Razie memilih meninggalkan Mommynya yang saat ini sedang sibuk mengobrol dengan mantan mertua Razie. Shit! Razie benci situasi seperti ini, dia benci apapun yang berhubungan dengan mantan istrinya. But, mereka sangat dekat dengan orang tua Razie. Mereka bersahabat dengan Paman Razie, oleh sebab itu Razie tidak bisa menunjukkan kebenciannya pada Beby dan orang tuanya. Rasa kesalnya pada keluarga Beby masih sama dengan tujuh tahun yang lalu. Razie menikahi Beby karena terpaksa, perempuan itu terbangun di ranjang yang sama dengan Razie dalam keadaan tanpa busana. Razie pikir Beby adalah korbannya akibat jebakan keluarga Sonia. Yah, karena selalu diajarkan untuk bertanggung jawab, Razie akhirnya menikahi Beby. Namun, selama satu bulan pernikahan entah kenapa Razie merasa ada yang ganjal. Dia tidak pernah menyentuh Beby, bahkan saat perempuan itu telanjang sekalipun di depannya, Razie sama sekali tidak tergiur. Malah-- dia merasa jijik. Merasa ada yang salah dengannya, Razie menyelidik
"Bodoh.""Hei--" Ziea sontak kaget, begitu juga dengan Razie. "Tidak sopan kau berbicara kasar pada Grandma," dingin Razie, melayangkan tatapan tajam pada putranya tersebut. Shit! Mommynya benar, Razie tak perlu tes DNA untuk membuktikan apakah Kendrick putranya atau tidak. Kendrick memang putranya! "Aku malas meladeni penipu," ujar Kendrick pelan, nadanya malas– menatap kantuk pada kedua orang di hadapannya tersebut-- tatapan malas tetapi terkesan angkuh. Setelah mengatakan itu, Kendrick segera masuk dalam rumah, mengunci pintu karena takut kedua penculik anak tersebut masuk dalam rumahnya. "Holyshit!" umpat Razie pelan, benar-benar tak habis pikir dengan sikap anaknya. Pertama, anak itu menipu mereka dengan berpura-pura bisu dan tuli. Kedua, tidak bersikap sopan pada orang tua. Ketiga … hell! "Kita pulang, Mom." "Tapi …-" Ziea menyungut pelan. "Tidak sekarang kita membawanya, Mom. Come on, Queen," ucap Razie lembut, meraih tangan sang mommy-- menggenggamnya, berjalan serasi d
"Mama kerja dulu," pamit Kanza pada putranya, "ingat, kalau ada orang yang datang seperti semalam, kamu jangan ladeni yah, Ken," peringat Kanza pada sang putra, mendapat anggukan dari Kendrick. "Jangan lupa makan siang, Mama pergi." Kanza mengecup pucuk kepala Kendrick lalu segera beranjak dari sana. Kendrick langsung masuk ke dalam rumah, mengunci pintu seperti nasihat Mamanya setiap waktu. Sedangkan Kanza, setelah dia sampai di tempat galeri seni-- tempatnya bekerja saat ini, dia langsung menemui anak pemilik dari galeri tersebut, bos-nya. "Oh, Kanza, akhirnya kamu sudah datang," ucap pria itu sembari tersenyum manis pada Kanza. "Silahkan masuk," lanjutnya. Kanza yang masih berdiri di ambang pintu langsung memasuki ruangan bos-nya tersebut. "Saya memanggilmu kemari karena ingin memberikan tugas penting. Aunty dan pamanku ulang tahun di hari ini. Aunty sangat suka miniatur, dan kudengar selain melukis kamu juga mahir membuat miniatur." Kanza menaggukkan kepala secara singkat.
