Home / CEO / Semalam Penuh Kejutan dengan CEO Arogan / Tatapan Tajam dan Air Mata

Share

Tatapan Tajam dan Air Mata

Author: Von Hsu
last update Last Updated: 2024-06-10 19:08:46

Daniel mengalihkan pandangan dari tumpukan dokumen yang menumpuk di mejanya, menatap sosok Emily yang berdiri dengan keberanian yang tak tergoyahkan di hadapannya. "Lelucon? Apa maksudmu?" suaranya rendah namun tajam, membelah keheningan yang menegang seperti pisau.

Emily, dengan nafas yang tercekat, menatap balik tatapan Daniel yang tajam, matanya tidak berkedip, mencari kebenaran. "Mengapa aku merasa bahwa kamu berusaha menghindariku?" suaranya bergetar.

Daniel menanggapi dengan nada yang lebih dingin dari es, "Pergilah, Emily. Jangan menambah beban pikiranku."

Namun, Emily tidak bergeming, seolah akarnya telah menancap dalam-dalam di lantai. "Apa yang membuatmu berubah sikap padaku? Apakah aku telah melakukan kesalahan yang membuatmu marah dan terganggu? Katakan padaku," kata-katanya mengalir, mencoba menembus dinding yang Daniel bangun.

"Pergi dari sini, Em," ujar Daniel sekali lagi, berusaha menahan gelora emosi yang mengamuk di dadanya.

"Aku tidak akan pergi sebelum kamu jelas
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Semalam Penuh Kejutan dengan CEO Arogan   Dendam Mia

    Mia mendekati Emily yang tenggelam dalam lamunan, sambil menikmati alkohol yang telah dituangnya ke dalam gelas kristal. Rasa pahit dan panas dari cairan itu terasa membakar kerongkongan, seolah-olah mencerminkan kekacauan di hatinya."Kamu di sini rupanya," ucap Mia, suaranya lembut. Emily terkejut, matanya melebar saat melihat Mia yang tiba-tiba muncul di sebelahnya. "Jangan ganggu aku," desisnya, suaranya serak oleh emosi yang terpendam.Tanpa diundang, dengan gerakan yang seolah penuh perhatian, Mia membantu Emily menuangkan alkohol itu ke dalam gelas kosong. "Kenapa? Apa kamu sedang ada masalah?" tanyanya, suaranya seolah peduli namun matanya berkilau dengan rasa ingin tahu. Emily merasakan sakit yang menusuk di dadanya, sebuah perasaan yang terbangun saat memikirkan kejadian yang baru saja terjadi tadi. "Tidak apa-apa. Pergilah, jangan ganggu aku," ujarnya, mencoba menyembunyikan getaran dalam suaranya."Ada masalah dengan Pak Daniel?" tanya Mia."Kita tidak cukup dekat untuk

    Last Updated : 2024-06-11
  • Semalam Penuh Kejutan dengan CEO Arogan   Mencari Keberadaan Emily

    Emily, dengan pandangan yang sudah mulai kabur karena pengaruh alkohol, meraih gelas yang Mia ulurkan dengan tangan yang gemetar. Cairan itu terasa pahit di lidahnya, namun dia menelannya dengan cepat, berharap dapat menghilangkan rasa sakit yang menggigil di hatinya.Namun, seiring dengan setiap tegukan, detak jantung Emily semakin cepat, sebuah panas yang tak terdefinisi merayap di sekitar tubuhnya, disertai keringat dingin yang menetes, seolah-olah tubuhnya sendiri memberontak, menuntut sesuatu. Di dalam kegelapan klub malam, Emily tidak menyadari senyum licik yang terlintas di wajah Mia, matanya berkilauan menyaksikan rencana jahatnya berjalan sempurna.Teman pria Mia yang sempat berbicara dengannya di telepon akhirnya tiba. "Mana wanita itu?" tanyanya. Mia hanya memberikan isyarat dengan ekor matanya ke arah wanita di hadapannya. Nafas Emily yang mabuk semakin memburu, hasratnya memuncak, dan tubuhnya terasa sangat panas. "Apa yang terjadi pada wanita ini?" tanya teman Mia deng

