PENGACARA
Aruna terdiam beberapa saat. Dia tiba- tiba seperti menemukan benang merah kejadian ini dan kejadian yang menimpa Dion dan dirinya enam tahun lalu di sebuah bar. Bukankah seperti ini juga kejadiannya. Bagaimana mungkin seseorang bisa mendapatkan fotonya dan di sebar secara luas, padahal itu acara sangat privat sekali. Bahkan HP pun rasanya tak sempat di pegang. Karena sewaktu kejadian ini acara adalah privat makan dan sambutan."Apakah ini ada kaitannya dengan Elbara? Apakah dulu Elbara di balik semua ini? Apakah Elbara yang menjebak Dion mabuk dengan wanita di club?" batin Aruna dalam hati."Aruna!" panggil Arumi melihat sahabatnya melamun saat diajak bicara."Eh! Iya, ada apa?" sahut Aruna tergagap."Kau kenapa melamun seperti itu?" tanya Arumi."Oh tidak! Aku baru teringat beberapa pekerjaan yang harus aku selesaikan," jawab Aruna sambil bergegas beranjak pergi dari ruangan Arumi."Dasat aneh," gumam Arumi. Sepanjang jalan menuju kKESALAHPAHAMAN!"Kita sudah sampai, Baby! Kau akan menginap kan malam ini?" tanya Arumi pada Steven. Hari ini sengaja Arumi menjemput Steven setelah dia melatih renang. Untung lah hari ini dia tak begitu sibuk dan tak ada lembur, selain itu bisa memanfaatkan situasi dengan izin alasan mempersiapkan konferensi ke Bali. Arumi sangat handal memanfaatka semua situasi situasi ini. "Baby!" panggil Arumi setelah selesai memarkirkan mobilnya. Dia menoleh ke samping, ternyata tanpa sadar Steven telah tertidur pulas dengan tampannya. Arumi tak tega untuk membangunkannya, dia memandang wajah Steven. Arumi sangat bersyukur di balik musibah yang menimpa dia dan keluarganya dulu dengan kebangkrutan perusahaan Papa nya dan kedatangan pelakor yang memporak porandakan semuanya, hikmah nya dia bisa menemukan jati diri dan passionnya. Membuka perusahaan dengan sahabatnya Aruna dan menemukan Steven pasangan barunya."Ah, rasanya jika setiap hari melihatnya dengan wajah seme
BALI I'M COMING"Selamat pagi," jawab Dion sambil melangkahkan kaki ke ruang dua ruko."Apakah anda mencari Ibu Aruna, Pak Dion?" tanya resepsionis."Iya. Di mana dia?" tanya Dion."Ibu Aruna tak ada di sini, Pak. Dia izin selama dua hari," jawab resepsionis."Di mana Aruna? Mengapa dia izin?" cerca Dion melihat resepsionis."Ibu Aruna akan menghadiri konferensi di Bali. Kalau tak salah tentang konferensi kesehatan, Pak Dion," jawab resepsionis itu."Loh, bukannya konferensi itu akan di adakan beberapa hari lagi?" tanya Dion. Dia tahu karena memang Hendi sengaja membuatkan schedulu sengaja beberapa hari sebelum hari H konferensi karena dia harus menemui rekanan dan vendor lain. Rekanan ini memang sudah di jadwalkan sejak lama setelah proses pembuatan rumah sakit jantung berlisensi ini selesai. Dion ingin melebarkan sayap perusahaannya di bagian beach club dan pembangunan mega mall ke duanya. Bali merupakan pilihannya karena di sana adalah destin
MENCIUM AROMA KETIDAKBERESAN!"Peningkatan kelas pesawat itu memberi kursi yang besar lebar dan lebih nyaman, kita akan naikkan levelnya, Bu. Sekarang kan Ibu di kelas ekonomi, akan kita up ke kelas bisnis," ucap pramugari. Penumpang kelas bisnis biasanya ditempatkan di deretan depan pesawat. Kelasnya lebih tinggi dari kelas ekonomi. Harga yang dikenakan maskapai untuk tiket kelas bisnis dua atau tiga kali lipat dari kelas ekonomi. Soal kenyamanan, tempat duduk di kelas bisnis lebih baik dibanding kelas ekonomi. Ruang kaki luas dan penumpang kelas bisnis mendapat makan dan snack. Penumpang kelas bisnis juga bisa menikmati fasilitas lounge ketika menunggu boarding pesawat."Apakah Ibu mau?" lanjutnya."Mau! Mau! Ibu ayo kita ke sana dulu, Bu," ajak Bima."Boleh Ibu lihat dulu saja bagaimana kamarnya. Toh kalau memang Ibu merasa tidak suka atau tak cocok maka kita bisa kembali lagi ke sini, kita akan kembalikan bed Ibu," jelas Pramugari itu."Apakah boleh
