GAWAT!"Meskipun sulit mencari donor untuk organ jantung, bukan berarti tidak ada harapan sama sekali bagi pasien gagal jantung. Karena kini sudah dikembangkan teknik pengobatan melalui sel punca (stem cell). Stem cell jantung ini bisa berasal dari pasien itu sendiri (autologous), berasal dari orang lain (allogeneic) atau berasal dari makhluk hidup lain atau binatang (xenotransplantasi) yang ternyata diketahui mirip dengan organ dari hewan yang halal dan di perbolehkan. Rumah sakit kami sedang menelitinya," terang Aruna."Pak Indra, saya mohon," pinta Aruna."Baik, begini saja aku bisa memberikanmu tawaran meski ini terdengar tak adil tapi hanya ini yang bisa aku lakukan untukmu, Aruna. Jadi solusi yang bisa aku berikan adalah kau bisa tetap melakukan presentasimu tapi berada di sesi terakhir. Aku sungguh tak bisa membantumu untuk di depan. Bagaimana?" tanya Pak Indra."Tapi begini, Aruna. Kalau waktunya sempat kau bisa maju, aku akan mengusahakannya. Jika tidak sempat terpaksa di bat
MANIPULASI ELBARA DAN INDRA!"ASTAGA!!!!!!" teriak Arumi menjorokkan wajah Steven ke belakang."Hah? Ada apa?" tanya Steven terkejut."Gawattt!" teriak Arumi langsung berdiri dan berlari ke kamar."Kenapa? Ada apa?" tanya Steven ikut panik."Jam berapa ini? Sudah pukul berapa ini?" kata Arumi sambil masuk ke dalam kamar hotelnya.Arumi langsung membuka koper yang sedari semalam belum di bukanya. Untung saja bajunya sudah di siapkan dalam kantung sesuai dengan hari dan keperluannya. Bagaimana wanita itu tak panik, karena tiba -tiba dia teringat jam sembilan akan ada pertemuan konferensi kesehatan. HP nya dia charger di dalam kamar dalam posisi mati setelah melakukan VC dengan Steven dan tak sadarkan diri karena mabuk semalam."Celaka! Celaka, hari ini adalah jadwal dari presentasi Aruna! Apakah dia sudah tampil? Ini sudah hampir jam makan siang, bukankah harusnya presentasi itu akan berakhir," gerutu Arumi sambil berganti baju tanpa mandi.Arumi langsung bergegas memakai make up, apa
THE POWER OF EMAK- EMAK! KAU SALAH MENUNJUK MUSUH!"Sialan! Aku di jebak agar tak bisa membuat onar," batin Aruna."Kau salah menunjuk musuhmu kali ini! Aku tak akan tinggal diam, Aruna yang dulu akan beraksi," gumam Aruna lirih sambil langsung berdiri.Aruna tak tinggal diam, dia langsung menuju ke tengah- tengah auditorium dan bertepuk tangan tiga kali. Hal itu di lakukan Aruna untuk mengalihkan semua perhatian audience ke pada dirinya. Dengan begitu Aruna bisa mendapatkan notice dan perhatian dari semua orang dengan mudah. Aruna menarik nafas panjang dan mulai mengeraskan bicaranya tanpa menggunakan microfon."Kau salah lawan kali ini Elbara. Wanita di hadapanmu bukanlah wanita biasa, dia sudah menjadi Ibu beranak satu. Kau sepertinya lupa dengan istilah the power of Emak- emak," gumam Dion tersenyum penuh arti.Penggunaan istilah ini awalnya terkait dengan bagaimana “power” yang dimiliki emak-emak dapat bekerja dengan cara yang tidak terduga dan sering berujung dengan sesuatu ya
PESONA ARUNA!Saat itulah seorang wanita cantik datang tiba -tiba di samping Dion dan Bima. Menempati kursi VIP di sampingnya. Wanita itu tersenyum ramah dan melihat ke arah Bima."Bima, Sayang!" panggil Cindy, wanita itu tak lain adalah kakak tiri Dion."Bibi Baik," sapa Bima tersenyum senang."Dion! Geserlah lebih dekat kursinya. Aku juga rindu dengan keponakanku yang menggemaskan itu! Dia juga milikku, kau jangan pelit- pelit," bisik Cindy di tengah presentasi Aruna yang baru mulai."Ini juga dapat di gunakan saat pasien tidak terdiagnesium menunjukkan identifikasi risiko penyakit jantung atau terkena penyakit jantung terstruktural," kata Aruna yang masih asik menjelaskan persentase dengan cukup percaya diri.Aruna tak menyadari kehadiran Cindy yang diam- diam menyimak penjelasan Aruna dengan baik sambil memangku Bima dan menciuminya. Sebenarnya, Cindy sudah memiliki rencana lain terkait dengan masa depan Aruna dan perusahaan miliknya. Dia memang me
