Beranda / Fantasi / Seorang Pengangguran Tapi Menjadi Pahlawan di Dunia Lain / Bab 3: Dunia Aetheris & Ancaman yang Meneror

Share

Bab 3: Dunia Aetheris & Ancaman yang Meneror

Penulis: Ri
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-11 19:12:05

Setelah Tohawi mengisi kepalanya dengan pengetahuan dunia ini, Tohawi pun memahami dengan betul tentang dunia ini. Dunia baru ini bernama Aetheris, sebuah dunia yang penuh dengan keajaiban dan misteri. Aetheris terbagi menjadi beberapa kerajaan yang beragam, masing-masing dengan budaya dan karakteristik uniknya. Kerajaan-kerajaan ini berada dalam keadaan damai yang rapuh, selalu terancam oleh kekuatan gelap yang mengintai dari bayangan. Meskipun dunia ini sangatlah luas, dunia ini hanya memiliki lima Kerajaan.

1. Kerajaan Solaria

Raja: Raja Alden

Solaria adalah kerajaan yang terletak di dataran tinggi yang subur, dikenal dengan padang rumput yang luas dan langit yang selalu cerah. Penduduknya hidup dari pertanian dan peternakan. Raja Alden adalah pemimpin yang bijaksana dan adil, selalu mengutamakan kesejahteraan rakyatnya. Istana kerajaan terletak di ibu kota Solara, sebuah kota yang penuh dengan taman dan bangunan megah berlapis emas.

2. Kerajaan Lunaris

Raja: Ratu Seraphina

Lunaris adalah kerajaan yang terletak di pegunungan bersalju. Kerajaan ini dikenal dengan malam-malam yang panjang dan bulan yang selalu tampak besar di langit. Penduduknya adalah pengrajin dan penambang, menggali berbagai batu permata dari perut bumi. Ratu Seraphina, seorang pemimpin yang penuh kasih namun tegas, memerintah dengan hati yang hangat dan tangan yang kokoh. Ibu kota Lunaria adalah kota yang dibangun di lereng gunung, dihiasi dengan lampu-lampu kristal yang berkilauan di malam hari.

3. Kerajaan Verdantia

Raja: Raja Thorne

Verdantia adalah kerajaan yang terletak di hutan rimbun, penuh dengan kehidupan liar dan tanaman eksotis. Penduduknya adalah pemburu dan herbalist, yang hidup selaras dengan alam. Raja Thorne adalah pemimpin yang gagah dan kuat, dikenal dengan kemampuannya dalam berperang dan memimpin pasukan. Ibu kota Verdantia, Arboris, dibangun di antara pepohonan raksasa, dengan rumah-rumah dan jalan-jalan yang terbuat dari kayu.

4. Kerajaan Aquaris

Raja: Raja Nerus

Aquaris adalah kerajaan yang terletak di kepulauan tropis, dikelilingi oleh lautan yang luas. Penduduknya adalah pelaut dan nelayan yang ahli dalam navigasi dan perdagangan laut. Raja Nerus adalah pemimpin yang karismatik dan cerdas, selalu mencari cara untuk memperluas perdagangan dan hubungan diplomatik dengan kerajaan lain. Ibu kota Aquaria adalah kota pelabuhan yang sibuk, dengan dermaga yang selalu ramai oleh kapal-kapal dari seluruh penjuru dunia.

5. Kerajaan Kegelapan dan Para Iblis

Di jantung Aetheris, tersembunyi di balik pegunungan yang menjulang tinggi dan hutan belantara yang lebat, terletak Kerajaan Kegelapan yang dipimpin oleh Raja Kegelapan.

Raja Kegelapan adalah raja Asmodeus. Asmodeus adalah sosok yang menakutkan, tinggi dan kurus dengan mata merah yang berkilauan seperti bara api. Kulitnya pucat dan rambutnya hitam legam, jatuh ke bahu dengan kilauan seperti malam. Dia mengenakan jubah hitam panjang yang berkibar setiap kali dia bergerak, menambah kesan angkernya. Asmodeus adalah raja yang kejam dan penuh tipu daya, selalu merencanakan cara untuk menyebarkan kegelapan dan kehancuran di seluruh Aetheris.

Asmodeus memimpin pasukan iblis yang ganas dan setia, masing-masing dengan kekuatan dan kemampuan yang berbeda. Iblis-iblis ini datang dalam berbagai bentuk dan ukuran, dari yang sekecil kelelawar hingga yang sebesar raksasa. Mereka tinggal di Kerajaan Kegelapan, sebuah tempat yang selalu diselimuti kabut dan kegelapan, dengan istana yang terbuat dari batu hitam dan dihiasi dengan tengkorak dan tulang belulang.

