Beranda / Young Adult / Senandung Masa SMA / Bab 47 Penampilan Matari

Share

Bab 47 Penampilan Matari

Penulis: Arumi Sekar
last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-25 10:52:47

Dari tempatnya duduk, Arai bisa melihat Matari berjalan perlahan mengikuti Praja, Beno dan Hafis menuju tempat perform. Tempat perform itu tak lebih dari panggung mini yang dibuat dari palet-palet kayu yang ditata sedemikian rupa membentuk persegi panjang dan ditutupi kain terpal di atasnya.

Seluruh peserta yang menampilkan performance harus tampil di sana, terkecuali untuk penampilan dancer kelas Matari yang diperbolehkan menari di dekat api unggun, karena tidak mungkin berjingkrak-jingkrak di atas palet kayu bekas.

Arai bertatapan dengan Ayla, yang memberikan isyarat pada dirinya untuk mendengarkan dengan baik-baik. Setahu Arai, Ayla tak punya suara yang bagus. Tapi entah kenapa dia ikut menampilkan sesuatu di sana. 

Mungkin, Ayla ingin mendapatkan perhatian Anton kembali. Mungkin juga sebagai bentuk menunjukkan eksistensinya sendiri. Arai dengar dari Bang Ali, Ayla cukup narsis dan percaya diri jika itu menyangkut tentang dirinya. Mungkin pengaruh dari d

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Senandung Masa SMA   Bab 48 Dari Pandangan Davi

    Tepuk tangan yang menyambut lagu pertama Matari yang selesai dinyanyikan tak pernah membuat takjub Davi lagi. Dia tahu, suara Matari memang bisa membius siapapun yang mendengarnya. Dulu, dia pernah jatuh cinta pada suara itu. Namun, dia lebih tertarik pada si penyanyi latar. Yang meskipun sumbang, namun pesonanya bukan main baginya.“Masih cakep aja suaranya. Untung dia yang jadi penyanyi utama, bukan si saudagar supermarket itu ya, Dav?” celetuk Pito.“Namanya Ayla, Pito, bukan saudagar supermarket!” tegas Davi kesal.“Yeee jangan sewot dong! Lihat tuh si Kiwil, sampai maju deket ke panggung. Lo nggak ikutan Dav? Masih ada satu lagu lagi kan?” timpal Pito.“Nggaklah, dari sini juga jelas kok,” kata Davi.“Lo beneran naksir si anak supermarket itu, Dav? Siap ngadepin abang-abangnya lo?” tanya Pito lagi.Davi belum sempat menjawab ketika Matari berbicara dari atas panggung.&l

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-26
  • Senandung Masa SMA   Bab 49 Terimakasih Arai

    Setelah penampilan terakhir, Kak Husain, ketua panitia Perjusami, memberikan wejangan dan ucapan terimakasih karena seluruh peserta telah tertib mengikuti acara hingga malam kedua. Dan dia meminta ketertiban seluruh peserta sekali lagi untuk besok pagi. Setelah olahraga bersama, mereka diharuskan membersihkan seluruh area yang digunakan sebelum meninggalkan tempat ini.Setelah ini, mereka bisa kembali ke barak masing-masing. Tanpa terkecuali. Karena sudah mendekati pukul 10 malam, tak ada jam bebas. Kegiatan yang diperbolehkan hanya pergi bebersih diri ke toilet, sholat atau beribadah malam bagi yang non-muslim. Sisanya, harus berada di barak, beristirahat karena olahraga akan dimulai pukul 5 pagi.Matari merasakan dirinya ingin ke toilet. Saat itu, hampir seluruh peserta di baraknya sudah bersiap tidur di matras masing-masing. Ayla bahkan sudah terkantuk-kantuk mendengarkan Dinda yang mengoceh tentang acara hari itu.“Kenapa, Ri?” tanya Dinda dan Ay

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-29
  • Senandung Masa SMA   Bab 50 SMS Arai