WANITA BERBISA!"Bagus! Kau juga senang ternyata menghabiskan waktu denganku. Mari Bima, kita ganti baju di kamar lalu pergi berjalan- jalan. Kita akan menghabiskan banyak waktu untuk bersama," ajak Cindy dengan gembira. Mereka pun lalu pergi meninggalkan Dion yang tersenyum penuh arti."Sekarang giliranku! Cukup sudah semua ini," gumam Dion sambil mengepalkan tanganya.Dion langsung mengambil langkah sigap, dia sudah tahu apa yang harus dia lakukan sekarang dan sudah benar-benar yakin siapa dalang di balik semua kekacauan yang hadir di tengah presentasi ini. Tanpa banyak kata, Dion langsung menghubungi manajer hotel dan menyuruhnya memasang semua CCTV aktif mengarah ke arah balkon yang langsung menghadap ke arah bawa auditorium. Baik lantai satu dan dua, dia yakin sekali tak akan salah perhitungan kali ini.Tak lama Elbara akan melakukan pertemuan dengan Indra selaku penanggung jawab acara. Dia segera naik ke lantai dua di iringi oleh Sheila sekertaris plus- plusnya. Tak lama, Indr
ARUNA WANITA SI GILA KERJA!"Tapi Pak Dion, kau harusnya memeprtimbangkan lagi sekarang. Alih-alih kau memujinya dengan banyak kecantikan yang terlihat dan terpancar dari rupanya, dia itu seperti ular! Tikus berpita mutiara, eh bukan seekor ular yang cantik namun berbisa dan penuh dengan racun," kata Elbara mencoba menjelekkan Aruna."Hahaha Pak Elbara!" Dion tertawa sumbang saat mendengar semua ucapan Elbara.Tentu saja hal ini membuat Elbara heran, padahal dia sangat yakin bahwa selama ini hubungan Dion dan Aruna jauh. Dion bahkan sangat membenci Aruna karena keluar dari perusahaan secara sengaja tanpa alasan. Bukankah ini akan membuatnya senang, namun alih- alih melihat Dion senang dengan berita baik yang di bawanya justru sebaliknya. Nampak Dion tertawa sumbang setengah mengejeknya."Kau tidak perlu repot mengkhawatirkanku dan hubunganku dengan Aruna. Kau tahu kenapa, Pak Elbara?" tanya Dion sambil mendekat selangkah ke arah Elbara membuat lelaki itu mundur
KOTAK BELUDRU MERAH DIATAS RANJANG!"Aruna," panggil Arumi."Hmmmm!" sahut Aruna."Sekarang aku juga bertanya padamu, apakah kau sudah menyiapkan baju untuk jamuan makan malam dan pesta nanti atau belum?" tanya Arumi menatap tajam ke arah Aruna."Hah? Jamuan? Pesta? Hmm," gumam Aruna lirih karena dia memang tak menyiapkan apapun.Saat ke Bali, Aruna memang sudah tahu jika malam hari akan ada jamuan makan malam. Namun, dia tak konsentrasi pada jadwal acara itu. Bagi Aruna yang terpenting adalah jadwal presentasi dan pekerjaanya sekaligus menikmati liburan dengan Bima. Jika hanya acara jamuan makan malam saja, dia bisa memakai baju apapun, pikir Aruna."Ck, aku sudah menduga," gumam Arumi. Aruna hanya bisa tersenyum menyengir dan menghabiskan sisa kopi itu. "Aruna, kau sama sekali tidak menyiapkannya bukan?" sindir Arumi."Bagaimana mungkin aku tidak menyiapkannya," jawab Aruna sambil bergumam."Mana? Mari kita lihat," ajak Arumi."Lah in
WANITA BERGAUN PUTIH"Mengapa Pak Dion selalu membelikan hadiah lagi untuk Bima ya? Mengapa dia senang sekali menghamburkan uang untuk membeli barang seperti ini," keluh Aruna yang baru sampai ke kamar. Aruna pun membaca surat yang tertera di sana. Dia terkejut membaca tulisannya. Ternyata kado kota merah beludru itu bukan untuk Bima melainkan untuk Aruna. Aruna pun terkejut sampai membelalakkan matanya."Untukku?" batin Aruna dalam hati sambil tersipu malu sendiri.Perlahan dia pun membuka kotak beludru merah itu. Ternyata di dalamnya berisi sebuah gaun merah cantik sekali, tentu saja Ini perbuatan Dion. Bukannya dia percaya diri, tapi memang siapa lagi yang bisa masuk akses ke kamar miliknya karena untuk beberapa hari ke depan selain Dion.[Terima kasih untuk hadiahnya][Kenapa kau langsung tahu kalau itu dariku?][Bagaimana aku tak tahu jika ini darimu? Kau yang bisa mengakses hotel ini, hanya kau yang punya selera seperti ini, Pak Dion.]