    Last Updated : 2024-06-12
  • Semalam Penuh Kejutan dengan CEO Arogan   Melepaskan Hasrat

    Dengan ponsel Emily tergeletak di meja, Daniel semakin yakin bahwa Mia memiliki keterkaitan dengan menghilangnya Emily."Berbicaralah, Mia," desak Daniel, suaranya rendah namun setiap kata terukir dengan kekuatan yang tak terbantahkan. "Di mana Emily?" Api kemarahan dan kekhawatiran menyala di dalam matanya yang gelap.Mia, yang merasa terjepit oleh tatapan Daniel, merasakan detak jantungnya yang semakin kencang. Mia, dengan jari-jarinya yang gemetar, berjuang untuk menemukan nomor yang dia cari. Setelah beberapa saat, dia menemukan nomor itu dan dengan cepat menekan tombol panggil. "John, di mana kamu?" tanya Mia pada temannya di ujung sambungan. "Nyalakan speaker," perintah Daniel, suaranya tegas dan tidak terbantahkan. Awalnya Mia ragu, tetapi dia tidak punya pilihan lain saat dihadapkan oleh ancaman dan rahasianya yang berada di tangan Daniel. Dengan keraguan yang menyelimuti pikirannya, Mia tetap menekan tombol speaker di ponselnya. "Ada apa? Apa kamu ingin bersama kami menik

    Last Updated : 2024-06-13
  • Semalam Penuh Kejutan dengan CEO Arogan   Melupakan Perjanjian

    Emily memandang sekeliling ruangan, dan menyadari bahwa itu bukan kamarnya, melainkan sebuah kamar hotel yang asing. Dia berusaha mengingat kejadian semalam, dan perlahan-lahan, ingatannya mulai tersusun kembali. "Emily," suara Daniel memecah kesunyian, lembut namun terdengar berat. Dia baru saja bangun dari tidurnya, duduk di kasur."Aku tahu..." suara Emily bergetar, kata-kata itu terasa pahit di lidahnya. "Aku tahu apa yang terjadi semalam. Dan aku akan melupakan semua itu. Hubungan kita... hanyalah sebatas perjanjian, bukan?" Dia berusaha keras menyembunyikan getaran dalam suaranya. Daniel duduk, garis-garis kebingungan terukir di wajahnya. "Em," dia memanggilnya lagi, suaranya lebih mendesak. Emily menarik nafas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan keberaniannya sebelum berkata. "Aku... aku tidak mengerti kenapa aku bisa kehilangan kendali seperti itu. Tapi itu salahku. Aku tidak akan membebanimu dengan tanggung jawab atas kesalahanku," katanya. "Kamu tidak salah, Em. Semalam, k

    Last Updated : 2024-06-15
  • Semalam Penuh Kejutan dengan CEO Arogan   Kencan di Musim Salju

    Keterkejutan itu tergambar jelas di wajah Emily, membuat Richard yang berdiri di depannya menatap dengan raut kebingungan."Ah, maafkan saya. Baik, saya mengerti. Terima kasih telah memberitahu saya," ucap Emily, mencoba menyembunyikan kegelisahannya dengan suara yang bergetar."Kalau begitu, saya permisi dulu, Pak," ucap Richard, memberikan isyarat hormat sebelum mundur perlahan dari ruangan itu.Emily menarik nafas dalam-dalam, merasakan beban yang terangkat. Mia, sosok yang selalu meresahkan pikirannya, kini tak akan lagi mengisi ruang-ruang kantor ini.Suara Daniel memecah keheningan. "Melamun apa?" tanyanya, suaranya lembut namun cukup untuk membuat Emily tersadar dari lamunannya.Emily mendongak, menatap sepasang mata yang tidak asing baginya, yang kini memandangnya dengan penuh kehangatan. "Mia terlibat dalam perdagangan obat terlarang," ungkapnya, suaranya bergetar. "Aku tidak tahu harus merasa bahagia atau bersedih untuknya. Dan aku tidak mengerti mengapa dia selalu membencik