Di saat Tohawi sedang termenung memahami kelima kerajaan. Di belakangnya, Raja Alden berdiri dengan senyum nakal di wajahnya. "Apa yang kau pikirkan, Tohawi? Kau tampak sangat serius!"

Tohawi menghela napas lega, meskipun hatinya masih berdebar-debar karena kejutan itu. "Yang Mulia, aku sedang mencoba memahami sejarah dan politik dari kelima kerajaan ini. Ada begitu banyak yang harus dipelajari."

Raja Alden tertawa, suara tawanya menggema di ruangan besar itu. "Kadang-kadang, kau perlu sedikit istirahat dari semua bacaan itu, Tohawi. Kau terlihat seperti bisa meledak kapan saja dengan semua informasi itu."

Tohawi tersenyum, meskipun sedikit terganggu dengan keusilan Raja Alden. "Aku hanya merasa bahwa aku harus mempersiapkan diri sebaik mungkin. Dunia ini penuh dengan bahaya, dan aku ingin siap menghadapinya."

Raja Alden menepuk bahu Tohawi dengan lembut. "Dan itulah yang membuatmu berbeda, Tohawi. Kesiapanmu untuk belajar dan beradaptasi adalah kekuatanmu. Tapi ingat, pahlawan sejati juga tahu kapan harus bersantai dan menikmati momen."

Tohawi menatap Raja Alden, mencoba memahami maksudnya. "Apakah Yang Mulia pernah merasa kewalahan dengan tanggung jawab?"

Raja Alden mengangguk. "Tentu saja. Setiap hari adalah tantangan, tetapi aku selalu menemukan cara untuk tertawa dan menikmati hidup. Itu yang membuatku tetap kuat. Kau harus menemukan keseimbangan itu juga, Tohawi."

Tohawi tersenyum lebih lebar. "Mungkin Yang Mulia benar. Mungkin aku terlalu keras pada diriku sendiri."

Raja Alden mengangguk dengan bijaksana. "Begitu banyak hal yang bisa terjadi, Tohawi. Jangan terlalu membebani dirimu. Mari kita lakukan sesuatu yang menyenangkan sejenak. Bagaimana kalau kita berjalan-jalan di taman istana? Udara segar bisa membantu pikiranmu menjadi lebih jernih."

Tohawi setuju, merasa bahwa istirahat sejenak mungkin adalah ide yang bagus. Mereka berdua meninggalkan perpustakaan dan berjalan menuju taman istana yang indah. Bunga-bunga bermekaran di sepanjang jalan setapak, dan suara air mancur menambah ketenangan suasana.

Raja Alden melanjutkan dengan cerita-cerita lucu dari masa kecilnya di istana, tentang bagaimana ia dan teman-temannya dulu sering membuat kekacauan yang akhirnya membuat para pelayan kelelahan. Tohawi tertawa mendengar cerita-cerita itu, merasa sedikit lebih ringan dan lebih dekat dengan Raja Alden.

"Aku tidak bisa membayangkan Yang Mulia membuat kekacauan seperti itu," kata Tohawi sambil tersenyum.

Raja Alden tertawa lagi. "Oh, kau tidak akan percaya betapa nakalnya aku dulu. Tetapi itu semua adalah bagian dari belajar dan tumbuh. Setiap kesalahan adalah pelajaran, dan setiap tawa adalah penawar stres."

Tohawi mengangguk, merasa lebih santai dan terinspirasi oleh sikap Raja Alden yang bijak namun penuh humor. Mungkin, dengan sedikit lebih banyak tawa dan keceriaan, dia bisa menemukan kekuatannya sendiri dalam dunia baru ini.

Setelah beberapa saat menikmati taman dan bercakap-cakap ringan, suasana di istana Solaria kembali berubah menjadi serius. Gordon, kepala ksatria kerajaan, muncul bersama beberapa ksatria lainnya. Wajah mereka menunjukkan urgensi, dan Raja Alden segera memasang raut wajah serius yang berbeda dari sebelumnya.

"Aku kira saatnya telah tiba untuk membicarakan hal yang lebih serius, Tohawi," kata Raja Alden sambil menatap tamunya yang baru datang.

Tohawi mengangguk, merasakan perubahan suasana yang mendadak. Mereka berjalan kembali ke ruang utama istana, di mana para ksatria telah bersiap dengan peta dan dokumen-dokumen penting.

