MISI MENGEJAR CINTA PART LIMA MEMANFAATKAN BIMA!
"Pada akhirnya Bu Aruna mengenai hubunganmu dengan Pak Dion sepertinya kau harus membatasinya. Jangan melibatkan Pak Dion dalam acara rapat seperti ini sehingga membuat rapat tak terjalin dan keputusan tak bisa diambil secara adil. Saya rasa tingkah Pak Dion sangat berlebihan demi menunjukkan bentuk cintanya justru dia mengintimidasi Pak Hendra agar semua keinginanmu tercapai!" tegur Iding dengan senyum sinisnya."Aku hanya sekedar mengingatkanmu lagi di sini Ibu Aruna yang sok pintar dan terhormat. Kau adalah pimpinan wakil proyek ini di perusahaan kita. Jadi menurutku kau harus mengutamakan kemungkinan perusahaan. Kalau tidak jangan sampai kau salah ambil keputusan karena hanya sedang mengalami wanita ini dimabuk cinta. Llu akan bilang kami tidak menghormati keputusan wanita karena di belakangmu ada Pak Dion," sambung Iding dengan frontal."Ck! Pak Iding aku berbuat begini sebagai bentuk tanggung jawabku!" tegas Aruna.MISI MENGEJAR CINTA PART ENAM!"Apakah kau tidak bisa memberikan nomor teleponmu langsung padanya? Mengapa sekarang justru aku yang kerepotan sendiri? Lihatlah sekarang jadinya, setiap kali Bima mencarimu dia harus meneleponku! Lalu aku harus menghubungimu, kita harus bertemu, baru kau dan dia bisa mengobrol. Menurutku ini adalah hal yang sama sekali tidak efisien dan membuanag waktu," keluh Rendi."Bagaimana boleh begitu, ini adalah perjanjianku dengan Bima. Bayangkan saja kalau Bima memiliki nomerku sendiri, tak akan asik," jelas Selly."Apa maksudmu?" tanya Rendi."Ck! Dasar tak peka. Bagaimana mungkin aku punya begitu banyak alasan untuk menemuimu kalau Bima memiliki nomerku. Dengan begini kan kau akan selalu mencariku," kata Selly dengan menyengir memandang wajah Rendi. Selly memang selalu punya cara dan tak kehabisan akal agar bisa selalu bersama Rendi. Dia kali ini berhasil memanfaatkan Bima dalam situasi dan kondisi terjepit seperti ini, membuat Bima be
MISI MENGEJAR CINTA PART TUJUH SAMPAI DI KEJAR LC! Selesai rapat Aruna keluar bersama Dion, mereka terkejut saat keluar melihat Hendi sedang merangkai bunga dalam gelas tinggi di meja kerja Aruna. Aruna hanya menghela nafasnya heran. Dia benar- benar harus ekstra sabar menghadapi Dion dan Hendi."Hehehe, Maaf Aruna. Aku sengaja masuk ke ruangamu tanpa permisi karena ingin membuatkan rangkaian bunga ini untukmu. Aku sengaja berjuang merebut seikat bunga dari mereka semua demi niat baikmu Pak Dion," ucap Hendi. Dion yang ada di belakang Aruna pun hanya mengacungkan jempol tangannya."Jadi aku tak mau niat Pak Dion sia- sia. Arunam aku pamit pergi keluar dulu ya," sambung Hendi langsung pergi meninggalkan Dion dan Aruna. Aruna pun menggelengkan kepalanya. Dia duduk di ruang kerjanya, dia sekarang menatap Dion, begitupun dengan Dion menatap Aruna. Mereka saling bertatapan. Lalu serempak mereka mengatakan."Kau!" kata Dion dan Aruna bersamaan."Kau dulu," perint
MISI MENGEJAR CINTA PART DELAPAN IDE KONYOL STEVEN!"Sepertinya memang tampan. Mau minta kontak mereka? Lumayan tamu sepi," bisik kedua gadis itu menggodanya. Seorang wanita paling cantik datang menggoda Seven dan Dion."Hay, Om! Hay kakak tampan, mau bermain bersama? Yukk!" ajak wanita itu. Seketika Steven dan Dion menoleh ke arah dua gadis. Wanita penggoda alias LC itu langsung mundur beberapa langkah. Hal itu karena dia melihat wajah kedua orang lelaki yang di godanya nampak seperti orang frustasi dan datar."Ah maaf mengganggu. Silahkan lanjutkan," kata wanita penggoda itu sambil menggelengkan kepalanya kepada teman-temannya di bangku lain."Steven," panggil Dion."Hmmmm," sahut Steven."Kau payah sekali. Semua trik-trik yang kau katakan dan kau ajarkan itu sama sekali tidak berguna! Ya, tak mengefek! Nol, nihil," keluh Dion."Asal kau tahu saja, Aruna sama sekali tidak termakan trik ini. Aku seperti lelaki kekanak- kanakan di hadapannya. Apakah
MISI MENGEJAR CINTA PART SEMBILAN EKSEKUSI."Sialan mengapa anak muda seperti dia justru lebih handal melakukannya? Apakah karena dia orang biasa sehingga tak takut skandal ya?" batin Dion dalam hati."Kenapa kau kaget sekali? Bukankah kalau di pikir lebih handal dirimu melakukannya, bahkan kau sampai memiliki anak dengan Kak Aruna," sindir Steven. Dion terdiam sejenak. Padahal kejadian itu hanya karena kesalahan semalam saja. Namun dia tak mungkin juga mengatakan semuanya pada Steven. Bisa bisa dia akan di bully nya setiap hari."Ck! Ini bukan tentang itu semua," elak Dion."Makanya Pak Dion kau harus mengikuti semua saranku. Fokuslah dengan tujuan utamanya bahwa kau harus membuat kak Aruna melihat pesonamu sebagai pria dewasa bukan dengan ide gilanya itu," jelas Steven."Pesona lelaki dewasa, aku agak sedikit tak paham maksudmu ini," gumam Dion yang memang polos dan bodoh dalam masalah percintaan. Mereka bersulang lagi. Dion masih mencoba mencerna mak
