SATU KEKURANGAN MENJADI PELUANG DIANTARA SEPULUH KESEMPURNAAN!
"Namun kau melupakan sesuatu, Sayang," bisik Sheila sambil berjalan dan berbisik menghampiri Elbara."Apa itu?" tanya Elbara."Komunikasi keluarga Elizabeth bisa di bilang sangat buruk bukan? Apakah kita tak bisa mengambil peluang itu?" bisik Sheila di telinga Elbara. Elbara terdiam, benar juga. Elizabeth dan keluarganya cenderung sangat otoriter sehingga tak bisa hangat saat berkomunikasi. Meskipun Lep sebagai seorang CEO memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Hal ini tidak terlepas dengan aktivitasnya yang akan sering bertemu dengan banyak orang. Komunikasi tersebut tidak semata-mata menyampaikan pesan dengan baik. Tapi tidak dengan keluarganya."Benar percuma Leo pintar berinovasi dan memiliki kreativitas dan mampu berinovasi agar mampu beradaptasi dengan tren yang terjadi. Bahkan aku cukup mengakui kemampuan Leo dalam menjadi CEO cukup kreatif dan ide-ide baru yang inovatif untuk menjaga bWARNING 21++ SAKIT HATINYA ANI- ANI! SEKALI BERTINDAK TARUHANNYA REPUTASI!"Apa aku tak bisa mewakili PT Gold? Sedangkan aku...""Tidak! Aku tidak bisa mengizinkanmu," sahut Elbara."Kenapa?" tanya Elbara."Kau jangan konyol, Sheila? Apakah kau lupa bagaimana kejadian terakhir saat kita bermain golf bersama Dion di lapangan Magetan dulu?" tanya Elbara. Sheila terdiam, dia mencoba mengingat lagi kejadian beberapa minggu lalu. Saat itu memang Sheila mengamuk karena membela Elbara. Dion menolak mentah- mentah proyek screaning cancer yang di tawarkan PT Hadinata Wijaya sehingga menyebabkan Elbara kehilangan kepercayaan Pak Wijaya, mertuanya. Selain itu penolakan tander Catering sehat milik PT Gold juga di tolak karena lebih mementingkan CV milik Aruna. Itu membuatnya naik pitam. Tapi yang membuat Sheila heran mengap akhir- akhir ini Elbara berubah. Sheila mencoba memikirkan lagi, jujur saja dia memang takut Elbara berubah hati dan haluan. Dia belum memilik
WARNING 21++ CCTV BERBAGAI SISI"Aku akan bertingkah seliar mungkin! Sebinal mungkin! Aku harus bisa mendapatkan rekaman CCTV terbaik dari berbagai sisi," batin Sheila dalam hati sambil melirik ke arah CCTV yang ada di berbagai pojok kamar apartemen nya. Dia yakin Elbara tak akan pernah berpikir bahwa dirinya bertingkah sejauh ini. Apalagi hubungan Elbara dengan Sheila bukan hitungan hari lagi. Mereka bersama sudah dalam hitungan tahun. Itulah yang membuat Elbara lengah."Kau tak akan bisa bermain denganku, Sayang!" batin Sheila dalam hati. 'tek' tali pengait bra milik Sheila itu terlepas, dua buah dada langsung nampak terpampang di depannya muka Elbara. Dua gunungan yang sangat menonjol dengan puting berwarna pink yang mencuat. Elbara berkali- kali menelan ludahnya."Shit! Sungguh wanita ini benar- benar pandai merawat diri! Tak rugi rasanya aku mengeluarkan uang banyak untuknya," kata Elbara dalam hati. Elbara kemudian menyentuh payudara Sheila. Dia
WARNING 21++ DESAHAN ELBARA MEMANGGIL ARUNA! Elbara tak peduli lagi pada erangan Sheila, jiwa nyasebagai lelaki terpacu. Elizabeth tak pernah melakukan itu padanya Elizabeth sebagai istri selalu merendahkan Elbara, itu lah yang membuat Elbara memutuskan untuk mencari pelampiasan."Lanjutkan, Sayang!" perintah Sheila."Tinggal selangkah lagi! Kenikmatan ini akan menjadi kartu matimu!" gumam Sheila."Hahaha! Bagaimana Sheila? Apakah kau sangat tidak sabaran? Bahkan kau sudah keluar sebelum aku memasukkannya, kalau begitu sekarang giliranku ya!" ujar Elbara."Aku takkan pernah menggunakan kondom! Karena aku ingin memiliki anak darimu, Sayang! Bedebah dengan Elizabeth. Aku cukup muak dengannya. Aku butuh keturunan! Tenanglah aku bersih karena aku selalu memakai kondom saat bersama wanita lain! Aku akan melahirkan anak seperti bajingann itu!" teriak Elbara kesetanan. Sheila terdiam dengan ucapan Elbara. Dia cukup terkejut saat lelaki itu mengatakannya. Pada
SAHABAT RASA SAUDARA!"Dia akan mau kok! Perayalah padaku, dari pada aku mengadukan pada Ibuku dan akhirnya dia harus pergi bersamaku! Bukankah dia lebih tidak mau pergi dinas bersamaku? Dia akan bosan dengan kecerewetaku kan," jawab Arumi."Hahaha! Iya benar juga, sebentar jika kita berdua pergi dinas, lalu bagaimana Bima? Dengan siapa dia di rumah? Siapa yang akan menjaganya?" gumam Aruna."Pak Dion!" usul Arumi."Tidak boleh!" jawab Aruna."Lah, kenapa?" tanya Arumi."Bukan kah kalian tinggal bersama? Bukankah semua berjalan baik- baik saja? Atau titipkan saja pada Juragan Waluyo, gampang kan?" kata Arumi."Aku belum berani mengatakan semua pada orang tuaku, Arumi. Kau tahu kan bagaimana rumitnya hubunganku dengan Pak Dion. Jika Bapak dan Ibu ku tahu tentulah mereka akan meminta pertanggung jawaban nya. Akan mengamuk, padahal aku sadar diri antara aku dan Pak Dion tak saling mencintai. Kami hanya melakukan kesalahan semalam saja. Akan sangat berat
