DARI CATERING RANTANGAN SAMPAI JASA BOGA INDUSTRIAL BERKAT BRANDING PAK HENDRO!
"Permisi, Pak," sahut Aruna."Dududklah," perintah Pak Hendro lagi."Aku sedang mencarimu untuk membahas masalah konferensi," kata Pak Hendro."Ada apa, Pak Hendro? Bukankah semua sudah teratur jelas di undangan? Bahwa Aruna dan Arumi yang datang?" sahut Arumi mulai curiga dengan Om nya itu."Aku memiliki rencana lain! Yang datang ke sana adalah Iding saja," jawab Pak Hendro."Hah? Bagimana ceritanya Om bisa mengatakan seperti itu? Jangan mengada- ngada ya, Om! Aku sudah berencana untuk datang ke sana dengan Aruna. Kami sudah mengatur schedule!" jawab Arumi langsung emosi."Dengarkan dulu, Arumi. Om begini karena ada alasan yang kuat. Begini, Om memang menunjuk Iding saja untuk pergi dan akan mewakili konferensi kali karena gosip dan rumor yang beredar tentang perusahaan kita di luar sudah tak baik lagi. Seperti yang kita tahu, baik Om, Aruna, dan kau sendiri Arumi sertaPERDEBATAN SENGIT!"Arumi, Aruna! Dengarkan Om, bila rumor Aruna dan Pak Elbara ini tersebar otomatis akan berdampak pada peningkatan volatilitas, maka harga saham cenderung mengalami perubahan. Jika terjadi perubahan harga, kemungkinan akan terjadi pergerakan harga saham yang membentuk tren tertentu naik atau turun, kita akan bersyukur jika naik tapi bagaimana kalau turun?" sambung Pak Hendro."Bukankah mengganti Aruna dengan Iding serta Arumi ide bagus? Aruna tetap di sini untuk mengklarifikasi semua," usul Pak Hendro."Om begini menurutku, ini adalah konferensi bukanlah ajang untuk menggosip. Itu kan hanya sekedar foto saja, pasti memang akan pertentantang dan orang memperdebatkannya. Namun itu adalah foto yang biasa saja, hanya Aruna terduduk diatas pangukuan Elbara, lalu istrinya Elizabeth menyiram Aruna, begitu kan?" tanya Arumi pada Pak Hendro. Lelaki itu pun mengangguk."Coba Om lihat dari sisi yang berbeda sekarang. Lihatlah kalau kita sebagai publik at
APAKAH ELBARA DALANGNYA? Pak Hendro terdiam, dia kalah kali ini. Karena memang jasa boga tidak lah ahlinya. Sebagai seorang mantan presiden direktur, dia dulu hanya menguasai taktik dan strategi branding produk tanpa terjun langsung ke lapangan. Dia tadi begitu karena mendapat informasi dari Iding dan bujukan serta semua analisis dan spekulasi Iding. Apalagi dia menyadari Arumi dan Aruna itu dua wanita yang teguh pendirian dan tak main- main dengan ucapannya. Mengetahui hal ini, Pak Hendro mulai goyah."Apakah aku harus mengatakan juga pada bagian Personal Asisten Pak Dion, Pak Hendro? Tak masalah, rasanya aku cukup dekat dengannya," tantang Aruna. Pak Hendro mengangkat tangannya tanda dia tak ingin Aruna melakukannya. Sebenarnya dia saat ini sedang bimbang. Pertama jika dia tetap mengizinkan Aruna mendatangi acara konferensi itu tentu perusahaan merekaa akan menjadi sorotan publik, ini akan berimbas pada nilai jual sahan dan kredibilitas perusahaan akan di pertan
PENGACARA Aruna terdiam beberapa saat. Dia tiba- tiba seperti menemukan benang merah kejadian ini dan kejadian yang menimpa Dion dan dirinya enam tahun lalu di sebuah bar. Bukankah seperti ini juga kejadiannya. Bagaimana mungkin seseorang bisa mendapatkan fotonya dan di sebar secara luas, padahal itu acara sangat privat sekali. Bahkan HP pun rasanya tak sempat di pegang. Karena sewaktu kejadian ini acara adalah privat makan dan sambutan."Apakah ini ada kaitannya dengan Elbara? Apakah dulu Elbara di balik semua ini? Apakah Elbara yang menjebak Dion mabuk dengan wanita di club?" batin Aruna dalam hati."Aruna!" panggil Arumi melihat sahabatnya melamun saat diajak bicara."Eh! Iya, ada apa?" sahut Aruna tergagap."Kau kenapa melamun seperti itu?" tanya Arumi."Oh tidak! Aku baru teringat beberapa pekerjaan yang harus aku selesaikan," jawab Aruna sambil bergegas beranjak pergi dari ruangan Arumi."Dasat aneh," gumam Arumi. Sepanjang jalan menuju k