KEPUTUSAN ARUNA"Ibu, ayok kita temui Eyang," pinta Bima."Ayo Aruna kita harus segera menemui Juragan Waluyo, Ayahmu. Kita harus meyakinkannya bahwa kita bisa bersama dan semua akan baik-baik saja," bujuk Dion.Aruna memandangi wajah Dion dan putranya bergantian. Dia menghela nafas panjang, kedua lelaki ini memiliki sifat yang sama ketika sudah menginginkan sesuatu maka mau tak mau harus terpenuhi saat itu juga. Namun Aruna memiliki pemikiran lain, dia harus mempertimbangkan semua baik buruknya sebelum mengambil keputusan itu."Pak Dion, maaf. Bima maafkan Ibu ya, jika keputusan Ibu kali akan mengecewakanmu. Bima, tidak semua keinginanmu harus dipenuhi kan? Ada beberapa hal yang kau tidak bisa memaksakan kehendakm karena ada kehendak lain yang Ibu inginkan," kata Aruna."Kau tak boleh egois menginginkan semuanya harus sesuai dengan maumu," sambungnya.Dion pun langsung menoleh menatap ke arah Aruna. Dia menggeleng tak percaya jika Aruna akan menolak ajakannya. Dion menatap Aruna de
MEYAKINKAN ARUNA MEMBUKA LEMBARAN BARU "Aku tak ingin kau kenapa-kenapa, kemarin badanmu sangat demam sekali," kata Dion. "Tenanglah Pak Dion, aku Lebih tahu bagaimana dengan badanku. Apalagi semenjak aku menjadi seorang ibu maka aku harus bisa menghindari semuanya serta harus mengerjakan semua hal secara sendiri dalam kondisi apapun. Hebat bukan? Dan lagi, aku tak terbiasa tidur terlalu lama," kata Elena. "Apakah yakin sudah benar-benar baik?" tanya Dion mencoba memastikan karena khawatir bibir Aruna masih sangat pucat pasi. "Tentu," sahut Aruna. "Aruna aku ingin bicara serius dengaanmu," ucap Dion lagi. "Apakah benar kau dari rumah bapakku, PakDion?" tanya Aruna. Dion pun menganggukkan kepalanya. "Ya aku dari sana," jawab Dion memangku Bima dan duduk di lantai menghadap ke arah Aruna. Aruna tersenyum kecut, dia benar-benar tak mengira jika Dion akan berbuat senekat ini. Bukan tak senang dirinya diperjuangkan hanya saja dia takut Dion menghadapi kerasnya sifar Juragan Waluyo
NEGOSIASI DENGAN BIMA!Dia ingin segera memberikan kabar gembira itu pada Aruna dan tak mau menunda lagi. Takut jika kedua orang tua Aruna berubah pemikiran. Dia harus sesegera mungkin mengajak Aruna ke sana lagi.Dion pun segera melajukan mobilnya menuju ke apartemen milik Aruna. Dia segera menuju ke kamar milik Aruna yang memang sedang tertidur karena badannya belum sembuh benar. Untung saja Aruna sudah memberikan kode akses masuk ke dalam rumahnya. 'Ting' pintu pun terbuka, dia melihat sekelilingnya mencari anaknya."Bima! Bima!" teriak Dion memanggil Sang putra."Ya Ayah Baik," sahut Bima dari dalam kamarnya. Dion pun segera masuk ke dalam kamar. Da melihat putranya sedang asyik bermain Lego sendiri.Dia tak melihat Aruna di sana."Dimana ibumu, Sayang?" tanya Dion. Bima menole dan tersenyum ke arah Ayah Baiknya."Em, Ibu ya? Dia sedang tidur Ayah Baik. Katanya badannya masih tidak enak, tapi aku sudah menjaganya dengan baik. Aku sudah memastikan ibu untuk meminum obatnya sama
