keinginan Kaluna yang sangat spesifik dan detail. "Saya harap saat kita ketemu lagi semuanya sudah beres di down payment dan untuk pembayarannya nanti saya langsung transfer ke rekening perusahaan Pak Gege," ucap Jonathan tenang."Baik, nanti saya berikan rinciannya melalui email." Gege berdiri dan membereskan semua barang-barang miliknya dan bersiap untuk pergi meninggalkan Jonathan dan Kaluna, "saya permisi dulu."Sepeninggalan Gege, Jonathan duduk kembali di sam
“Siapa yang nelpon?” tanya Jonathan sesaat ia menghentikan mobilnya di depan Kaluna yang menunggu di depan pintu restoran.“Ibu.”“Kenapa Ibu? Sakit atau kenapa?” tanya Jonathan.“Nggak dia cuman tanya aku di mana dan minta tolong jemput,” sahut Kaluna sambil menutup pintu mobilnya, “kamu keberatan jemput ibu nggak? Kalau keberatan nanti kamu turunin aku di jalan ….”“Nggak usah, aku jemput aja. Ya kali aku izini kamu naik angkutan umum padahal udah mau jam sembilan malem,” potong Jonathan sambil memindahkan gigi mobilnya lalu melaju membelah jalanan ibukota di malam hari.“Ibu di mana?” tanya Jonathan.“Kata ibu dia ada di Mall XXX sama temennya,” sahut Kaluna, “oh yah, Jo kamu kenal sama Gege di mana? Aku kaya familiar sama mukanya tapi lupa-lupa inget.”“Lah dia kan temennya Joya,” ucap Jonathan sambil melirik Kaluna.“Lah, dia temennya Joya? Joya yang pramugari kemarin yang nolongin kita?” tanya Kaluna yang langsung dijawab anggukan oleh Jonathan, “pantesan kaya yang familiar, tapi
Brak!!!"Jonathan!" pekik Kaluna sambil menoleh dan mendapati wajah Jonathan yang pias, "kamu nabrak apa?" bisik Kaluna pelan.Jonathan hanya menggeleng, wajahnya pias bercampur bingung sambil menatap ke arah depan. Jantungnya berdebar tak karu-karuan karena merasa takut karena merasa sudah membunuh seseorang."Aku nabrak orang, Yang! Aku bun-bu-bunuh orang?" tanya Jonathan dengan suara tersedat karena pikirannya masih kalut dan bingung."Jangan ngaco kamu, Jo, belum tentu orangnya mati." Kaluna mencoba untuk menenangkan Jonathan walaupun perkataan itu lebih ia tunjukkan untuk dirinya sendiri karena jujur ia pun merasa takut bila Jonathan menghilangkan nyawa seseorang.Kedua tangan Jonathan menutup wajahnya sambil sesekali terdengar desahan napas keras berusaha untuk menenangkan diri, "Sumpah aku nggak sengaja," bisik Jonathan.Kaluna paham kalau Jonathan saat ini sedang panik dan keadaann ini juga karena dirinya yang keras kepala karena mengambil tempat minum padahal Jonathan sudah m
Kaluna melihat Bapak-bapak tersebut dan Emma bergantian, "Ibu kenal Bapak-bapak jantung itu?" tanya Kaluna kaget sambil menunjuk Emma dan Bapak-bapak itu bergantian kemudian melihat Jonathan yang hanya bisa mengangkat kedua bahunya.Seolah tidak mendengar perkataan Kaluna, Emma berjalan mendekat ke arah Bapak-bapak yang saat ini masih menatapnya dengan tatapan rindu dan menyentuh dadanya, "Kamu masih ada, Mas?""Mas?" tanya Kaluna kaget saat mendengar nama panggilan yang disematkan Emma untuk Bapak-bapak berpenyakit jantung yang Jonathan tabrak. "Emma, kamu sehat?" tanya Bapak-bapak itu sambil menepuk punggung tangan Jonathan yang sedang memegang gagang pendorong kurai roda, "majuan Nak, Bapak mau ngedeketin Emma, ayo ... jantung Bapak sakit ini," ucap Bapak-bapak itu sambil menoleh sekilas ke arah Jonathan.Jonathan memutar bola matanya kesal, andai tidak ada tata krama dan sopan santun yang ia pelajari dari kecil hingga saat ini yang menyatakan memukul orang yang lebih tua itu tida