Setelah semua duduk, Raja Alden memulai pembicaraan. "Tohawi, ada ancaman besar yang mengancam seluruh dunia Aetheris. Kerajaan Kegelapan, yang dipimpin oleh Asmodeus, semakin kuat setiap hari."

Tohawi menatap peta yang terbentang di meja besar, menunjukkan lima kerajaan utama: Solaria, Lunaris, Verdantia, Aquaris, dan Kerajaan Kegelapan yang mencolok dengan warna gelap dan menakutkan.

"Kerajaan Kegelapan ini," lanjut Raja Alden, "dahulu kala merupakan bagian dari dunia kita yang damai. Namun, Asmodeus, seorang penyihir kuat yang jatuh ke dalam kejahatan, berhasil menguasai kerajaan itu dan mengubahnya menjadi sumber teror. Dia memimpin pasukan iblis dan makhluk kegelapan yang terus menyerang kerajaan-kerajaan kita."

Gordon, kepala ksatria, menambahkan, "Namun, masalah terbesar kita adalah perselisihan di antara kita sendiri. Kerajaan Solaria, Lunaris, Verdantia, dan Aquaris terus berselisih karena berbagai perbedaan dan konflik masa lalu. Hal ini menghambat upaya kita untuk bersatu melawan ancaman yang lebih besar."

Tohawi mengerutkan kening, memikirkan implikasi dari apa yang baru saja didengarnya. "Jadi, jika kita tidak bersatu, kita tidak akan bisa mengalahkan Asmodeus dan pasukannya?"

"Benar," jawab Raja Alden dengan nada serius. "Kami telah mencoba berbagai cara untuk mengadakan pertemuan damai dan membentuk aliansi, tetapi kecurigaan dan dendam lama selalu menghalangi. Kerajaan Lunaris, misalnya, tidak percaya pada niat baik Verdantia, dan Aquaris memiliki masalah lama dengan Lunaris yang belum terselesaikan."

Tohawi menatap peta lagi, mencoba memahami kompleksitas politik dunia ini. "Apa yang bisa kita lakukan untuk menyatukan mereka?"

Raja Alden menghela napas panjang. "Itulah yang kami coba pikirkan sekarang. Kami perlu menemukan cara untuk menyatukan kerajaan-kerajaan ini. Jika kita bisa menunjukkan kepada mereka bahwa ancaman Asmodeus lebih besar daripada perselisihan kita, mungkin ada harapan."

Gordon berbicara lagi. "Kami berpikir untuk mengadakan sebuah pertemuan besar, di mana semua raja dari kerajaan-kerajaan tersebut akan hadir. Ini akan menjadi kesempatan bagi kita untuk menunjukkan bukti ancaman Asmodeus dan mendiskusikan cara untuk bersatu."

Raja Alden menambahkan, "Kami membutuhkan seseorang yang bisa menjadi penengah yang netral, seseorang yang tidak terlibat dalam perselisihan ini dan bisa dipercaya oleh semua pihak. Aku berpikir bahwa kau, Tohawi, bisa memainkan peran itu."

Tohawi terkejut. "Aku? Tapi aku baru saja tiba di dunia ini. Bagaimana aku bisa membantu?"

Raja Alden menatap Tohawi dengan penuh keyakinan. "Justru karena kau adalah orang luar, kau bisa menjadi jembatan yang tidak bias. Kau datang tanpa dendam masa lalu atau kepentingan politik. Dengan pengetahuanmu yang terus berkembang tentang dunia ini dan niat baikmu, kau bisa menjadi suara yang mereka dengarkan."

Tohawi merasa beban tanggung jawab yang besar di bahunya, tetapi juga merasa ada harapan baru. "Aku akan melakukan yang terbaik, Yang Mulia. Jika ini bisa membantu menyatukan kerajaan-kerajaan dan mengalahkan Asmodeus, maka aku siap mencoba."

Raja Alden tersenyum, melihat secercah harapan dalam situasi yang sulit ini. "Terima kasih, Tohawi. Kita akan mulai mempersiapkan pertemuan ini segera. Ini mungkin satu-satunya kesempatan kita untuk menyelamatkan dunia Aetheris dari kegelapan."

Setelah keputusan diambil untuk memanggil pertemuan besar para raja, semua orang yang berkumpul di ruangan istana mulai membahas bagaimana caranya untuk mencapai perdamaian di antara kerajaan-kerajaan yang berseteru. Tohawi, Raja Alden, Gordon, dan para penasihat lainnya saling berbagi ide dan strategi untuk mengatasi konflik yang telah lama mengakar.