    Last Updated : 2024-06-17
  • Semalam Penuh Kejutan dengan CEO Arogan   Malam Penuh Cinta

    "Di mana?" tanya salah satu rekan kerja dengan rasa ingin tahu yang terpicu."Di sana," jawab yang lain, jari terentang menunjuk langsung ke arah Daniel yang berdiri tegak tidak jauh dari mereka. Emily menahan nafas, mencoba menenangkan detak jantungnya yang berdetak kencang. Dengan jas Daniel yang kini menjadi perisai, dia berusaha menyembunyikan sebagian wajahnya yang terpapar cahaya lampu jalanan.Langkah mereka semakin mendekat, dan dengan setiap detik, Emily merasa hubungan mereka akan semakin terancam. Dalam keputusasaan, dia memutuskan untuk melarikan diri dari situasi itu. Namun, heels tingginya menjadi penghalang, dan dengan sebuah langkah yang salah, dia kehilangan keseimbangan.Dengan suara hentakan yang memecah kesunyian malam, Emily terjatuh ke tanah. Dia menutup matanya, berharap bumi bisa menelannya saat itu juga. Meski terjatuh, dia masih memeluk jas Daniel erat-erat untuk tetap menutupi dirinya. "Ada apa dengannya?" bisik salah satu rekan kerja dengan nada penuh keb

    Last Updated : 2024-06-18
  • Semalam Penuh Kejutan dengan CEO Arogan   Pesan Misterius untuk Kakek Daniel

    Emily, yang kini berada dalam tubuh Daniel, merasa bingung saat tidak melihat keberadaan Daniel. Namun, seketika itu, seorang wanita yang baru saja keluar dari kamar mandi membuatnya tersenyum lebar."Selamat pagi," sapanya pada Daniel yang kini berada dalam tubuhnya."Pagi," balas Daniel.Keduanya menyikat gigi bersama di dalam kamar mandi. Melihat wajah mereka dalam pantulan cermin, mereka tertawa bahagia. Emily yang jahil menyipratkan air ke wajah Daniel. Daniel yang tidak terima, menyipratkannya kembali. Suasana pagi itu benar-benar terasa begitu bahagia.Setelah membersihkan diri, mereka turun untuk menikmati sarapan yang sudah disiapkan oleh asisten rumah tangga Daniel. Emily dan Daniel duduk berhadapan, mata mereka saling bertemu di atas meja yang dihiasi dengan croissant yang renyah, potongan buah-buahan segar, dan secangkir kopi hangat. Daniel mengambil sepotong croissant dan memotongnya dengan hati-hati, sementara Emily memilih untuk menyobeknya dengan tangan. Pemandangan i

    Last Updated : 2024-06-20
  • Semalam Penuh Kejutan dengan CEO Arogan   Pembunuh yang Sebenarnya

    Beberapa rekan kerja mulai mengerumuni Daniel untuk mencari tahu sesuatu darinya yang mereka kira adalah Emily. "Kamu harus memberitahukan kami yang sebenarnya," ucap salah satu rekan kerja yang mendekati Daniel, wajahnya serius.'Apa mereka sudah mengetahui hubunganku dengan Emily?' batin Daniel dalam hati, tetapi tetap mempertahankan ekspresinya yang tenang. "Apa karena alasan ini kamu menjauhi Mia?" tanya rekan kerja lainnya. Mendengar pertanyaan itu, Daniel merasa sedikit lega karena menyadari bahwa dia keliru dalam menafsirkan bahwa mereka telah mengetahui hubungannya dengan Emily."Kami tidak menyangka bahwa di balik sikap hangatnya, dia adalah seseorang yang sangat berbahaya," ucap yang lain."Apa kamu sudah mengetahui hal ini sebelumnya?" tanya rekan itu lagi."Maaf, tapi urusan Mia bukanlah urusanku. Aku tidak mengetahui hal itu," ujar Daniel dengan suara tegas dan dingin."Kenapa kamu menjauhinya selama ini? Bukankah kalian saling mengenal satu sama lain karena kamu adalah