    Matari dan Sandra duduk di belakang kemudi bagai mayat hidup. Kak Bulan seketika tertawa melihat adik-adiknya yang tampak lemas, lunglai dan letih. Apalagi Sandra biasanya sangat energik, kali ini seperti kehilangan powernya.“Capek banget, Ma. Hari terakhir disuruh bersih-bersih seluruh barak TNI sampe halamannya juga. Udah kaya tukang kebon!” kata Sandra.Matari tahu, Sandra paling nggak suka beberes. Makanya, hari terakhir lebih menyenangkan baginya jika ada petualangan lagi.“Tenang, nih hp kalian. Matari jangan lupa kabarin Ayah kalau udah jalan pulang. Ayahmu kan lagi tugas ke Pandeglang jadi nggak pulang minggu ini. Nah sekarang, kita makan dulu ya. Mau drive thru atau makan langsung di M*d?” tanya Tante Dina menghibur.“Makan langsung? Pakai baju pramuka gini, Ma?” sahut Sandra.“Ya nggak papa kali, San. Emang kenapa sih?” timpal Kak Bulan geli.“Malu kali Kak. Kita berdua nih ngg

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-30
  • Senandung Masa SMA   Bab 51 Arai Sakit

    Matari tampak bingung harus menjawab SMS Arai seperti apa. Saat itu sudah menjelang Magrib. Setelah sholat, Matari belum juga membalas SMS Arai. Setelah berpikir sejenak, dia mulai mengetik.Matari: “Hai juga. Udah sampai dari tadi sih. Cuma ketiduran. Sorry ya baru bales.”Tak sampai 5 menit, balasan pun datang.Arai: “Sama. GILA SIH. Capek banget ya. Eh, senter lo masih di gue. Senter Choki masih di lo kan?”Matari: “Ya ampun. Lupa. Iya, masih. Besok gue bawain ke sekolah ya.”Arai: “Nggak papa. Gue juga lupa ngembaliin senter lo tadi pagi. Sorry banget, gue kesiangan bangun. Gue aja bolos olahraga pagi. Untungnya nggak ketahuan. Hehe.”Matari: “Besok gue bawain punya Choki deh ke kelas lo.”Arai: “Oke deh. Tapi besok gue kayanya nggak masuk. Langsung kasih Choki aja ya. Nanti senter lo gampang deh. Lusa gue bawainnya pas udah masuk. Atau kalau nggak

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-01
  • Senandung Masa SMA   Bab 52 Menjenguk Arai

    “Ri, tadi Choki nyamperin gue. Lo mau ikut kita-kita nggak, jengukin si Arai?” tanya Ayla di suatu Kamis siang.Matari bersandar pada kursinya, berpikir. “Tapi gue kan ekskul Karate, La.”“Oh, iya, gue juga Padus lagi! Kok bisa sih, gue lupa, mana gue main iya-iyain aja lagi!”“Lah elu gimana sih?”“Hmmm, gimana kalau kita nyusul aja abis ekskul. Nanti kita naik taksi?”Matari menarik napas. “Emang njenguk di rumah sakit mana?”“Nah, itu gue nggak tahu, hehehe. Gue ke kelas Choki deh, temenin yuk!”“Duh, sorry, gue barusan aja duduk habis dari kantin. Sama Dinda aja tuh!”Ayla mengangguk. Kemudian mendekati Dinda yang sedang berdiri mengobrol di depan pintu kelas mereka. Setelah itu Ayla dan Dinda pergi menuju kelas Choki di 1-5.“Emang si Arai sakit apaan, Ri?” tanya Praja penasaran.“Nggak t

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-02
  • Senandung Masa SMA   Bab 53 Ajakan Ayla

    Sebuah motor terhenti di depan rumah Matari. Hari itu hari Sabtu menjelang sore. Tante Dina tampak bingung karena dari jendela belum pernah melihat wajah seorang gadis yang berjalan pelan masuk ke pekarangan rumah sambil memarkir motornya dengan hati-hati.Setelah pintu diketuk, Tante Dina membukakan pintu rumah dengan sigap.“Assalamualaikum Tante. Matarinya ada?” tanya gadis itu.“Walaikumsalam, halo, ada…. Bentar, ini siapa ya?” sahut Tante Dina.“Saya Ayla, Tante, teman satu kelasnya, kebetulan kami dipilih sebagai seksi konsumsi kelas untuk perlombaan olahraga di classmeeting minggu depan. Makanya saya datang buat ajak Matari diskusi dengan ketua kelas kami di rumahnya,” jawab Ayla panjang lebar.Tante Dina memperhatikan gadis yang tingginya tak jauh dari Sandra. Wajahnya manis. Penampilannya memang mencirikan khas anak orang berada. Namun entah kenapa, ada yang membuat Tante Dina merasa tidak sreg de

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-03
  • Senandung Masa SMA   bab 54 Rumah Ayla