MISI MENGEJAR CINTA PART SEPULUH GAGAL DAN MEMALUKAN! Aruna tersenyum senang mendengar ucapannya. Steven benar- benar lelaki masih muda dan bertanggung jawab. Tiba- tiba Dion datang dengan menggunakan baju handuk piyama nya."Tidak perlu merepotkan Steven tentang hal ini. Aku juga bisa," kata Dion. "Kenapa kau ada di sini?" tanya Aruna pada Dion."Tadi kak Dion bilang mau ngajak aku makan pagi bersama Kak Aruna, Kakak kan tahu bahwa Pak Dion tak memiliki banyak teman di sini. Apalagi dia sekarang ingin mncoba hidup sehat, jadi aku mengajaknya untuk berenang dulu sebelum mencari sarapan sehat. Lalu aku bilang saja jujur sedang mengajari Bima renang, aku tidak menyangka dia akan datang," jelas Steven."Oh! Jadi kau tidak menyangka juga ya?" sindir Aruna melihat Steven dan Dion saling berpandangan. Aruna sudah curiga jika itu adalah kesepakatan dan konspirasi antara Dion dan Steven saja, sangat mencurigakan. Mendapatkan tatapan tajam dari Aruna membuat Dion h
MISI MENGEJAR CINTA PART SEBELAS GAGAL DAN MEMALUKAN!"Tentu saja! Aku mau renang," jawab Bima. Dion berjalan ke tangga kolam renang dan mendekati Bima."Bima, apakah sekarang Ayah bertingkah konyol?" tanya Dion pada anaknya. Bima menganggukkan kepalanya."Iya, Ayah Baik memang tampak konyol sekali," sahut Bima dengan wajah polosnya."Ck! Kau anakku tapi bisa- bisanya membullyku! Bima asal kau tahu saja bahwa Ayah Baik berpenampilan seperti ini karena Ide Om Tampanmu Steven itu," jawab Dion. Di sisi lain karena hari ini adalah hari libur, maka Arumi memiliki banyak waktu luang. Dia memang tadi mengajak Aruna sekedar mengopi bersama, namun ternyata Aruna masih sibuk mengantar Bima berenang dan nanti akan mengabarinya lagi. Tiba- tiba HP Aruna berdering, satu panggilan masuk dari satpam depan kompleks."Halo selamat pagi, Bu Arumi. Maaf jika menganggu wkatu Ibu, saya hanya ingin memberi tahukan pada Ibu Arumi saja, bahwa tadi ada yang penghuni yang menelpon dan berkata mobil milik Ibu
AMBISI MEMBUAT NYAWA HAMPIR HILANG! Melihat hal itu, Dion pun menoleh ke arah lelaki itu. Nampak seorang lelaki berenang, dia adalah teman Steven guru les di sana. Wajar saja jika mahir berenang, bukan Dion namanya jika tak panas hatinya. Bima kemudian berenang lagi ke arah Ayah Baiknya."Ayah Baik, lihat Ibu terus melihat Paman itu!" bisik Bima."Ayah Baik tahu kan apa yang harus Ayah Baik lakukan?" tanya Bima. Dion menoleh, melihat ke arah Aruna yang memang tampak melihat lelaki itu. Jiwa ambisius dan bersaing Dion muncul."Ck! Hanya begitu saja, percayalah Ayah baikmu ini bisa berenang lebih baik darinya!" ujar Dion dengan percaya dirinya."Ayok! Ayah Baik harus bersaing dengannya. Ayah Baik harus lebih semangat ya!" kata Bima memberikan semangat."Baik lah, kau lihat Bima! Kau akan bangga pada Ayah Baik! Tenang saja, Ayah akan membuktikannya," ujar Dion dengan percaya diri sambil memakai kacamata renangnya. Dia memutuskan untuk menebar pesona dan renang karena melihat tingkah Dio
DATING APS! TELE SAMPAI MI CHAT!"Kau kenapa! Hah! Apa ada masalah? Mau bunuh diri dengan menyiksa jantungmu begitu? Hah?" tegur Aruna. Dion terdiam menikmati semua omelan Aruna, hal yang sudah di rindukannya sejak beberapa hari lalu. Dion menikmati omelan Aruna, sambil senyum senyum sendiri. Aruna makin marah melihat tingkah Dion."Awww!" pekik Dion. Aruna langsung melepaskan pelukan Bima dan menghampiri Dion."Pak Dion," panggil Aruna."Bagian mana yang sakit?" tanya Aruna khawatir."Tak apa-apa, tak apa-apa. Aku tadi hanya lupa pemanasan saja, rasanya aku terlalu bersemangat saja, tak menghiraukan peringatan jam ini," jawab Dion."Jangan tunggu sakit! Ayok kita ke rumah sakit," ajak Aruna berdiri."Tenang saja, tenang saja! Ini sudah jauh lebih baik. Apalagi melihatmu sudah mau bicara padaku, kau sudah cerewet seperti ini. Hal yang membuatku sembuh lebih cepat," kata Dion cengengesan."Pak Dion kita semua sudah dewasa! Kenapa kok kau bertingka