"Iya ... nanti aja ketemu di toko aku, iya ... ati-ati, Mas," ucap Emma dengan suara malu-malu.Kaluna yang baru saja melangkahkan kakinya setelah pulang dari restoran Moon langsung terdiam karena melihat tingkah pola Emma yang centil. Kesambet apa Ibunya!"Ibu?" tanya Kaluna ragu-ragu karena dia takut kalau yang ia panggil itu bukan Emma sesungguhnya tapi, mungkin saja mahluk halus yang menyerupai Emma. Ibunya tidak pernah sekecentilan ini!"Ibu lagi teleponin siapa?" tanya Kaluna lagi."Om Wisnu nanya katanya kapan mau temanin dia beli obat," ucap Emma malu-malu, "kan dia abis ditabrak sama Jonathan dan dia bilang terima kasih sudah membenarkan motornya.""Bu, kejadian tabrakan itu udah seminggu yang lalu. Kaluna yakin Om Wisnu udah sehat dan ngapain dia minta anterin beli obat ke Ibu? Emang dia nggak punya keluarga yang bisa dimintai tolong?" tanya Kaluna penuh tanda tanya. Mau apa Wisnu ini? Jangan bilang kalau dia mau merayu Emma, kalau mau merayu Kaluna tidak keberatan tapi, ada
"Aneh nggak?" tanya Kaluna sambil memutar tubuhya dan membenarkan bagian bawah dressnya.Jonathan berjuang untuk menahan untuk menguap karena sudah hampir dua jam ia duduk di sana dan melihat Kaluna keluar masuk ruang ganti hanya untuk menentukan baju potongan baju pernikahan apa yang cocok dengan badannya. Iya, belum final tapi, baru bentuk yang paling bagus dengan bentuk badannya! Bisa Anda bayangkan betapa ngantuknya Jonathan saat ini. Lelah."Jo," rengek Kaluna sambil memutar tubuhnya kembali dan menatap pantulan di cermin. "Bagus, Yang kamu mau pakai baju bentuk apa pun juga bagus, mau potongan apa pun juga bagus," ucap Jonathan sambil meminum air putih sebanyak mungkin agar ia bisa terjaga."Yang ini emang bagus? Bokong aku kelihatannya ....""Sempurna, sesempurna baju itu kamu tangalkan," lanjut Jonathan yang langsung mendapatkan lirikkan maut dari Kaluna melalui cermin dan terdengar suara kikikkan salah satu pegawai butik yang berdiri di pojokan."Jo, aku serius, aku nggak ma
"Why?" tanya Jonathan kaget karena Kaluna dengan cepat menjawab pertanyaannya tanpa menunggu jeda atau apa pun juga."Ibu sama siapa, Jo, kalau aku pergi," ucap Kaluna sambil menyuar rambut hitam tebal Jonathan. "Kalau aku pergi, nanti Ibu yang jaga siapa? Kebayang nggak kalau aku pergi tiba-tiba aja Tante Frida dan Eyang Sekar bikin ulah lagi, siapa yang jaga Ibu?""Tapi kan, mereka sudah berjanji nggak bakal ganggu kamu dan keluarga kamu." Jonathan mencoba mengingatkan Kaluna kalau Sekar dan Frida sudah menandatangani surat perjanjian untuk tidak menggangu Kaluna dan Emma karena Kaluna sudah melepaskan semua hak warisnya atas kekayaan dari Pamungkas."Untuk Eyang Sekar aku yakin dia nggak bakal bikin ulah." Kaluna tiba-tiba kembali mengingat pertemuan terakhirnya dengan Sekar di mana nenek tua itu menangis sambil memeluknya dan meminta maaf atas segala kesalahan yang ia perbuat dulu. Sebuah kesalahan yang menorehkan luka sangat dalam bagi Kaluna, sebuah kesalahan yang hampir membua
"Screw you!" maki Jonathan saat Raka kembali mengangat telepon dari dirinya. Hampir pecah kepala Jonathan saat mendengar perkataan Raka yang akan memecat dirinya dan ditambah sudah hampir lima belas menit Raka mengabaikan teleponnya."Cool man," ucap Raka santai sambil menahan tawanya karena dia tahu kalau ia sudah membuat Jonathan murka."Cool? Are you fucking kidding me, Raka!!""Chill oi ... sabar, santai ....""Orang gila mana yang tetep santai saat tahu kalau dirinya dipecat dari tempat dia bekerja? Hah? Orang gila mana? Mana semua resep, bahan dan cara kerja udah lo ambil semuanya!" Jonathan bukan takut tidak berpenghasilan bila dia dipecat dari Moon.Jujur bagi Jonathan untuk kembali membuka restoran dan mencari pekerjaan lain semudah menjentikan jari, sudah banyak pemilik restoran dan hotel-hotel bintang lima yang mau memperkerjakan dirinya. Tapi, yang Jonathan kesal adalah hampir semua resep, cara masak dan fondasi Moon itu adalah hasil buah pikirannya. Anggaplah Moon adalah
