ARUNA WANITA SI GILA KERJA!"Tapi Pak Dion, kau harusnya memeprtimbangkan lagi sekarang. Alih-alih kau memujinya dengan banyak kecantikan yang terlihat dan terpancar dari rupanya, dia itu seperti ular! Tikus berpita mutiara, eh bukan seekor ular yang cantik namun berbisa dan penuh dengan racun," kata Elbara mencoba menjelekkan Aruna."Hahaha Pak Elbara!" Dion tertawa sumbang saat mendengar semua ucapan Elbara.Tentu saja hal ini membuat Elbara heran, padahal dia sangat yakin bahwa selama ini hubungan Dion dan Aruna jauh. Dion bahkan sangat membenci Aruna karena keluar dari perusahaan secara sengaja tanpa alasan. Bukankah ini akan membuatnya senang, namun alih- alih melihat Dion senang dengan berita baik yang di bawanya justru sebaliknya. Nampak Dion tertawa sumbang setengah mengejeknya."Kau tidak perlu repot mengkhawatirkanku dan hubunganku dengan Aruna. Kau tahu kenapa, Pak Elbara?" tanya Dion sambil mendekat selangkah ke arah Elbara membuat lelaki itu mundur
KOTAK BELUDRU MERAH DIATAS RANJANG!"Aruna," panggil Arumi."Hmmmm!" sahut Aruna."Sekarang aku juga bertanya padamu, apakah kau sudah menyiapkan baju untuk jamuan makan malam dan pesta nanti atau belum?" tanya Arumi menatap tajam ke arah Aruna."Hah? Jamuan? Pesta? Hmm," gumam Aruna lirih karena dia memang tak menyiapkan apapun.Saat ke Bali, Aruna memang sudah tahu jika malam hari akan ada jamuan makan malam. Namun, dia tak konsentrasi pada jadwal acara itu. Bagi Aruna yang terpenting adalah jadwal presentasi dan pekerjaanya sekaligus menikmati liburan dengan Bima. Jika hanya acara jamuan makan malam saja, dia bisa memakai baju apapun, pikir Aruna."Ck, aku sudah menduga," gumam Arumi. Aruna hanya bisa tersenyum menyengir dan menghabiskan sisa kopi itu. "Aruna, kau sama sekali tidak menyiapkannya bukan?" sindir Arumi."Bagaimana mungkin aku tidak menyiapkannya," jawab Aruna sambil bergumam."Mana? Mari kita lihat," ajak Arumi."Lah in
WANITA BERGAUN PUTIH"Mengapa Pak Dion selalu membelikan hadiah lagi untuk Bima ya? Mengapa dia senang sekali menghamburkan uang untuk membeli barang seperti ini," keluh Aruna yang baru sampai ke kamar. Aruna pun membaca surat yang tertera di sana. Dia terkejut membaca tulisannya. Ternyata kado kota merah beludru itu bukan untuk Bima melainkan untuk Aruna. Aruna pun terkejut sampai membelalakkan matanya."Untukku?" batin Aruna dalam hati sambil tersipu malu sendiri.Perlahan dia pun membuka kotak beludru merah itu. Ternyata di dalamnya berisi sebuah gaun merah cantik sekali, tentu saja Ini perbuatan Dion. Bukannya dia percaya diri, tapi memang siapa lagi yang bisa masuk akses ke kamar miliknya karena untuk beberapa hari ke depan selain Dion.[Terima kasih untuk hadiahnya][Kenapa kau langsung tahu kalau itu dariku?][Bagaimana aku tak tahu jika ini darimu? Kau yang bisa mengakses hotel ini, hanya kau yang punya selera seperti ini, Pak Dion.]