Raja Alden membuka diskusi, "Kita semua tahu bahwa konflik di antara kerajaan kita tidak bisa diselesaikan hanya dengan satu pertemuan. Kita perlu merencanakan langkah-langkah yang lebih terstruktur untuk mengatasi masalah ini."

Gordon mengangguk setuju. "Benar, Yang Mulia. Setiap kerajaan memiliki kepentingan dan luka masa lalu yang harus diperhatikan. Mungkin kita bisa memulai dengan kesepakatan kecil yang bisa membangun kepercayaan di antara kita."

Tohawi, yang duduk di sebelah Raja Alden, ikut berbicara. "Mungkin kita bisa memulai dengan pertukaran budaya. Setiap kerajaan bisa mengirimkan delegasi untuk tinggal sementara di kerajaan lain. Dengan cara ini, rakyat kita bisa belajar lebih banyak tentang satu sama lain dan membangun hubungan yang lebih baik."

Raja Alden tersenyum, tampak terkesan dengan ide Tohawi. "Itu ide yang bagus, Tohawi. Pertukaran budaya bisa menjadi langkah pertama yang efektif untuk membangun kepercayaan. Kita bisa mulai dengan mengirimkan para pelajar, seniman, dan diplomat."

Salah satu penasihat, seorang wanita bernama Lydia, menambahkan, "Selain itu, kita juga bisa mengadakan festival perdamaian di mana setiap kerajaan diundang untuk berpartisipasi. Festival ini bisa menjadi ajang untuk menunjukkan keindahan dan kekayaan budaya masing-masing kerajaan, serta memperkuat rasa persaudaraan."

Gordon setuju dengan antusias. "Festival perdamaian bisa menjadi kesempatan besar untuk menunjukkan niat baik kita. Kita bisa mengadakan berbagai acara, mulai dari pameran seni hingga turnamen olahraga, yang melibatkan semua kerajaan."

Raja Alden berpikir sejenak, lalu berbicara lagi. "Namun, kita juga harus mempertimbangkan langkah-langkah diplomatik yang lebih formal. Pertemuan-pertemuan reguler di antara para raja dan para penasihat mereka harus diadakan untuk membahas masalah-masalah yang lebih mendesak dan mencari solusi bersama."

Tohawi mengangguk, merasa semakin optimis dengan rencana ini. "Dan mungkin, jika kita bisa menunjukkan bahwa kita bisa bekerja sama dalam hal-hal kecil, kita akan lebih mudah untuk bersatu melawan ancaman yang lebih besar seperti Asmodeus."

Lydia menambahkan, "Kita juga bisa membentuk tim-tim gabungan dari berbagai kerajaan untuk menangani masalah-masalah yang muncul. Misalnya, jika ada serangan dari pasukan kegelapan di suatu tempat, tim gabungan ini bisa segera dikerahkan untuk membantu."

Raja Alden terlihat puas dengan perkembangan diskusi ini. "Baik, mari kita susun rencana ini lebih rinci. Lydia, tolong catat semua ide ini dan buatkan rancangan awal untuk pertemuan perdamaian. Kita akan mengundang para raja untuk hadir dan membahas rencana ini lebih lanjut."

Lydia mengangguk dan mulai menulis, sementara yang lain melanjutkan diskusi. Tohawi merasa semangat baru membara di dalam dirinya. Meskipun dia masih baru di dunia ini, dia merasa telah menemukan perannya. Bersama dengan Raja Alden dan yang lainnya, dia siap untuk berusaha mencapai perdamaian dan mengalahkan ancaman dari Kerajaan Kegelapan.

“Mungkin aku akan menemukan ragam tutur kata di dunia ini. Meski aku tak yakin perdamaian akan selamanya, karena manusia memang rapuh.” Gumam Tohawi berbicara dengan hatinya.