MERESTUI DENGAN SYARAT?"Semua saya lakukan demi Aruna dan demi Bima semuanya. Seperti yang Bapak tahu sendiri, sampai saat ini pun Aruna juga belum memiliki sosok lelaki lain. Apakah Bapak berpikir jika Aruna tidak lak? Tentu dengan tegas dan jawabannya bisa kita ketahui semua tidak itu alasannya. Aruna sangat cantik dengan segala potensi yang dia miliki. Bukankah masih menjadi tanda tanya mengapa dia tak pernah menikah atau menjalankan hubungan baru dengan lelaki lain kan, Pak? Mengapa Aruna melakukan ini semua dan sebagai seorang laki-laki tentu Bapak tahu apa jawabannya kan?" jelas Dion.Juragan Waluyo terdiam mendnegar semua penjelasan Dion panjang lebar itu. Pun dengan Nyi Waluyo, ya mereka semua tidak bisa memunafikkan semua yang dikatakan oleh Dion benar. Selama ini Aruna bukannya tak laku tetapi dia memang menutup diri dan dia tahu alasan anaknya itu apa, yaitu Aruna susah sekali jatuh cinta dan mungkin cintanya telah habis bersama Dion. Apalagi sekarang dia memili
PERJUANGAN DION DI MULAI! PART 1 "Sudahlah Pak apalagi yang mau ditutupi? Toh ini kenyataan semalam aku yakin juga Aruna juga sakit. Tapi pertanyaannya apakah ada yang merawat atau tidak. Apakah kau merawatnya, Nak?" tanya Nyi Waluyo. Dion menganggukkan kepalanya. "Ya, Bu. Saya merawatnya dengan baik dan memang benar semalam Aruna sakit. Tenang saja, saya sudah memberinya pereda panas dan membuat bubur," jelas Dion. "Syukurlah kalau kau memang memiliki sedikit perhatian kepada Aruna. Sebenarnya bapaknya dari semalam juga sangat khawatir padanya, namun kau paham kan kadang seorang lelaki tidak bisa mengungkapkan rasa sayangnya. Tapi dia tak mau menunjukkan kekhawatirannya itu pada Aruna," ucap Nyi Waluyo. "Kau tahu sendirilah kadang lelaki itu memang memiliki titik egois dan rasa cemburu kepada anak perempuannya yang sedikit berlebihan" ujarnya. Baru setelah mendengar pernyataan dari Nyi Waluyo itu sekarang dia mengerti ke mana arah
MEMBUKA TABIR MASA LALU DI HADAPAN ORANG TUA ARUNA"Berani juga kau ke sini!" kata juragan Waluyo dari arah samping. Dion pun menoleh, dia melihat juragan Waluyo datang dengan menggunakan tongkatnya dan memakai pakaian hitam-hitam nampak sangat elegan dan wibawanya sangat keluar. Beda dengan tadi malam yang mungkin karena diliputi amarah yang besar sehingga tak menampakkan wibawa juragan Waluyo. Seketika jantung Dion berdetak kers, dia segera menyalami Juragan Waluyo meskipun merasa sedikit ngeri juga dengan penampilan juragan Waluya yang terkesan seperti dukun bagi Dion. Juragan Waluyo hanya menanggapi sekilas lalu duduk."Duduklah!" perintah juragan Waluyo. Dion pun duduk di berhadapan dengan juragan Waluyo."Ti! Narti! Buatkan minuman untuk tamu, Ti!" perintah Juragan Waluyo lagi."Nggeh Juragan!" sahut suara seorang wanita dari belakang."Sialan sepertinya memang Aruna bukan berasal dari keluarga sembarangan. Ini mungkin yang disebut dengan orang kaya tetapi hidup di desa, sungg