Bug'"Kanza milikku! JAUHI DIA!" maki Razie setelah melayangkan satu pukulan kuat ke wajah sepupunya tersebut. "RAZIE!" bentak Reigha. Sedangkan yang lainnya, mereka terlihat kaget– langsung berdiri dari tempat duduk masing-masing dan menatap kaget pada Razie maupun Gara. Pertanyaannya, siapa Kanza? Hebat sekali perempuan itu karena berhasil membuat dua pria Azam bertengkar. "What the fuck!" Gara menatap Razie tak habis pikir, "apa masalahmu?""Kau menyukai Kanza?" geram Razie, menatap tajam ke arah Gara. Ziea yang melihat itu cukup syok, terdiam di tempat dan terus memperhatikan putranya yang terlihat begitu murkah. Di sisi lain, Zira-- kembaran Razie yang juga ada di sana, menghampiri Mommynya. "Siapa Kanza, Mom?" bisik Zira pelan pada sang mommy. "Calon adik iparmu," balas Ziea, berbisik balik pada putrinya tersebut. "Nanti Mommy ceritakan yah, sekarang waktunya lagi sedang tidak tepat.""Razie, tenangkan dirimu, Nak." Reigha menurunkan nada bicara, melunak untuk berupaya me
Deg deg deg''Si--si Mesum?!'"Apa yang kamu lakukan di sini? Mencuri yah?" galak Kanza, buru-buru mendekati pria itu lalu menarik putranya agar turun dari pangkuan si pria. "Pergi dari sini, Pencuri!" ucap Kanza selanjutnya. Razie menaikkan sebelah alis, terlihat tenang dan cukup santai– duduk menyender di sofa kumuh tersebut. "Kau yang mencuri, Nona Kanza Adiba." Deg deg degJantung Kanza berdebar kencang, matanya sedikit melebar dengan air muka pucat pias. Entah kenapa dia gugup, merasa jika cara pelapasan namanya oleh pria ini mirip seperti pria yang telah …-'Kanza Adiba. Kau milikku.' Mengingat itu, tubuh Kanza tiba-tiba bergetar. Mendadak keringat dingin bermunculan di tengkuk dan kening, jantungnya lebih cepat berdetak yang sebelumnya. Kanza mulai takut, dia takut pada sosok ini. Ja--jangan-jangan pria ini …- "Kau mencuri hal berharga dariku, Nona." Suara dingin mengalun, semakin membuat Kanza panik di tempatnya. Ketika dia menyadari satu hal, jantung Kanza rasanya sepert
"Oke-oke. Lupakan! Trus kenapa Bapak muncul sekarang? Selama tujuh tahun ini anda kemana?" tanya Kanza secara beruntun. Jika memang pria ini menyesali perbuatannya, kenapa baru sekarang dia meminta maaf pada Kanza? Kenapa dia baru muncul?Razie menaikkan sebelah alis, tersadar dari lamunan serta fantasi liar yang memenuhi pikirannya. "Ekhem." Razie berdehem pelan, mengusir bayang-bayang gila yang masih terus menghantui pikirannya. Satu hal yang Razie sesali dari kejadian tujuh tahun lalu, kenapa dia harus lupa kenikmatan tubuh itu? Shit! Itu membuat Razie penasaran dengan tubuh perempuan ini, fantasi gila bermunculan di kepalanya akibat rasa penasaran itu. "Aku mencarimu, Nona. Aku menemui ayahmu, mengatakan jika putrinya sudah menikah. So--" Razie mengedikkan pundak secara acuh tak acuh, "aku mengira namamu Safa, kau sudah menikah. Jadi aku memutuskan berhenti mencari tahu. Ternyata Safa dan kau adalah orang yang berbeda. Aku baru tahu ketika tanpa sengaja bertemu denganmu di sebua
"Kita perlu bicara, ZieKu." Ziea menggelengkan kepala secara kuat. "Tidak! Bicara saja pada family-mu itu. Cih, si paling pro family!!" decis Ziea kesal bercampur marah pada akhir kalimat. "Aku hanya berusaha adil, ZieKu. Hanya karena Razie putraku, bukan berarti semua tindakannya harus kudukung." "Iya, Mas Rei tidak perlu mendukung putraku. Aku--" Ziea menunjuk dirinya sendiri, menatap menyolot dan marah pada Reigha, "ibunya masih hidup untuk terus mendukungnya. Tidak perlu mendukung Razie. Dukung saja anak-anak dari saudaramu itu." Ziea melepaskan tangan Reigha dari pergelangannya, kemudian dia segera beranjak dari sana. Namun, baru beberapa langkah, Reigha berhasil menyusulnya– kembali mencekal pergelangan tangan Ziea kemudian menarik Ziea untuk ikut dengannya. Setelah sampai di kamar mereka, Reigha mendudukkan Ziea di pinggir ranjang sedangkan dia masih berdiri di dapan Ziea. "Tolong pahami kondisinya dengan baik." Reigha berkata dingin. "Gara dan Razie menyukai perempuan ya
"cieee … yang gugup ketemu Mama mertua, tangannya dingin," canda Ziea, membuat Kanza menganga tetapi semakin nervous– merah pipinya karena ucapan Ziea. Deg deg deg 'Buset!! Ini beneran Mamanya Pak Razie? Lucu banget, Cuk. Mana cantik banget lagi.' batin Ziea, senyum kaku karena gugup pada Ziea. "Kapan nikah?" tanya Ziea setelah melepas tautan tangannya dengan Kanza, masih tersenyum lembut– terus menatap senang pada perempuan yang akan menjadi menantunya tersebut. "Ka--kapan-kapan, Tante. Ehehe … calonnya saja belum ada, Tan," canda Kanza, berusaha mencairkan suasana. Tetapi malah-- Beku!Atmosfer terasa beku, semakin dingin dan mencekam. Seseorang di sebelahnya– pria yang menjulang tinggi, hampir dua meter tersebut, terasa menguarkan aura mengancam. Kanza dibuat kikuk, tak nyaman dengan hawa dari pria mengerikan tersebut. 'Ini orang kayak dukun santet deh. Auranya mengerikan banget!' batin Kanza, mengusap tengkuk sembari melirik-lirik ke arah Razie. "Loh, kan calonnya ada di seb