RENCANA LAIN PAK HENDRO!"Mengapa? Eh Aruna aku lupa belum menceritaans emua padamu kan ya? Pas kau izin kerja kemarin saat meeting dengan beberapa vendor dan tander untuk membahas progres rumah sakit lisensi tak sengaja aku melihat Pak Dion juga datang! Sungguh dia datang sendiri ke sana, bahkan sekertasir eh personal asistennya itu yang selalu membuntutinya mengatakan Pak Dion sengaja meluangkan waktunya untuk bertemu denganmu. Dia datang lebih awal ke sana karena berpikir kau datang," jelas Arumi."Lalu?" tanya Aruna mulai tertarik dengan topik pembahasan itu. Sekarang Aruna mulai paham, mengapa Dion bisa datang ke rumahnya bersamaan dengan Rendi. Kemungkinan dia mengatakan dan khawatir padanya bahkan datang bersama Rendi. Mungkin mereka bertemu saat acara meeting itu."Kau tahu tidak dia sangat begitu mengkhawatirkanmu, saat aku mengatakan pada dokter Rendi kau sakit, bahkan izin tak masuk kerja. Dia juga langsung pergi tanpa banyak berkata, endingnya yang
DARI CATERING RANTANGAN SAMPAI JASA BOGA INDUSTRIAL BERKAT BRANDING PAK HENDRO!"Permisi, Pak," sahut Aruna."Dududklah," perintah Pak Hendro lagi."Aku sedang mencarimu untuk membahas masalah konferensi," kata Pak Hendro."Ada apa, Pak Hendro? Bukankah semua sudah teratur jelas di undangan? Bahwa Aruna dan Arumi yang datang?" sahut Arumi mulai curiga dengan Om nya itu."Aku memiliki rencana lain! Yang datang ke sana adalah Iding saja," jawab Pak Hendro."Hah? Bagimana ceritanya Om bisa mengatakan seperti itu? Jangan mengada- ngada ya, Om! Aku sudah berencana untuk datang ke sana dengan Aruna. Kami sudah mengatur schedule!" jawab Arumi langsung emosi."Dengarkan dulu, Arumi. Om begini karena ada alasan yang kuat. Begini, Om memang menunjuk Iding saja untuk pergi dan akan mewakili konferensi kali karena gosip dan rumor yang beredar tentang perusahaan kita di luar sudah tak baik lagi. Seperti yang kita tahu, baik Om, Aruna, dan kau sendiri Arumi serta
PERDEBATAN SENGIT!"Arumi, Aruna! Dengarkan Om, bila rumor Aruna dan Pak Elbara ini tersebar otomatis akan berdampak pada peningkatan volatilitas, maka harga saham cenderung mengalami perubahan. Jika terjadi perubahan harga, kemungkinan akan terjadi pergerakan harga saham yang membentuk tren tertentu naik atau turun, kita akan bersyukur jika naik tapi bagaimana kalau turun?" sambung Pak Hendro."Bukankah mengganti Aruna dengan Iding serta Arumi ide bagus? Aruna tetap di sini untuk mengklarifikasi semua," usul Pak Hendro."Om begini menurutku, ini adalah konferensi bukanlah ajang untuk menggosip. Itu kan hanya sekedar foto saja, pasti memang akan pertentantang dan orang memperdebatkannya. Namun itu adalah foto yang biasa saja, hanya Aruna terduduk diatas pangukuan Elbara, lalu istrinya Elizabeth menyiram Aruna, begitu kan?" tanya Arumi pada Pak Hendro. Lelaki itu pun mengangguk."Coba Om lihat dari sisi yang berbeda sekarang. Lihatlah kalau kita sebagai publik at
APAKAH ELBARA DALANGNYA? Pak Hendro terdiam, dia kalah kali ini. Karena memang jasa boga tidak lah ahlinya. Sebagai seorang mantan presiden direktur, dia dulu hanya menguasai taktik dan strategi branding produk tanpa terjun langsung ke lapangan. Dia tadi begitu karena mendapat informasi dari Iding dan bujukan serta semua analisis dan spekulasi Iding. Apalagi dia menyadari Arumi dan Aruna itu dua wanita yang teguh pendirian dan tak main- main dengan ucapannya. Mengetahui hal ini, Pak Hendro mulai goyah."Apakah aku harus mengatakan juga pada bagian Personal Asisten Pak Dion, Pak Hendro? Tak masalah, rasanya aku cukup dekat dengannya," tantang Aruna. Pak Hendro mengangkat tangannya tanda dia tak ingin Aruna melakukannya. Sebenarnya dia saat ini sedang bimbang. Pertama jika dia tetap mengizinkan Aruna mendatangi acara konferensi itu tentu perusahaan merekaa akan menjadi sorotan publik, ini akan berimbas pada nilai jual sahan dan kredibilitas perusahaan akan di pertan