    Last Updated : 2024-06-22

Latest chapter

  • Semalam Penuh Kejutan dengan CEO Arogan   Kekuatan Cinta (The End)

    "Apa?" Daniel terkesiap, matanya membulat karena terkejut mendengar ucapan Emily tetapi sesaat kemudian senyum tipis terukir di bibirnya. Dia mendekat, berjongkok di hadapan Emily yang duduk di kursi roda, hingga pandangan mereka bertemu.Daniel menjentikkan jari telunjuknya, menyentuh kening Emily. "Ah, sakit! Apa yang kamu lakukan?" Emily mengerutkan kening, sedikit kesal."Menghukum seseorang yang selalu berpikiran tidak-tidak," jawab Daniel. "Dari mana kamu mendengar bahwa aku telah menikah dengan Alice?" tanya Daniel, tatapan mata birunya yang dalam dan teduh membuat jantung Emily berdebar kencang. Daniel memang sangat tampan, pesonanya tak pernah pudar.Emily terdiam, terpana sesaat. "Ehmm," gumamnya, berusaha membasahi kerongkongannya yang terasa kering. "Aku mendengarnya ketika Alice mengunjungiku saat itu. Maria memberikan selamat pada Alice atas pernikahannya."Mendengar ucapan Emily, Daniel tertawa begitu lebar, suaranya bergema di ruangan itu. "Kamu berpikir bahwa aku yan

  • Semalam Penuh Kejutan dengan CEO Arogan   Perjalanan Panjang untuk Kembali

    Sinar matahari pagi menyelinap melalui celah tirai saat Emily perlahan membuka matanya. Kelopak matanya terasa berat. Dia mengerjap, mencoba menyesuaikan penglihatannya. Perlahan, dia bisa melihat dinding berwarna putih bersih.'Di mana aku? Apa yang terjadi?' batin Emily. Sebuah perasaan aneh mencengkeram hatinya. Dia merasa kosong, seperti kehilangan sesuatu yang penting. Air mata membasahi pipinya, kesedihan terasa menyesakkannya, tetapi dia tidak mengerti apa yang terjadi padanya. Dia tidak lagi mengingat dirinya yang tersesat di hutan dan bertemu dengan ayah kandungnya, Thomas. Mesin-mesin di samping tempat tidurnya berdengung pelan, bunyi bipnya yang berirama menjadi pengingat konstan akan keadaannya yang rapuh. Grafik di monitor melacak naik turun detak jantungnya. Sebuah infus terpasang di lengannya, cairan bening mengalir perlahan, membantu tubuhnya yang lemah. Alat bantu pernapasan menyertai setiap hela napasnya yang terasa berat. "Selamat atas pernikahanmu, Nyonya Alice,

  • Semalam Penuh Kejutan dengan CEO Arogan   Pengorbanan Seorang Ayah

    Entah sudah berapa lama Emily berjalan mengitari hutan itu, tak tentu arah. Tidak ada satu pun yang menjawabnya, tidak ada satu pun yang mendengarnya, tidak ada satu pun yang mengenalnya. Air mata terus membasahi pipi Emily. Dia ingin kembali, ingin mengakhiri semua penderitaan yang terasa menyesakkan di hatinya. Dia kelelahan, tetapi dia terus memaksa dirinya untuk berjalan maju tanpa tujuan. "Emily," suara kasar seorang pria memecah kesunyian. Akhirnya ada yang mengenalnya di hutan itu dan memanggilnya. Emily menoleh, jantungnya berdebar kencang, dan melihat sesosok pria muncul dari balik pepohonan. Mata pria itu menyimpan kesedihan yang mendalam. Wajahnya, kasar tetapi menyimpan kelembutan yang familiar. Saat mata mereka bertemu, Emily terbelalak tak percaya karena apa yang dilihat di depan matanya tak lain adalah ayah kandungnya sendiri, Thomas. "Bagaimana... bagaimana kamu bisa ada di sini?" Rasa terkejut dan kebingungan berputar-putar di kepala Emily. Dia tak mampu memahami a