Bab terkait

  • Seorang Pengangguran Tapi Menjadi Pahlawan di Dunia Lain   Tohawi yang Terimintidasi

    Setelah hari-hari yang ia jalani di dunia ini., Tohawi memutuskan untuk menjelajahi istana Solaria untuk mengetahui persis seperti apa istana solaria. Ia berjalan melewati lorong-lorong yang panjang, menatap kagum pada patung-patung pahlawan legendaris dan lukisan-lukisan yang menggambarkan pertempuran besar. Namun, rasa kagumnya tidak bertahan lama. Saat ia memasuki sebuah aula terbuka yang tampaknya menjadi tempat latihan para ksatria dan penyihir, tatapan-tatapan sinis segera mengarah kepadanya. Para penyihir yang sedang berlatih sihir mereka berhenti sejenak, lalu saling berbisik sambil menatapnya dengan mata yang menyipit. Beberapa ksatria yang sedang mengasah pedang mereka hanya tertawa kecil, dengan nada yang menghina. Tohawi merasakan beban tatapan mereka dan mencoba mengabaikannya, tetapi bisikan-bisikan itu semakin keras. "Apakah itu benar pahlawan yang kita panggil? Terlihat lebih seperti gelandangan," seorang penyihir muda dengan jubah biru terang berkomentar, suarany

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-13
  • Seorang Pengangguran Tapi Menjadi Pahlawan di Dunia Lain   Bab 1: Kehidupan Sial Tohawi & Pemanggilan Dunia Lain

    Prolog: Pemanggilan Pahlawan “Kita harus memanggil Pahlawan!” Seru sesosok raja kepada para penyihir istana. “Negeri ini butuh penyelamat! Bukan, sepertinya dunia ini yang membutuhkan pahlawan!” Suara ricuh di sebuah ruang bawah tanah istana yang gelap dan lembap, terdengar pula suara lantunan mantra sihir yang menggema melalui dinding batu kuno. Cahaya lilin yang berkedip-kedip menciptakan bayangan menakutkan di setiap sudut ruangan. Sejumlah penyihir berjubah biru berkumpul melingkari lingkaran sihir besar yang terpancar cahaya magis berwarna hijau. Di tengah lingkaran, seorang penyihir tua berdiri dengan tegak. Dialah Gandorf, pemimpin penyihir istana yang dikenal dengan kebijaksanaan dan kekuatannya. Janggut putih panjangnya berkilau terkena pantulan cahaya lilin, dan tongkat sihirnya yang berujung kristal biru bersinar terang. Dengan suara yang dalam dan penuh wibawa, Gandorf memimpin ritual pemanggilan. "Para penyihir, berkonsentrasilah! Kita memanggil pahlawan dari duni

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-10
  • Seorang Pengangguran Tapi Menjadi Pahlawan di Dunia Lain   Bab 2: Kehidupan Baru

    “BRRAAKK!”"Selamat datang, pahlawan," Ucap Gandorf dengan suara penuh harapan. "Kau adalah pahlawan yang kami panggil. Dunia ini membutuhkanmu, dengan kekuatanmu yang unik untuk membersihkan kegelapan yang melanda kami."Tohawi terbangun dengan rasa sakit yang menyebar di seluruh tubuhnya. Ia mendapati dirinya terbaring di lantai marmer dingin di sebuah ruangan besar dengan dinding berukir dan jendela kaca berwarna. Tohawi berdiam diri sejenak lantas ia segera menyadari bahwa ia telah jatuh dari langit-langit bangunan yang seperti istana, seperti yang diharapkan oleh para penyihir. Dengan susah payah, ia bangkit berdiri, memegang punggungnya yang nyeri.Di sekelilingnya, para penyihir berdiri dengan ekspresi terkejut dan merasa kecewa. Di tengah mereka, Gandorf, penyihir tua yang memimpin pemanggilan, menatap Tohawi dengan campuran kebingungan dan kekecewaan."Huh! Apa-apaan ini? Kenapa aku harus jatuh dari langit-langit, aku pikir pemanggilaku akan

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-11

Bab terbaru

  • Seorang Pengangguran Tapi Menjadi Pahlawan di Dunia Lain   Tohawi yang Terimintidasi

    Setelah hari-hari yang ia jalani di dunia ini., Tohawi memutuskan untuk menjelajahi istana Solaria untuk mengetahui persis seperti apa istana solaria. Ia berjalan melewati lorong-lorong yang panjang, menatap kagum pada patung-patung pahlawan legendaris dan lukisan-lukisan yang menggambarkan pertempuran besar. Namun, rasa kagumnya tidak bertahan lama. Saat ia memasuki sebuah aula terbuka yang tampaknya menjadi tempat latihan para ksatria dan penyihir, tatapan-tatapan sinis segera mengarah kepadanya. Para penyihir yang sedang berlatih sihir mereka berhenti sejenak, lalu saling berbisik sambil menatapnya dengan mata yang menyipit. Beberapa ksatria yang sedang mengasah pedang mereka hanya tertawa kecil, dengan nada yang menghina. Tohawi merasakan beban tatapan mereka dan mencoba mengabaikannya, tetapi bisikan-bisikan itu semakin keras. "Apakah itu benar pahlawan yang kita panggil? Terlihat lebih seperti gelandangan," seorang penyihir muda dengan jubah biru terang berkomentar, suarany