    Sesampainya di rumah Dinda, Matari dan Ayla langsung mengerjakan daftar makanan dan minuman yang harus disediakan. Untuk minuman, Ayla bahkan menyarankan untuk membeli dari supermarket keluarganya. Dia juga mewanti-wanti agar mereka harus tetap membayar, sebagai gantinya, kami semua akan mendapatkan diskon yang cukup besar.Untuk makanan, ibunya Dinda bersedia membuatkan kue-kue basah dengan harga murah. Sehingga baik Matari dan Ayla tidak perlu khawatir. Terlebih lagi beliau bersedia mengantarkan kue-kue itu pagi-pagi sekalian mengantar Dinda ke sekolah. Dinda sih setuju saja, asal Matari dan Ayla stand by untuk membantunya mengangkut makanan ke dalam kelas mereka.Semua detail persiapan konsumsi sudah beres dalam waktu satu jam. Adik perempuan Dinda, meminta Dinda untuk menemaninya mengerjakan PR. Maka, Matari dan Ayla akhirnya segera pamit pulang.“Eh, masih jam segini. Mau main ke rumah gue nggak, mumpung malem minggu nih,” kata Ayla saa

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-06
  • Senandung Masa SMA   Bab 55 Kedatangan Arai

    Menikmati pizza adalah salah satu hal yang mewah bagi Matari. Di rumahnya sendiri, hal seperti itu tak selalu bisa dia inginkan kapan saja. Mbok Kalis, ART-nya, hampir selalu memasak. Eyang Putri tidak bisa makan sembarangan seperti dulu. Tante Dina, sangat berusaha hidup sederhana karena sebagai single parent pasti lebih banyak kebutuhan lain yang didahulukan.Ayahnya sendiri, hampir tidak pernah peduli pada hal-hal seperti itu. Uang bulanan yang diberikan kepada kedua anaknya jumlahnya pas-pasan. Sehingga baik Matari atau yang lainnya, tak pernah berharap bisa makan makanan cepat saji saat hari biasa.Matari memperhatikan Ayla yang dengan mudahnya memesan apa yang dia mau. Bahkan seumuran dia sudah membawa kartu ATM sendiri. Uang cash di dompetnya juga banyak. Tampaknya uang tak pernah menjadi hal yang mengkhawatirkan bagi Ayla.Suara beberapa motor yang sudah dimodifikasi mesin knalpotnya masuk ke area halaman belakang. Matari bisa menebak bahwa itu

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-07

Bab terbaru

  • Senandung Masa SMA   Epilog

    Dentingan alat musik keyboard mengalun pelan. Matari tahu itu intro lagu Hoobastank-The Reason. Tak seperti versi aslinya, ada intro tambahan panjang dari gitaris klasik setelahnya.Café rumahan yang tak terlalu besar di bilangan Jakarta Selatan, yang sebagian besar bertema outdoor, memamerkan sound system-nya yang minimalis tapi berkualitas. Café itu penuh dengan siswa-siswi kelas 11 IPS 1, yang salah satu siswinya mengubah café sedemikian rupa sehingga bisa menampung kurang lebih 50 orang.Matari baru tahu, Priscilla punya café rumahan kecil di depan rumahnya. Ulang tahun sweet seventeennya kali ini, diadakan di café rumahan miliknya sendiri. Waitress-nya saja terbatas, karena dari kalangan keluarga sendiri.“I'm not a perfect person… There's many things I wish I didn't do…,” si vokalis mengawali dengan suara yang mirip-mirip penyanyi aslinya, serta merta mem

  • Senandung Masa SMA   Bab 183 Calm Down

    Entah bagaimana Arai dan gengnya menyelesaikan permasalahan mengenai Sindhu. Namun, seminggu kemudian, Sindhu masuk dengan beberapa plester serta perban di wajah dan kakinya, setelah sebelumnya dia tak masuk 2 hari. Dia mengaku jatuh dari sepeda motor yang dikendarainya. Tapi Matari tahu, itu ulah Arai dan para cecunguk GWR.Yang lebih menakjubkan, Sindhu sudah tak berani menatap Matari secara terang-terangan. Sesekali jika kepergok, dia langsung memalingkan muka. Dia juga berubah menjadi lebih pendiam dan tak banyak omong seperti sebelumnya.“Rai, lo apain sih dia?” tanya Matari saat jam pelajaran olahraga berlangsung.Arai yang sedang menunggu giliran sepakbola, hanya tertawa-tawa.“Udah gue bilang kan, kalo permasalahan kandang sendiri mah nggak akan ketahuan. Gue jamin,” jawab Arai mengambang.“Dia bilangnya jatuh dari motor, itu beneran?” tanya Matari.“Ya enggaklah.”“Trus?&r

