CIUMAN DI PIPI DION
"Aruna!" panggil Arumi melihat sahabatnya melamun."Eh, ya!" sahut Aruna."Kau memikirkan apa?" tanya Arumi. Aruna menggelengkan kepalanya lemah."Sudah kau tenang saja. Aku akan membawamu makan malam di Jimbaran saat aku ke sana nanti!" kata Arumi menenangkan sahabat kesayangannya itu."Hahaha! Baiklah aku akan tunggu traktirannya dari ibu Arumi! Sekarang Ibu Arumi cukup sombong ya," ledek Aruna."Iya dong! Mamaku kan sekarang mulai percaya lagi denganku," sahut Arumi."Aku akan ingat perkataanmu! Aku akan menunggumu mengajakku makan- makan ke Jimbaran, kau harus membawaku ke tempat yang lebih bagus besok," jelas Aruna."Oh iya Arumi, bagaimana persiapan promosi merek kita?" tanyanya lagi. Promosi merek adalah strategi komunikasi pemasaran untuk menginformasikan, membujuk, meyakinkan, dan mempengaruhi proses pengambilan keputusan pembeli ketika memilih merek tertentu. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kHAY! NAMAKU CINDY!"Dion!!! Kau datang juga," kata wanita itu sambil mencium pipi Dion.Aruna pun melihat hal itu, begitupun dengan Bima. Mereka melihat pemandangan ciuman di pipi Dion itu dengan jelas di depan matanya. Aruna dan Bima sama- sama terperangah, bagaimana tidak tiba- tiba seorang wanita langsung mencium Dion."Ayah Baik!" teriak Bima kaget melihat Ayah baiknya di cium oleh seorang wanita meskipun di pipinya."Stttt! Aduhhh, diam Bima," keluh Aruna saat dia melihat wanita mencium Dion."Ayah Baik! Mengapa dia menciummu!" teriak Bima.Dion terdiam sejenak mencoba mencerna semua yang terjadi begitu cepat itu. Refleks dia menengok ke arah perempuan yang mencium nya, dia menghela nafas panjang. Saat menoleh ke arah wanita itu, ternyata Aruna sudah menggandeng Bima untuk pergi ke arah lift. Otomatis Dion langsung mengejar mereka agar tak salah paham, begitupun dengan wanita itu mengejar Dion dengan kebingungan."Bima ayo kita pergi saja!" aj
MURKANYA ELIZABETH!"Kau lebih tampan dari pada di foto, Bima! Ahhh Tante tak bosan melihatmu," puji Cindy."Bagaimana bisa kau melihat fotoku?" tanya Bima sambil memakan sate lilitnya di tangan."Tentu saja Ayah Baikmu ini! Stttt! Kau tahu tidak, Bima. Dia mengirimkan pada Tante," jawab Cindy."Kenapa kau masih di Indonesia? bukankah harusnya hari ini kau sudah kembali dari Jerman dulu?" tanya Dion cukup kaget melihat kakaknya tak jadi pulang."Em, awalnya memang hari ini aku mau pulang. Tapi ternyaata ada beberapa hal yang mesti aku selesaikan dulu di Indonesia, lalu ada beberapa hal lagi yang membutuhkan tanda tanganku. Selain itu Hendi juga bilang kau akan liburan ke Bali sendiri sekaligus perjalanan dinas. Sebagai kakak tunggalmu aku kan khawatir, meski pun kau katanya akan menghadiri konferensi ini, itu sudah cukup membuatku khawatir. Sebabnya aku tinggal lebih lama, bukankah aku kakak perempuan terbaikmu?" tanya Cindy."Selain itu aku sangat bersy
JIMBARAN MENDEKATKAN ARUNA DAN CALON KAKAK IPAR?"Istriku kenapa kau kemari?" tanya Elbara pada Elizabeth."Apa ini?" tanya Elizabeth sambil memberikan HP miliknya. Elbara tertegun melihatnya. Dia tak mengira sang istri akan marah dan murka dengan hal sekecil ini. Bahkan sampai dia datang ke kantornya. Antara senang dan takut melihat kemarahan istrinya."Kenapa bisa foto ini tersebar lagi bahkan masuk ke dalam akun gosip lagi?" tanya Elizabeth sambil menatap berang wajah Elbara."Sayang! Istriku, kau cemburu? Kau sendiri kan juga ada di sana, Sayang. Kau lihat sendiri siapa yang ada diantara pertemuan itu. Kau juga tahu aku ateng saja, aku tak pernah macam- macam. Saat itu kan kau juga lihat sendiri, Istriku. Antara aku dengan dia tak ada hubungan apapun. Lagian ini juga foto lama," ucap Elbara memegang tangan Elizabeth. Elizabeth tersenyum sinis memandang wajah Elbara. Dia menghempaskan tangan Elbara lalu membelai pipinya. Elbara nampak senang dengan
BIBI CANTIK DAN BAIK"Kak Cindy, terima kasih ya! Terima kasih telah memperlakukan Bima dan aku dengan baik," ucap Aruna."Aruna," panggil Cindy."Justru aku yang berterima kasih untukmu," ujar Cindy."Untukku?" tanya Aruna. Cindy mengangguk dan mengelus bahu Aruna perlahan. Dia tahu pasti Aruna bingung dengan semua yang di katakannya, namun Cindy juga tak ingin mengatakan alasannya semua. Dia ingin mencari tahu bagaimana watak Aruna dengan menggodanya. Aruna hanya terdiam, ingin rasanya dia menanyakan alasan apa yang membuat Cindy mengatakan hal itu, tapi takut di kira lancang."Kau tak penasaran kenapa aku mengatakannya?" tanya Cindy. Aruna menggelengkan lemah kepalanya."Kenapa kau tak ingin tahu?" tanya Cindy yang jusru penasaran."Kalau kakak nyaman pasti Kak Cindy akan memberitahu ku tanpa aku harus bertanya bukan. Aku tak mau lancang, Kak Cindy pasti punya satu dan lain hal sampai tak harus mengatakannya padaku. Aku tak masalah kok, Kak.