  • Seorang Pengangguran Tapi Menjadi Pahlawan di Dunia Lain   Bab 3: Dunia Aetheris & Ancaman yang Meneror

    Setelah Tohawi mengisi kepalanya dengan pengetahuan dunia ini, Tohawi pun memahami dengan betul tentang dunia ini. Dunia baru ini bernama Aetheris, sebuah dunia yang penuh dengan keajaiban dan misteri. Aetheris terbagi menjadi beberapa kerajaan yang beragam, masing-masing dengan budaya dan karakteristik uniknya. Kerajaan-kerajaan ini berada dalam keadaan damai yang rapuh, selalu terancam oleh kekuatan gelap yang mengintai dari bayangan. Meskipun dunia ini sangatlah luas, dunia ini hanya memiliki lima Kerajaan. 1. Kerajaan Solaria Raja: Raja Alden Solaria adalah kerajaan yang terletak di dataran tinggi yang subur, dikenal dengan padang rumput yang luas dan langit yang selalu cerah. Penduduknya hidup dari pertanian dan peternakan. Raja Alden adalah pemimpin yang bijaksana dan adil, selalu mengutamakan kesejahteraan rakyatnya. Istana kerajaan terletak di ibu kota Solara, sebuah kota yang penuh dengan taman dan bangunan megah berlapis emas. 2. Kerajaan Lunaris Raja: Ratu Seraphina

  • Seorang Pengangguran Tapi Menjadi Pahlawan di Dunia Lain   Bab 2: Kehidupan Baru

    “BRRAAKK!”"Selamat datang, pahlawan," Ucap Gandorf dengan suara penuh harapan. "Kau adalah pahlawan yang kami panggil. Dunia ini membutuhkanmu, dengan kekuatanmu yang unik untuk membersihkan kegelapan yang melanda kami."Tohawi terbangun dengan rasa sakit yang menyebar di seluruh tubuhnya. Ia mendapati dirinya terbaring di lantai marmer dingin di sebuah ruangan besar dengan dinding berukir dan jendela kaca berwarna. Tohawi berdiam diri sejenak lantas ia segera menyadari bahwa ia telah jatuh dari langit-langit bangunan yang seperti istana, seperti yang diharapkan oleh para penyihir. Dengan susah payah, ia bangkit berdiri, memegang punggungnya yang nyeri.Di sekelilingnya, para penyihir berdiri dengan ekspresi terkejut dan merasa kecewa. Di tengah mereka, Gandorf, penyihir tua yang memimpin pemanggilan, menatap Tohawi dengan campuran kebingungan dan kekecewaan."Huh! Apa-apaan ini? Kenapa aku harus jatuh dari langit-langit, aku pikir pemanggilaku akan

  • Seorang Pengangguran Tapi Menjadi Pahlawan di Dunia Lain   Bab 1: Kehidupan Sial Tohawi & Pemanggilan Dunia Lain

    Prolog: Pemanggilan Pahlawan “Kita harus memanggil Pahlawan!” Seru sesosok raja kepada para penyihir istana. “Negeri ini butuh penyelamat! Bukan, sepertinya dunia ini yang membutuhkan pahlawan!” Suara ricuh di sebuah ruang bawah tanah istana yang gelap dan lembap, terdengar pula suara lantunan mantra sihir yang menggema melalui dinding batu kuno. Cahaya lilin yang berkedip-kedip menciptakan bayangan menakutkan di setiap sudut ruangan. Sejumlah penyihir berjubah biru berkumpul melingkari lingkaran sihir besar yang terpancar cahaya magis berwarna hijau. Di tengah lingkaran, seorang penyihir tua berdiri dengan tegak. Dialah Gandorf, pemimpin penyihir istana yang dikenal dengan kebijaksanaan dan kekuatannya. Janggut putih panjangnya berkilau terkena pantulan cahaya lilin, dan tongkat sihirnya yang berujung kristal biru bersinar terang. Dengan suara yang dalam dan penuh wibawa, Gandorf memimpin ritual pemanggilan. "Para penyihir, berkonsentrasilah! Kita memanggil pahlawan dari duni

DMCA.com Protection Status