  • Semalam Penuh Kejutan dengan CEO Arogan   Aku Hanya Ingin Pulang

    Hawa dingin rumah sakit mencengkeram Daniel, menusuknya hingga ke tulang. Sudah berjam-jam Emily terbaring di ruang gawat darurat, menyiksa Daniel dengan ketakutan dan ketidakpastian. Pandangannya tertuju pada pintu ruang gawat darurat, berharap sebuah keajaiban akan muncul dari baliknya. "Aku mohon bertahanlah, Emily," bisik Daniel, suaranya serak menahan kepedihan. "Takdir itu tidak boleh terjadi," gumam Daniel, tangannya mengepal erat. "Kamu tidak boleh meninggalkanku."Bayangan masa depan yang suram menelan Daniel, mencekiknya dengan rasa takut. Tujuh tahun hidup tanpa Emily sudah menjadi siksaan baginya, bagaimana jika dia harus kehilangannya selamanya? Daniel tidak bisa membayangkan itu, sebuah mimpi buruk yang tak ingin dia jalani. Dia terjebak dalam kesedihan dan penyesalan, terhantui oleh kenangan indah yang kini terasa begitu jauh. "Bagaimana keadaan Emily?" Suara itu, panik dan cemas, mengagetkannya. Daniel mengangkat kepalanya, matanya berkaca-kaca, tatapannya kosong.

  • Semalam Penuh Kejutan dengan CEO Arogan   Jatuhnya Anthony

    Anthony dengan keringat dingin yang menetes di pelipisnya, berlari menuju pintu belakang. Dia berhasil mencapai mobil yang sudah disiapkan, jantungnya berdebar kencang. Dia langsung melompat masuk dan menghidupkan mesin mobil. Mobil itu melesat meninggalkan gudang yang kini dipenuhi asap dan teriakan. Mobil polisi dengan lampu merah-biru berkedip-kedip seperti mata predator, mengejarnya dari belakang. Sirene meraung-raung, mengiris keheningan."Sial!" desis Anthony, tangannya menggenggam setir erat, keringat dingin membasahi telapak tangannya. Dia menginjak pedal gas, mobilnya meraung, melaju kencang di jalan yang lumayan ramai. Anthony melirik spion, melihat mobil polisi yang mengejarnya semakin dekat. Jantungnya berdebar kencang, namun dia harus mengendalikan dirinya agar tidak panik. Dia harus lolos. Matahari sore menyinari jalanan, membuat bayangan panjang di aspal. Anthony meliuk-liuk di jalanan, menghindari mobil-mobil lain yang melaju dengan kecepatan normal.Setelah beberap

  • Semalam Penuh Kejutan dengan CEO Arogan   Pengorbanan Cinta

    "Bos!" teriak salah satu anak buah Anthony, wajahnya pucat pasi setelah menerima telepon dan mendengar suara di seberang yang terdengar panik, memberitahukan tentang penangkapan operasi mereka. "Barang-barang kita... polisi sudah mengamankan semuanya!""Sialan!" Anthony menggeram.Tatapan Anthony lurus menusuk ke arah Daniel yang berdiri tenang di hadapannya, senyum kemenangan jelas terukir di bibirnya. "Apakah ini juga kerjaanmu?" desis Anthony, suaranya bergetar menahan amarah yang siap meledak. Daniel mengangkat bahu, senyumnya tipis, sebuah ejekan dingin yang terukir di bibirnya. Tindakannya, penuh penghinaan, seolah membenarkan bahwa dia adalah dalang di balik kehancuran rencana Anthony. "Kamu sebaiknya pensiun dari bisnis gelapmu. Beristirahatlah dan terima hukumanmu sekarang."Anthony mengepalkan tangannya, urat-urat di tangannya menonjol. Kebencian membara di matanya, menggerogoti sisa-sisa kesabarannya.Sementara itu, di luar gudang, petugas polisi, bersenjata senapan dan p