"Udah bangun?" tanya Jonathan saat melihat Kaluna membuka matanya, tanpa sadar ia tertawa melihat Kaluna memicingkan matanya karena sinar matahari yang ada si belakang Jonathan."Ah ... mataharinya, Jo," rengek Kaluna manja sambil menepuk dada Jonathan, "kamu kebiasaan deh nggak pernah rapet nutup jendela." Kaluna menarik selimut lalu menutupi wajahnya. "Jangan tidur lagi, Yang," pinta Jonathan sambil menarik selimut Kaluna dan langsung tertawa keras saat melihat raut wajah marah istrinya itu, "kenapa? Ayo bangun, Yang ... ini udah jam sembilan. Malu sama matahari," kekeh Jonathan."Ngantuk, Jo ... sumpah ngantuk banget, kamu sadar nggak sih kalau kita itu baru tidur empat jam," ucap Kaluna sambil melirik Jonathan dan mengembikkan bibirnya karena masih merasa ngantuk.Sumpah tubuh Kaluna saat ini lelah bukan main, rasanya setiap sendi di tubuhnya meminta Kaluna untuk terus berada di ranjang dan kelopak matanya meminta Kaluna untuk kembali tidur tapi, sialnya Jonathan benar-benar meng
Kaluna mendesah saat jemari Jonathan menyusup ke dalam pakaian dalamnya dan mengusap bagian paling sensitif miliknya hingga tanpa sadar ia merenggangkan kedua kakinya untuk menerima sentuhan Jonathan yang selalu membuat dirinya melentingkan tubuh."Yang bisa buka?" tanya Jonathan sambil sesekali mengecupi garis leher Kaluna dengan lembut seolah itu adalah benda yang harus ia sentuh dengan sangat hati-hati.Kaluna yang limbung kerena gulungan kenikmatan yang Jonathan berikan berusaha untuk melepaskan kancing-kancing pakaiannya dengan susah payah, tanpa sadar dia mengutuki kancing-kancing bajunya yang cantik namun sulit untuk terlepas, "Susah," bisik Kaluna.Setelah Kaluna berkata ia merasakan jemari Jonathan keluar dari tubuhnya, menghentikan gerakan erotis nan manis yang membuat Kaluna merasa kecewa karena tidak lagi tergulung dalam kenikmatan yang membuat birahinya meraung. "Jo," desah Kaluna sambil menatap wajah Jonathan yang saat ini sedang menatapnya, tanpa sadar ia mendekatkan w
"Jo, ini kita mau kemana sih?" tanya Kaluna yang kesal bukan main karena sudah duduk di dalam mobil selama hampir dua jam dan sama sekali belum menunjukkan tanda-tanda kalau mobil itu akan berhenti."Bentar lagi sampai kok, Nyonya ... tenang saja tempatnya bagus," ucap Bli Wayan yang hanya bisa tersenyum mendengarkan pertanyaan Kaluna yang entah sudah keberapa puluh kali diucapkan oleh wanita yang saat ini menatapnya dengan kesal."Bagus sih bagus, Bli, tapi kenapa ini kayanya jauh banget tempatnya, tepos pantat aku yang ada," gerutu Kaluna sambil menggerakkan pantatnya ke kanan dan ke kiri karena sudah mulai merasa sakit. Nasib pantat tepos."Mana yang sakit?" tanya Jonathan sambil menyelipkan tangannya ke punggung Kaluna dan bergerak turun ke arah bokong Kaluna."Aw ... Jo, sakit," pekik Kaluna sambil membulatkan matanya dan menahan tangan Jonathan, "jangan dicubit," rengek Kaluna manja."Sini aku pijitin," ucap Jonathan santai tapi sumpah demi apa pun Kaluna dapat melihat tatapan p