DION DALANG SEMUANYA?"Selamat datang Ibu Aruna," sambut seseorang berjas itu."Hah? Saya?" tanya Aruna."Iya Ibu! Perkenalkan saya Nulil, manager hotel ini. Ibu Aruna kan?" tanya nya lagi."Mengapa seorang manager harus turun tangan? Ada apa ini?" batin Aruna."Selamat Ibu Aruna, Ibu memenangkan undian," kata Manager itu sambil mengucapkan selamat dan menjabat tangan Aruna."Hah? Undian? Maaf, Pak! Apakah Bapak tidak salah orang?" tanya Aruna. "Tidak, Bu. Saya sudah memastikannya. Ibu adalah tamu spesial kami ke seratus ribu orang. Karena itu kami akan menawarkan promosi hotel kami dengan cara akan meningkatkan semua fasilitas kamar Ibu ke yang lebih baik lagi. Baik ruangannya yang lebih besar, fasilitas lebih lengkap," jelas manager itu."Maksudnya?" tanya Aruna sepersekian detik mencoba mencerna semuanya."Kami akan meningkatkan tipe kamar, Bu. Presidential suite adalah tipe Kamar yang memiliki fasilitas lengkap dan disediakan untuk tamu
PERJUANGAN DION MENGEJAR CINTA ARUNA DAN BIMA!"Kenapa Ibu? Kenapa anda keberatan? Tenang saja, Ibu Aruna tak perlu khawatir jika ada sesuatu yang akan kami tagihkan belakangan. Ini benar- benar gratis dari kami," jelas manager itu."Tidak! Bukan begitu, saya hanya ingin kamar itu lagi. Tolong bantu saya," kata Aruna."Kami bisa menandatangani sebuah kontrak dengan Ibu Aruna kalau memang Ibu takut akan ada biaya lain- lain, bagaimana?" bujuk manager itu."Bukan itu maksudku, Pak. Maaf sebelumnya, namun aku hanya tidak terbiasa menerima hal yang bukan milikku dan hakku. Jadi lebih baik aku hanya mengambil hakku saja, hotel ini sangat bagus kok, Pak. Jadi kamar yang awal saja sudah cukup untuk kami. Mohon bisa di mengerti ya," ujar Aruna sambil tersenyum."Saya mohon dengan sangat, bantu pesan kamar kami sebelumnya saja. Terima kasih," sambung Aruna lagi.Manager itu menghela nafasnya panjang. Dia harus menjelaskan semua pada Dion, karena memang Dion lah,
OCD! OBSESIF!"Hah? Yang benar saja? Apakah dia juga ke sana menyusulmu?" tanya Arumi kaget dengan perjuangan Dion."Entahlah," sahut Aruna."Wahhhh! Sekarang seorang Presiden Direktur melakukan ini semua demi mengejarmu! Wahh," puji Arumi."Kenapa kau kagum?" tanya Aruna."Bukankah Pak Dion sedang memperjuangkan cintanya? Bukankah ini sweet sekali, Aruna. Ck! Aku sungguh tak menyangka seorang Presiden Direktur bucin denganmu. Bagaimana mungkin seorang Pak Dion bisa berjalan- jalan keliling ke seluruh dunia, namun rela hanya liburan ke Bali saja demi mengejar cintanya! Ya dia akan mendapatkanmu di Bali, uhhhhh sweet. Bukankah ini romantis, Aruna?" tanya Arumi lagi."Kenapa kau melantur? Jangan bicara sembarangan. Dia tidak akan mungkin datang, aku sangat tahu. Bukannya apa- apa, pekerjaan seorang presiden direktur kan juga sangat banyak. Aapalagi acara pertemuan konferensi kesehatan seperti ini bisa di wakilkan. Tapi percayalah Pak Dion itu seorang yang
CIUMAN DI PIPI DION"Aruna!" panggil Arumi melihat sahabatnya melamun."Eh, ya!" sahut Aruna."Kau memikirkan apa?" tanya Arumi. Aruna menggelengkan kepalanya lemah."Sudah kau tenang saja. Aku akan membawamu makan malam di Jimbaran saat aku ke sana nanti!" kata Arumi menenangkan sahabat kesayangannya itu."Hahaha! Baiklah aku akan tunggu traktirannya dari ibu Arumi! Sekarang Ibu Arumi cukup sombong ya," ledek Aruna."Iya dong! Mamaku kan sekarang mulai percaya lagi denganku," sahut Arumi."Aku akan ingat perkataanmu! Aku akan menunggumu mengajakku makan- makan ke Jimbaran, kau harus membawaku ke tempat yang lebih bagus besok," jelas Aruna. "Oh iya Arumi, bagaimana persiapan promosi merek kita?" tanyanya lagi. Promosi merek adalah strategi komunikasi pemasaran untuk menginformasikan, membujuk, meyakinkan, dan mempengaruhi proses pengambilan keputusan pembeli ketika memilih merek tertentu. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan k
HAY! NAMAKU CINDY!"Dion!!! Kau datang juga," kata wanita itu sambil mencium pipi Dion.Aruna pun melihat hal itu, begitupun dengan Bima. Mereka melihat pemandangan ciuman di pipi Dion itu dengan jelas di depan matanya. Aruna dan Bima sama- sama terperangah, bagaimana tidak tiba- tiba seorang wanita langsung mencium Dion."Ayah Baik!" teriak Bima kaget melihat Ayah baiknya di cium oleh seorang wanita meskipun di pipinya."Stttt! Aduhhh, diam Bima," keluh Aruna saat dia melihat wanita mencium Dion."Ayah Baik! Mengapa dia menciummu!" teriak Bima.Dion terdiam sejenak mencoba mencerna semua yang terjadi begitu cepat itu. Refleks dia menengok ke arah perempuan yang mencium nya, dia menghela nafas panjang. Saat menoleh ke arah wanita itu, ternyata Aruna sudah menggandeng Bima untuk pergi ke arah lift. Otomatis Dion langsung mengejar mereka agar tak salah paham, begitupun dengan wanita itu mengejar Dion dengan kebingungan."Bima ayo kita pergi saja!" aj