  • Semalam Penuh Kejutan dengan CEO Arogan   The Shadow

    Sean mengangkat kayu itu, matanya berkilat dengan amarah. Dia menyerbu ke arah Daniel, kayu itu mengarah ke tubuhnya. Bunyi gedebuk menggelegar menggema di ruangan itu saat kayu itu menghantam Daniel, tubuhnya terbanting ke lantai. Pandangan Daniel berputar, dunia di sekelilingnya menjadi kabur. Rasa sakit itu menjalar ke seluruh tubuhnya, menusuk tulang rusuknya, membuat setiap ototnya bergetar. "Sean, hentikan!" teriak Emily, suaranya terputus-putus. "Aku mohon, jangan lakukan ini!""Diam!" raungan pria berpakaian hitam itu menggema di ruangan. Pisaunya yang mengkilap dan dingin semakin menempel lekat di leher Emily, membuat Emily terdiam. Tubuhnya gemetar, keringat dingin membasahi kulitnya, dan napasnya terengah-engah. Anthony menyeringai, matanya berkilat jahat. "Pukul lagi!" teriaknya, suaranya dingin dan penuh ancaman. Mendengar perintah Anthony, Sean kembali mengayunkan kayu itu ke arah Daniel, memukulnya berkali-kali. Sementara air mata Emily mengalir deras di pipinya, tub

  • Semalam Penuh Kejutan dengan CEO Arogan   Harga Sebuah Kebebasan

    Emily diseret hingga dipaksa berlutut, kakinya lemas di bawah tekanan. Tangannya terikat, tergantung tak berdaya. Rahang Daniel mengeras, amarah membara dalam dadanya. Salah satu pria berpakaian hitam, mengeluarkan pisau yang berkilauan. Pisau itu menempel mengancam di leher Emily yang halus."Hentikan! Jangan sakiti dia!" raung Daniel, suaranya serak karena keputusasaan. "Aku akan membunuhmu," Sean menggeram, tubuhnya memberontak dalam cengkeraman para pria berpakaian hitam. Daniel menatap Anthony dengan tatapan dingin. "Lepaskan dia," katanya, suaranya penuh otoritas, "Atau kau akan menyesalinya."Air mata mengalir di pipi Emily, meskipun dia berusaha menahannya. Dia tampak begitu ketakutan tetapi berusaha tampak tegar. "Menarik sekali," Anthony mencibir, senyumnya merekah seperti pisau tajam. "Dua pria mencintai wanita yang sama." "Melihat ini," Anthony berkata, senyumnya mengejek, "mengingatkanku pada masa lalu. Bukan begitu, Sophia?" Sophia mengerutkan kening. "Apa maksudmu?

  • Semalam Penuh Kejutan dengan CEO Arogan   Bayangan Kematian

    "Richard, bajingan itu kembali. Dia masih hidup. Jika terjadi sesuatu padaku, tolong lakukan seperti yang kita bicarakan. Tolong lindungi Grace dan Emily." Kata-kata Daniel masih bergema di kepala Richard. Jantungnya berdebar kencang, rasa takut merayap di dalam dirinya. Hilangnya Emily terasa aneh, seperti ada kaitannya dengan mantan sopir Daniel. Richard menginjak pedal gas, mobilnya melaju cepat di jalanan. Dia harus segera sampai ke rumah sakit. Dia harus tahu apa yang terjadi, apa yang membuat Emily menghilang begitu mendadak. Beberapa saat kemudian, rumah sakit tampak di depan matanya. Richard memarkirkan mobilnya dengan perasaan tidak karuan.Richard melangkah cepat ke ruang rawat inap Emily, jantungnya berdebar kencang. Di sana, dia melihat Maria, wajahnya pucat dan penuh kekhawatiran. Beberapa perawat berdiri di dekatnya, berbisik dengan serius, tidak ada yang menyadari kehadiran Richard. "Apa yang terjadi?" tanya Richard. "Pak Richard, Nyonya Emily... dia menghilang," u

DMCA.com Protection Status