KESALAHPAHAMAN!"Kita sudah sampai, Baby! Kau akan menginap kan malam ini?" tanya Arumi pada Steven. Hari ini sengaja Arumi menjemput Steven setelah dia melatih renang. Untung lah hari ini dia tak begitu sibuk dan tak ada lembur, selain itu bisa memanfaatkan situasi dengan izin alasan mempersiapkan konferensi ke Bali. Arumi sangat handal memanfaatka semua situasi situasi ini. "Baby!" panggil Arumi setelah selesai memarkirkan mobilnya. Dia menoleh ke samping, ternyata tanpa sadar Steven telah tertidur pulas dengan tampannya. Arumi tak tega untuk membangunkannya, dia memandang wajah Steven. Arumi sangat bersyukur di balik musibah yang menimpa dia dan keluarganya dulu dengan kebangkrutan perusahaan Papa nya dan kedatangan pelakor yang memporak porandakan semuanya, hikmah nya dia bisa menemukan jati diri dan passionnya. Membuka perusahaan dengan sahabatnya Aruna dan menemukan Steven pasangan barunya."Ah, rasanya jika setiap hari melihatnya dengan wajah seme
BALI I'M COMING"Selamat pagi," jawab Dion sambil melangkahkan kaki ke ruang dua ruko."Apakah anda mencari Ibu Aruna, Pak Dion?" tanya resepsionis."Iya. Di mana dia?" tanya Dion."Ibu Aruna tak ada di sini, Pak. Dia izin selama dua hari," jawab resepsionis."Di mana Aruna? Mengapa dia izin?" cerca Dion melihat resepsionis."Ibu Aruna akan menghadiri konferensi di Bali. Kalau tak salah tentang konferensi kesehatan, Pak Dion," jawab resepsionis itu."Loh, bukannya konferensi itu akan di adakan beberapa hari lagi?" tanya Dion. Dia tahu karena memang Hendi sengaja membuatkan schedulu sengaja beberapa hari sebelum hari H konferensi karena dia harus menemui rekanan dan vendor lain. Rekanan ini memang sudah di jadwalkan sejak lama setelah proses pembuatan rumah sakit jantung berlisensi ini selesai. Dion ingin melebarkan sayap perusahaannya di bagian beach club dan pembangunan mega mall ke duanya. Bali merupakan pilihannya karena di sana adalah destin
MENCIUM AROMA KETIDAKBERESAN!"Peningkatan kelas pesawat itu memberi kursi yang besar lebar dan lebih nyaman, kita akan naikkan levelnya, Bu. Sekarang kan Ibu di kelas ekonomi, akan kita up ke kelas bisnis," ucap pramugari. Penumpang kelas bisnis biasanya ditempatkan di deretan depan pesawat. Kelasnya lebih tinggi dari kelas ekonomi. Harga yang dikenakan maskapai untuk tiket kelas bisnis dua atau tiga kali lipat dari kelas ekonomi. Soal kenyamanan, tempat duduk di kelas bisnis lebih baik dibanding kelas ekonomi. Ruang kaki luas dan penumpang kelas bisnis mendapat makan dan snack. Penumpang kelas bisnis juga bisa menikmati fasilitas lounge ketika menunggu boarding pesawat."Apakah Ibu mau?" lanjutnya."Mau! Mau! Ibu ayo kita ke sana dulu, Bu," ajak Bima."Boleh Ibu lihat dulu saja bagaimana kamarnya. Toh kalau memang Ibu merasa tidak suka atau tak cocok maka kita bisa kembali lagi ke sini, kita akan kembalikan bed Ibu," jelas Pramugari itu."Apakah boleh
DION DALANG SEMUANYA?"Selamat datang Ibu Aruna," sambut seseorang berjas itu."Hah? Saya?" tanya Aruna."Iya Ibu! Perkenalkan saya Nulil, manager hotel ini. Ibu Aruna kan?" tanya nya lagi."Mengapa seorang manager harus turun tangan? Ada apa ini?" batin Aruna."Selamat Ibu Aruna, Ibu memenangkan undian," kata Manager itu sambil mengucapkan selamat dan menjabat tangan Aruna."Hah? Undian? Maaf, Pak! Apakah Bapak tidak salah orang?" tanya Aruna. "Tidak, Bu. Saya sudah memastikannya. Ibu adalah tamu spesial kami ke seratus ribu orang. Karena itu kami akan menawarkan promosi hotel kami dengan cara akan meningkatkan semua fasilitas kamar Ibu ke yang lebih baik lagi. Baik ruangannya yang lebih besar, fasilitas lebih lengkap," jelas manager itu."Maksudnya?" tanya Aruna sepersekian detik mencoba mencerna semuanya."Kami akan meningkatkan tipe kamar, Bu. Presidential suite adalah tipe Kamar yang memiliki fasilitas lengkap dan disediakan untuk tamu
PERJUANGAN DION MENGEJAR CINTA ARUNA DAN BIMA!"Kenapa Ibu? Kenapa anda keberatan? Tenang saja, Ibu Aruna tak perlu khawatir jika ada sesuatu yang akan kami tagihkan belakangan. Ini benar- benar gratis dari kami," jelas manager itu."Tidak! Bukan begitu, saya hanya ingin kamar itu lagi. Tolong bantu saya," kata Aruna."Kami bisa menandatangani sebuah kontrak dengan Ibu Aruna kalau memang Ibu takut akan ada biaya lain- lain, bagaimana?" bujuk manager itu."Bukan itu maksudku, Pak. Maaf sebelumnya, namun aku hanya tidak terbiasa menerima hal yang bukan milikku dan hakku. Jadi lebih baik aku hanya mengambil hakku saja, hotel ini sangat bagus kok, Pak. Jadi kamar yang awal saja sudah cukup untuk kami. Mohon bisa di mengerti ya," ujar Aruna sambil tersenyum."Saya mohon dengan sangat, bantu pesan kamar kami sebelumnya saja. Terima kasih," sambung Aruna lagi.Manager itu menghela nafasnya panjang. Dia harus menjelaskan semua pada Dion, karena memang Dion lah,