MENDATANGI JURAGAN WALUYO!Pagi harinya Aruna terbangun saat sinar matahari datang, masuk ke kamarnya melalui kelambu. Aruna langsung mengerjapkan matanya. Dia melihat ke arah bawah, ternyata Dion sedang memegangi tangannya tidur di kursi sofa yang di dekatkan pada tubuhnya. Sedangkan Bima berada di pelukannya. Aruna pun mulai beranjak untuk membuat sarapan untuk mereka, untung saja semalam Dion dengan gesit merawatnya. Kepalanya sudah tak pusing lagi."Aruna kau sudah bangun? Masih pusing? Bagaimana keadaanmu?" tanya Aruna."Aku sudah lumayan Baik, Pak Dion. Kau tak papa tidur dibawah begitu? Apa kau tak masuk angin nanti? Kau tidur di ruangan AC tanpa selimut. Kau baik-baik saja? Aku buatkan susu jahe ya," kata Aruna mulai khawatir. "Tenanglah, Aruna. Ini semua tidak sebanding dengan apa yang kau dan Bima sudah rasakan dulu. Aku tak masalah, jadi kau jangan khawatir," jawab Dion."Terima kasih ya, Pak Dion. Terima kasih kau sudah merawatku, berkat dirimu aku merasa jauh lebih ba
Aruna Sakit!"Ibu, Ibu dan Ayah baik tak apa-apa kan? Kalian akan bersama kan?" tanya Bima."Tidur yuk!" ajak Aruna pada Bima.Dion menoleh, dia melihat Aruna memperjuangkannya seperti ini, tiba-tiba perasaan bersalah dan menyesal bergelanyut di benaknya. Dulu dia meninggalkan Aruna dan salah paham kepadanya sampai bertahun-tahun akhirnya Aruna harus menyimpan semua kesakitan ini sendiri. Kerasnya hidup mengasuh Bima, hambatan yang dilakukan dan dirasakan hanya bisa dirasakan dengan juragan Waluyo. Orang yang seharusnya tak ikut bertanggung jawab dalam masalah ini. Itulah yang membuat dia menutupi kebodohannya sendiri yang sangat egois. "Apakah Eyang tak suka dengan Ayah Baik? Apakah Eyang akan melarang Ayah Baik ke sini?" tanya Bima."Tidak kok. Eyang tak marah," kata Aruna."Lalu kenapa tadi Eyang langsung pulang dan marah?" tanya Bima."Mungkin Eyang lelah. Maaf ya jika kau harus terbangun. Sekarang tidur ya, Nak," perintah Aruna sambil menggendongnya."Ayah Baik, ayok! Temani Bi
NYI WALUYO TURUN TANGAN!"Eyang, Apakah Eyang Kakung tahu jika Bima dan Ayah baik memiliki persamaan? Kami memiliki penyakit yang istimewa dan hanya diderita oleh orang-orang tertentu saja. Bukankah selama ini Eyang dan Ibu selalu panik pada perasaan yang dirasakan Bima dan kesakitan ini? Tetapi sekarang rasanya Ibu dan Eyang tidak perlu khawatir lagi, karena ada Ayah Baik yang akan menemani Bima. Kami seringkali meminum obat bersama, karena memang kami harus minum vitamin untuk menjaga dunia. Benar kan Ayah Baik?" tanya Bima sambil mengusap air mata Dion yang juga turut jatuh.Juragan Waluyo langsung terdiam mendengar pernyataan cucunya itu. Ya dia tidak bisa berbuat apa-apa lagi jika yang mengatakan hal seperti itu adalah Bima. Karena memang selama ini dia sangat mencintai Bima dan tidak ingin terjadi hal-hal mengerikan pada Bima."Eyang, kenapa Eyang harus marah-marah kepada Ayah Baik? Percayalah sungguh Ayah Baik ini adalah orang yang sangat baik sekali kepada Bima, juga pada Ibu