"Kenapa?" tanya Jonathan dari balik kacamata hitamnya yang membuat ketampanannya melonjak naik."Nggak," sahut Kaluna sambil membenarkan posisi duduknya. Saat ini mereka sudah berada di pesawat salah satu maskapai penerbangan komersil Indonesia. Sesekali Kaluna melihat ke arah jendela pesawat yang sudah terlihat awan putih yang menandakan mereka sudah berada di ketinggian yang cukup untuk melepaskan sabuk pengaman, "aku mau ke kamar mandi."Jonathan menggeleng sambil menahan tangan Kaluna, "Nggak ... kamu kenapa? Dari tadi malem kamu gelisah terus bahkan kamu tidur pun gerak mulu." "Aku mau ke kama ...." Kaluna menghentikan ucapannya saat melihat Jonathan melepaskan kacamata hitam dan menatapnya tajam, "Jo.""Duduk," perintah Jonathan dan langsung diikuti oleh Kaluna. Selama beberapa menit mereka saling diam dan tidak berkata apa pun juga, hanya terdengar suara sekitar mereka saja."I am waiting, Yang." Jonathan memecahkan kesunyian sambil melirik ke arah Kaluna, mencoba menjelaskan
"Kenapa lagi?" tanya Cakra saat melihat Karin dan keamanan hotel berada di dekatnya."Saya menemukan Bu Karin ingin membobol salah satu laci di ruangan kerja Bapak, Bapak selalu minta saya untuk menjaga laci di ruangan Bapak dan meminta tidak boleh ada yang membukanya tanpa terkecuali. Jadi, saya mohon maaf tadi saat saya lihat Bu Karin mau membuka laci dari CCTV langsung saya amankan, Pak," ucap keamanan hotel sambil melirik Karin yang terlihat marah."Saya ini istrinya, kamu nggak berhak buat memperla—""Terima kasih Pak, kamu sudah melakukan pekerjaan dengan baik. Sekarang biar saya urus dia sendiri, silakan kembali bekerja." Cakra mengabaikan perkataan Karin sambil meminta keamanan hotel pergi meninggalkan mereka."Aku duluan pulang, yah," ucap Kaluna sambil menepuk bahu Cakra, "bareng dia juga," lanjut Kaluna sambil menunjuk Gendis yang terlihat sedang mengutak atik ponselnya seolah memiliki dunianya sendiri."Kenapa ada itu lonte?" tanya Karin.Kaluna yang bersiap pergi langsung
"Kamu jangan lupa minum obat," ucap Kaluna sambil menutup pintu mobilnya dan berjalan ke arah pintu depan hotel."Iya, aku minum bentar lagi dan kamu udah konsultasi ke Dokte Fina?" tanya Jonathan melalui sambungan telepon."Udah, cerewet," jawab Kaluna sambil menahan tawanya karena sudah semenjak ia membuka matanya Jonathan terus mengingatkannya untuk konsultasi dan melakukan check up ke Dokter Fina."Bener udah? Kalau kamu bohong aku telepon Dokter Finanya," ancam Jonathan."Sono telepon, sekalian datangin hari ini," tantang Kaluna, "kamu kan emang ada janji sama Dokter Fina buat nanti sore jam lima. Aku tahu karena tadi Dokter Fina bilang kamu ubah jadwal konsultasi.""Salahin si Raka sialan ini yang maksa banget buat ketemu dan entah apa lagi yang mau dia bahas padahal dia udah aku kasih semuanya. Bahkan aku udah pilihin sous chef yang normal bukan si Rahmat Mcflurry," maki Jonathan yang kesal karena hari liburnya terganggu karena Raka."Ampun deh aku suka ngakak kalau inget si Ra
Kaluna memekik keras saat ia merasakan jemari Jonathan memasuki dirinya, bergerak dengan ahlinya hingga membuat ia menahan ledakan kenikmatan di bagian paling kecil tubuhnya yang menjalar dengan liat ke seluruh tubuh."Jo ... ah, bisa kamu pel — ah, Jo," desah Kaluna saat ia dibuat pusing karena digulung kenikmatan dari gerakan jemari Jonathan yang selali bisa melambungkan birahinya hingga ketitik tertinggi.Jonathan mencumbu bibir Kaluna untuk membungkam mulut istrinya yang terus mendesah dengan suara paling sensual yang ia dengar. Dengan ahli Jonathan mengecupi rahang Kaluna dan bergerak turun ke arah payudara Kaluna.Birahinya tercambuk sempurna saat ujung lidahnya menyentuh puting payudara Kaluna yang sudah mengeras, seolah sudah menunggu untuk Jonathan puja. Lidahnya bergerak liar nan sensual untuk memberikan kenikmatan bagi Kaluna, sesekali Jonathan menggigit dan menyesap payudara Kaluna. Memujanya.Kaluna hanya bisa menengadahkan kepalanya dan melentingkan tubuhnya saat ia mend