  • Senandung Masa SMA   Bab 182 Cerita Arai

    Setelah menceritakan semua yang dia dengar dari Daffa, wajah Arai tampak konyol. Dia malah setelah itu tertawa-tawa. Gigi taringnya, yang dulu menarik, sekarang terlihat menyebalkan bagi Matari.“Tenang, Ri. Tenaaaang aja. Gue mau kasih tahu kabar mengejutkan soal dia buat lo,” kata Arai kemudian.“Apaan tuh?” tanya Matari.“Kalo ada tambahan cerita gini, gue jadi ikutan pengen mukulin dia.”Matari tampak bingung. Arai kemudian melanjutkan bicara.“Jadiiii, anak-anak GWR itu mau mukulin dia udah lama. Kayanya sih minggu depan bakalan mukulin dia.”“Hah? Rame-rame?”“Iya, tapi aslinya tetep 1 lawan 1 lah, cuma emang kita dateng bareng-bareng. Mukulinnya gantian aja.”Matari bergidik takut.“Hei, udah biasa kaya gini di geng gue. Target sekolah lain emang lagi dipending dulu, mengingat kita diawasin banget kan sekarang sejak desas-desus peredaran

  • Senandung Masa SMA   Bab 181 Curhatan Matari

    Matari menghela napas, saat malam minggu itu, Arai untuk kesekian kalinya muncul lagi di rumahnya. Hebatnya, Tante Dina sekarang akrab dengannya. Bahkan Ayah, juga secara terang-terangan menyapa dengan lebih ramah seperti saat menyapa teman-teman perempuan Matari.Ayah bahkan tak pernah ramah pada Iko, tetangganya. Ataupun Praja, yang dulu sering mengantarkannya perempuan.“Elo kenapa tobatnya pas udah putus, bego? Nggak inget lo dulu nggak berani masuk ke sini?” ledek Sandra yang akan pergi bermalam mingguan dengan Cakra, seperti biasanya.“Diem aja lo bawel! Kan gue udah sering bilang, kalo statusnya temen, lebih santai,” jawab Arai membela diri.Matari cuma terkekeh dan memberikan asbak pada Arai. Cowok itu sedang merokok di sudut teras.“Auklah, gelap! Gue ke sebelah dulu ya, mau fotokopi dulu. Si Cakra nanti ngejemput di situ. Gue udah bilang nyokap sih, Ri,” kata Sandra sambil membuka pagar.Matari m

  • Senandung Masa SMA   Bab 180 Kejuaraan Basket Antar Sekolah

    Seluruh SMA Negeri dan Swasta yang mendaftar, akan datang bertanding di sekolah Matari secara bergantian merebutkan piala Basket antar SMA se-DKI. Seperti biasa, untuk acara pembukaan, banyak ditampilkan acara-acara penghibur seperti tari tradisional, paduan suara hingga cheers yang Bersatu dengan para breakdancer.Dari tempat duduk penonton, Matari bisa melihat bahwa Sindhu cukup mahir beratraksi meskipun tubuh cowok itu tak setinggi yang lain. Mengingat proporsi tubuhnya juga tambun.“Gue kaya liat bola hidup lagi beraksi tahu nggak?” ledek Kian berbisik pada Matari.Matari cuma tertawa kecil. Matari sejujurnya tak terlalu fokus. Karena acara ini, dia sebenarnya juga didapuk jadi panitia bergabung dengan para volunteer dari sekolah lain.Namun, karena dia ditunjuk ambil bagian di keamanan acara, tugasnya hanya mondar-mandir di area penonton, area sekitar lapangan, area luar dan lain-lain. Patrolilah istilahnya.“Gue patrol