PERGOLAKAN BATIN ARUNA!"Nah kalau kau suka dengan jam itu maka harusnya kau memanggilku dengan panggilan Bibi Cantik. Jangan Tante dong, aku lebih suka di panggil Bibi Cantik," sambung Cindy."Ibu, bolehkah aku menerima hadiah dari Bibi Cantik dan Baik?" tanya Bima pada Aruna. Aruna tersenyum dan menganggukkan kepalanya, mengizinkan Bima menerima hadiah itu. Meski terkadang ada ketakutan di hati Aruna melihat perlakuan Dion dan keluarganya yang sangat memanjakan Bima dengan berbagai fasilitas kemewahan, sedangkan saat Bima dengan dirinya harus belajar hidup apa adanya meski kecukupan namun tak berlebih. Jujur saja Aruna takut, Bima akan merasa bingung dengan perbedaan pola asuh antara dia dan ayah baiknya. Aruna sadar bahwa Bima mempunyai hak untuk mendapatkan kasih sayang dari sosok ayahnya. Meski mereka tak pernah melakukan ikatan pernikahan, menurutnya Bima tak perlu tahu itu. Sejauh ini yang Bima tahu, dia sama seperti teman- temannya memiliki orang tua
DALANG SEBENARNYA SIAPA?"Kenapa memangnya, Aruna? Apakah kau keberatan?" tanya Cindy. Sejujurnya Aruna tak menyangka bahwa Dion bisa seterbuka itu dengan kakaknya. Bukannya berpikir baik justru sekarang Aruna curiga sebenarnya apa yang di inginkan oleh Cindy dan Dion. Aruna takut mereka sekongkol melakukan sesuatu."Aruna, kami memang dekat sekali. Hubungan kami seperti saudara kandung. Saat aku mengalami fase terendah dalam hidupku, Dion juga lah yang selalu bersamaku. Dia mendukung semua keputusanku dan ada di garda terdepan membelaku. Bukankah wajar jika seorang adik bercerita pada kakaknya tanpa aku minta?" ujar Cindy."Dion akan memberitahuku hal ini. Aku bahkan sudah memeriksa keadaan Bima sendiri untuk memastikan dia benar- benar sangat sehat. Bukankah ada sebuah pepatah mengatakan sebuah peribahasa bahwa kadang musuh terdekatmu itu orang di sebelahmu? Dia orang yang selalu memperhatikanmu, bahkan selalu mengamatimu," ujar Cindy dengn tampang polosnya.
APAKAH BIMA MAU TINGGAL BERSAMANYA?"Ya, memang. Aku harus menjelaskan hal ini saat itu. Kau juga mengapa tiba- tiba mengirim surat gugatan dari luar negeri dan menyuruh Pak Willy membuatnya?" cerca Dion."Karena Hendi yang mengadu dan bilang padaku. Dia bilang kau punya anak tanpa sadar, lalu kalian bertemu tiba- tiba. Sayangnya Ibu anak itu tidak mengizinkan kamu untuk bertemu dengannya. Sebagai kakak yang baik aku tak ingin adik tunggalku dan semat wayang ini bersedih. Aku tak mau kau merasakan kecewa dan trauma yang ku rasakan dulu, Dion. Apapun akan ku lakukan asal kau tak menderita," ujar Cindy dengan nada suara bergetar."Akhirnya aku berinisiatif untuk mengajukan tentang gugatan anak itu," sambung Cindy. Dion mengelus lengan kakak perempuannya. Ya, meskipun mereka saudara tiri namun perlakuan Cindy ke Dion layaknya adik kandung yang mampu membuat Dion sangat menyayanginya juga. Mereka saling mengasihi satu sama lain, karena hanya mereka lah sisa generas
APAKAH IBU AKAN MEMBUANGKU?"Bima," panggil Aruna."Kalau suatu saat nanti Ayah Baik mau kau tinggal bersamanya, apakah kau bersedia?" tanya Aruna."Kau akan menolaknya kan?" sambung Aruna."Tidak! Aku akan bersedia tinggal di sana," jawab Bima."Hah? Kenapa kau tega melakukan itu pada Ibu? Jahat sekali," ujar Aruna."Jangan sedih Ibu, memang aku mau tinggal bersam Ayah Baik. Namun aku juga memiliki syarat yang harus di jalankan oleh Ayah Baik!" kata Bima."Syarat apa itu?" sahut Aruna."Syaratnya hanya satu, Ibu harus ikut aku juga. Kita akan tinggal bersama- sama, tak akan ada yang bisa memisahkan Ibu dan aku. Meskipun itu Ayah Baik juga, kalian kan sama- sama orang tuaku," jawab Bima."Kalau Ayah Baik tak mau, bagaimana? Dia mengatakan dan hanya mau mengajak kau saja yang tinggal bersama dia, apakah kau bersedia, Bima?" cerca Aruna masih penasaran."Apakah perlu Ibu tanyakan lagi? Apakah Ibu tak tahu jawabannya?" ujar Bima."Hahaha