PANDANGAN BERSINAR MILIK DION!"Bima!" tegur Aruna."Hah?" sahut Bim."Bima, apakah kau ingat kau dan Ayahmu pernah bermain permainan rahasia?" tanya Aruna berbisik.Bima mencoba mengingat- ingat apa yang di maksud Ibunya. tak lama dia pun menganggukkan kepalanya. Aruna memegang belahan dadanya dan sedikit membungkuk untuk berbisik."Nah sekarang permainan itu baru di mulai. Kau harus berpura-pura tidak mengenal mereka, baik Ayah dan Tante Baik di hadapan orang lain. Kau mengerti kan?" tanya Aruna."Apa maksud Ibu?" sahut Bima."Bima kau pernah tahu permainan mission impossible itu kan?" tanya Arumi. Bima menganggukkan kepalanya."Nah sekarang kita sedang memainkannya. Kita jadi agen rahasia, jadi tolong rahasiakan ini ya!" perintah Arumi. Film ini mengenai tentang agen rahasia ini sekaligus menjadi tim operasi mata-mata bernama IMF (Impossible Mission Force). Ethan mendapatkan tugas untuk melakukan pencarian dan penjagaan terhadap senjata dunia. Ethan pun memulai misinya dengan me
RENCANA BUSUK SHEILA!"Aruna, kau tahu tidak? Rasanya aku sudah lama sekali tidak melihat pandangan Adikku yang begitu bersinar. Mungkin terakhir kali aku melihatnya saat Mama kami pulang bekerja membawa sekantong es cream saat pulang bekerja. Sudah lama sekali, sampai Ibu meninggal dunia. Tapi aku begitu terkejut melihat kenyataan saat ini, baru saja tadi aku melihatnya kembali," kata Cindy."Apa maksud Kakak?" tanya Aruna tak mengerti.Cindy tersenyum dan diam, dia menatap wajah Aruna. Wajah ayu berkarakter tak banyak menggunakan polesan topeng make up. Bulu mata tebal, hidung mbangir tanpa operasi kulit berwarna kuning langsat tanpa pemutih. Simpel namun tatanan wajah merupakan pahatan terbaik Tuhan tak di ubahnya."Sekarang lihatlah Dion," perintah Cindy.Karena tak mengerti apa maksud kakak Dion ini, Aruna pun hanya patuh pada semua perintah Cindy. Dia pun menoleh dan melihat Dion lagi yang kebetulan sedang menatapnya. Sepersekian detik mereka saling bertatapan dan tersipu malu
ANAK TAK BERAYAH!"Hey! Kau mau ke mana?" tanya Sheila sambil mencengramnya."Apakah kau sudah lupa dengan Bibi Sheila?" ucap Sheila sambil tersenyum menyeringai."Lapaskan! Lepas! Aku tidak mengenalmu," kata Bima mencoba memberontak."Sttt! Diamlah. Aku adalah rekan kerja Ibumu," bentak Sheila sambil menarik lengan lengan.Bima dengan kekuatan kecilnya terus memberontak untuk pergi. Namun sekuat tenaga Sheila pun menggenggam dan mencengram lengan Bima makin erat. Entah setan mana yang sudah menguasai hati Sheila sampai harus melibatkan anak kecil dalam permasalahannya dengan Aruna. Dalam pemikirannya hanya ada satu hal yang terbesit yaitu, dia harus bisa menghancurkan Aruna dan memperlakukannya."Apakah Ibumu benar- benar tak memperkenalkan aku? Ck! Jahat sekali bukan?" ucap Sheila sambil menyeringai."Tidak! Aku yak mengenalmu. Lepaskan aku, lepaskan. Kau menyakitiku!" teriak Bima terus memberontak. Namun apa daya tenaga kecil miliknya tentu tak sebanding dengan kekuatan Sheila dew
SEBUAH PENGAKUAN DARI DION!Aruna pun melihat kondisi sekitar seakan menghakimi. Sebagai sahabat Arumi memegang tangan Aruna mencoba menguatkan sahabatnya."Bu Aruna tolong katakan sesuatu!" perintah salah satu pers yang datang dalam acara jamuan malam konferensi kesehatan itu."Maafkan semuanya ya! Rasanya ini sudah keterlaluan sekali, bukankah ini mengenai masalah pribadi Ibu Aruna jadi please kalian....""Siapa bilang anak Ibu Aruna tidak memiliki Ayah? Hah!" bentak Dion."Pak Dion? Itu Pak Dion dari PT. Hadinata Wijaya, kan? Iya kan?" tanya beberapa orang dan pers saling berbisik."Ada apa ini Pak Dion? Ada apa?" tanya semua orang panik."Aku adalah Ayah kandungnya," kata Dion membuat sebuah pengakuan di depan semua orang.Arumi tersenyum penuh arti, dia bahagia melihat perlakuan Dion yang memang terlihat sangat gentle sekali. Tanpa rasa malu dia mengakui keberadaan Bima dan Aruna di depan semua orang bahkan tak tanggung- tanggung, itu semua di lakukan di depan jamuan makan mala
PERCAKAPAN DI PINGGIR KOLAM"Sttt! Diamlah aku bosan mendengar penjelasanmu itu, Steven. Alih- alih kau membicarakan itu bagaimana kalau kau mulai sekarang mulai memikirkan kapan giliranku tiba merasakan adegan romantis seperti itu," jelas Arumi."Kenapa kau begitu iri?" tanya Steven sambil melihat Arumi."Tentu. Bukankah wajar saja jika seorang wanita iri melihat wanita lain begitu? Apakah salah? Apakah aku tak berhak mendapatkannya?" tanya Arumi memandang wajah Steven yang berada di depannya."Tidak. Kau tenang saja, asalkan kau memberiku kesempatan juga untuk membahagiakanmu lebih lama, maka aku akan juga pasti akan melakukan semua yang kau inginkan dan mengabulkan semua permintaanmu satu persatu," jawab Steven."Benarkah?" sahut Arumi."Iya, namun sebelum kesatria menyelamatkan putri dari berbahaya aku lebih rela tidak punya waktu bersamamu. Aku tak mau kau menderita, aku akan menjagamu sebelum kau masuk dalam bahaya dan kehilanganmu," ujar Steven.Mendengar ucapan Steven, Arumi