  • Senandung Masa SMA   Bab 179 Cerita Daffa di Siang Hari

    Jam kosong hadir setelah sekian lama. Matari dan teman-teman di kelasnya bergiliran ke kantin untuk diam-diam membeli makanan. Sesuai arahan Daffa, agar pergi tak bersamaan dan cepat kembali. Berjaga-jaga kalau ada guru piket yang datang mengecek tugas yang diberikan.Dalam beberapa hal, Matari sudah mulai enjoy ada di kelas ini. Meskipun saat istirahat, dia akan nongkrong dengan Praja cs, namun, kelas ini tak terlalu buruk, meskipun Sindhu membuatnya tak nyaman.Matari baru kembali dari kantin, duduk bersama berdekat-dekatan dengan Kian, Yana, Priscilla dan Anya. Mereka sedang heboh membahas cerita hantu yang sedang hits menyebar di kalangan sekolah mereka. Kisah ini dialami oleh para anak kelas 10 yang kemahnya kali ini diadakan di sekolah, karena permintaan para wali murid.Sebagian besar dari mereka merasa keberatan diadakan di bumi perkemahan yang biasanya. Mau tak mau, akhirnya kemah diadakan di sekolah dengan mendirikan tenda di tepi-tepi lapanga

  • Senandung Masa SMA   Bab 178 Sindhu dan Jawabannya

    “Jadi, gue punya kakak perempuan. Kebetulan dia udah almarhumah. Sakit. Nah mukanya itu mirip banget sama Matari,” kata Sindhu mengawali. “Waktu kelas 1 alias kelas 11 dulu, pas liat dia nyanyi di kemah, gue sempet kepikiran. Tapi waktu itu gue tahu, Arai lagi mulai ngedeketin dia juga.”Daffa sedikit terenyuh saat Sindhu mulai bercerita bahwa Matari mirip dengan almarhumah kakak perempuannya.“Karena sekarang kita sekelas, gue jadi bisa perhatiin terus, jadi gue jadi beneran demen sama dia. Apalagi lo liat perhatiin deh bro, toket dia lumayan gede,” kata Sindhu sambil meraba dadanya sendiri. “Paslah sesuai sama tipe-tipe gue.”Daffa yang tadinya sedikit luluh kemudian berubah menjadi merasa jijik. Daffa tak tega jika harus menjelaskan perihal itu pada Matari. Daffa juga punya ibu dan kakak perempuan yang sangat sayang padanya. Dia tak bisa membayangkan jika kakaknya diperlakukan seperti ini oleh teman sekelasnya.

  • Senandung Masa SMA   Bab 177 Investigasi Daffa

    Daffa selesai mengabsen teman-teman satu kelas. Setelah Matari meminta bantuannya kemarin, Daffa jadi benar-benar menyadari ada yang tak beres dengan Sindhu. Apalagi saat selesai mengabsen barusan, saat Daffa memanggil nama Matari, Sindhu secara otomatis menoleh. Hal itu dia perhatikan, berlangsung dengan pasti selama 2 minggu berturut-turut setiap kali Daffa mengabsen.Keanehan lainnya, saat Matari harus menulis di depan sebagai sekretaris, Sindhu selalu memperhatikannya. Saat dia bengong memperhatikan, Daffa akhirnya bertanya juga. Sindhu bilang, karena tulisan Matari tak terlalu terlihat jelas di matanya yang minus, makanya dia hanya bisa bengong sambil memperhatikan papan tulis saja.“Kenapa lo nggak pake kacamata aja?” tanya Daffa.“Nggak, ah, kaya lo gitu? Nggak mau. Gue kan ikut ekskul breakdance sekarang, susah kalo pake gituan. Gue mah pake softlense aja, cuma ya tetep nggak maksimal. Minus gue udah gede,” jawab Sindhu d

  • Senandung Masa SMA   Bab 176 Bantuan Daffa

    “Eh, Matari! Lagi liatin apa lo? Serius banget?” tanya Daffa.“Kaget gue, Daf,” sahut Matari yang menyadari Daffa tiba-tiba berdiri di sebelahnya.“Elo sih serius banget. Coba gue liat, baca apa sih lo?”“Itu, lomba nulis cerpen.”“Wahhh, iya! Ikut lo? Mayan tuh hadiahnya! Laptop sama HP!”“Gue sih ngincer laptopnya. Kalo HP sih ya udahlah ya, gue udah punya.”“Heiii, itu HP seri terbaru! Udah berkamera pula. HP lo kan masih jadul, kenapa enggak?”“Iya juga sih. Juara berapa aja sih untung aja ini mah! Juara 3 sampe Harapan aja uang cash! Mayan juga kan?”“Iya, udah coba aja dulu! Lo kan ada bakat, jadi mending maju dulu aja. Kalopun nggak menang, ya udah nggak papa, nambah pengalaman. Kalo menang sih bonuslah, piagam itu bisa dipakek lho buat daftar uni nanti. Bisa ngebantu lo.”“Masa sih, Daf?”

DMCA.com Protection Status