JAS ABU- ABU PEMATIK RASA CEMBURU!"Ya?" sahut Dion."Apa yang sebenarnya membuat Pak Dion sangat curiga? Mengapa Pak Dion mau mengurus proyek ini? Apakah karena Aruna?" tanya Hendi. Dion tak menjawab tapi langsung menutup pintu itu. "Semoga saja dugaanku benar," kata Hendi sambil bergegas menuju ke arah belakang. Kemudian dia mengendarai kendaraan range over itu untuk membahas jalanan kota Madiun.Keesokan harinya Hendi segera mempersiapkan semua keperluan meeting di dalam rumah sakit. Aruna juga sengaja mencegat kedatangan Dion dan Hendi. Dia sampai tak menjaga Bima di rumah sakit demi melancarkan visi dan misinya itu. Dia masih saja tak terima masalah tander proyeknya. Aruna sudah bersiap memakai baju perangnya, dia pergi menggunakan motor CBR nya, dengan mengenakan jeans panjang polos dan hem polos berwarna abu-abu. [Ke mana jadwal Pak Dion hari ini?][Datang ke kantor, aku sharelok saja nanti! Kau hati- hati aku tak bisa banyak membantumu hari ini. Siska sudah balik ke Jakarta,
APAKAH PAK DION PERCAYA PADAKU?"Tuh kan, Mas Rendi juga mulai curiga!" ujar Aruna."Aruna jangan- jangan," gumam Rendi berpikir apakah mungkin sosok direktur yang memimpin rumah sakitnya seperti itu."Nah kan, Mas Rendi juga mulai curiga!" ucap Aruna sambil duduk dan mengangkat kakinya."Em! Namun semua yang aku katakan ini hanyalah dugaanku saja kok, Mas! Hehehe," sambungnya."Oh ya Kau tidak perlu menjenguk Bima besok, Mas! Kau kan libur, jadi istirahatlah. Biar Ibu yang menjaganya, kau akhirnya punya waktu untuk istirahat di rumah. Selama ini kan Mas Rendi selalu menolongku. Aku tak ingin membuatmu terganggu, biar aku yang menjaga Bima nanti," ujar Aruna."Baiklah," kata Rendi."Kalau tidak terjadi apa-apa dengan Bima harusnya dia sudah bisa keluar dari rumah sakit beberapa hari lagi. Kau tidak perlu bolak-balik rumah sakit lagi, kau bisa istirahat dengan tenang di rumah! Aku lihat wajahmu selalu kelelahan," kata Rendi sambil mengulurkan apel yang telah di kupasnya."Makanlah, Aru
YANG LEBIH TUA MEMANG MENGGODA!"Siapa bilang aku mendukung PT gold itu?" tanya Dion dengan muka sinisnya."Hah?" tanya Aruna setengah tak percaya."Apakah itu artinya Bapak Dion mendukungku? Kenapa?" tanya Aruna. "Aku tidak perlu menjelaskan padamu," kata Dion berjalan meninggalkan Arun."Loh! Lo, Pak! Pak," teriak pelayan mengejar Dion."Pak mohon maaf, tunggu! Ini kemeja yang Bapak coba tadi, tolong perhatikan ada noda lipstik di dadanya," jelas pelayan ini."Oh iya Mbak! Ini silahkan mita gantirugi pada dia! Wanita di depan saya," sahut Dion."Hah saya, Pak?" tanya Aruna bingung menunjuk dirinya sendiri karena hanya dia yang ada di hadapan Dion."Benar! Lihatlah kau kan yang memaki lipstik bukan aku, jadi gantilah!" perintah Dion."Lah ini kan perbuatann Bapak Dion sendiri yang menarik tangan saya tiba- tiba! Mengapa saya yang ganti rugi?" kilah Aruna."Tidak bisa! Jelas jelas aku sudah menyelamatkanmu dari direksi itu! Jadi kau yang jelas-jelas melakukan perbuatan ini! Jadi kau
TAWARAN KERJA SAMA!"Kenapa? Kakak tak suka ya aku di rumah sakit? Kakak terbebani dengan biayaku?" tanya Steven memasang wajah imutnya yang membuat hati Arumi berdetak."Ahhh! Apakah aku langsung menyatakan cintas aja padanya? Tak masalah beda usia, yang lebih muda berondong seperti ini menggairahkan," batin Arumi."Ah tidak! Tidak seperti itu, maksudku kau segera keluar rumah sakit sebentar lagi! Jangan salah paham, aku bukan mendesakmu keluar dari rumah sakit! Aku akan merasa eh tidak aku mengira kalau kau tidak nyaman di sini! Jika kau ingin di rumah sakit ini lebih lama tak papa kok," kata Arumi."Oh tenang saja! Aku akan bertanggung jawab sampai akhir kok," sambung Arumi lagi.Steven hanya tertawa melihat tingkah konyol Arumi. Dia terlihat jelas salah tingkah. Apalagi sampai wanita dewasa itu tergagap."Iya aku percaya kok Kak! Kakak pasti tidak akan menelantarkanku," kata Steven tersenyum penuh arti."Apakah Steven bocil itu sebenarnya tak tahu kalau senyumannya itu mampu membu
JEBAKAN DION DAN ARUNA!"Apa harus begitu?" tanya Aruna dengan muka polosnya."Kalau mau begitu, kalau tidak ya sudah!" jawab Dion."Sabar Aruna! Sabar," batin Aruna dalam hati dengan mendengus kesal. Kalau dia harus menuruti Dion sama saja dia akan di jajah mantan bosnya lagi."Bagaimana?" tanya Dion sambil tersenyum penuh arti."Baiklah! Kita akan bekerja sama namun saya sepakat bahwa tes DNA ini, Kita mendengarkan siapapun yang benar! Jadi jangan mentang- mentang Pak Dion berkuasa semena- mena," usul Aruna."Deal!" sahut Dion memandang Aruna dalam- dalam. Dia pun menyetujui soal aturan Aruna."Sini aku akan menjelaskan rencaaku," perintah Dion.Mereka akhirnya sepakat mengadakan kerja sama. Selain itu Dion memberikan arahan Aruna untuk mengikuti semua idenya. Aruna setuju, karena dalam taktik tentulah Dion lebih pandai.*****Di rumah Dion, Hendi sedang sibuk membuka dan memilih belanjaan Dion. Entah mengapa atasannya itu mendadak membeli b
HARAPAN ARUNA"Ekhm! Oh maaf bolehkah saya pergi ke toilet Nyonya Lina?" tanya Aruna."Oh iya silakan," kata Nyonya Lina sambil meminum minuman yang ada di depannya, welcome drink.Di sisi lain Dion melirik sekilas dengan ujung matanya. Dia menangkap kepergian Aruna. Tepat seperti yang sudah di perintahkannya. Aruna memang masih seperti lima tahun lalu. Selalu cekatan dan seperti yang di inginkan oleh Dion."Apakah yang terjadi malam itu? Hingga membuatmu pergi dari sisiku, Aruna?" batin Dion dalam hati."Pak Dion," panggil Sheila melihat sekilas Dion melamun."Oh iya, Maaf Bu Sheila, saya hanya berpikir pekerjaan kantor yang belum selesai. Sepertinya Bu Sheila suka di tempat cafe resto ini? Tak ada pilihan lain?" tanya Dion mengalihkan pembicaraan."Maaf, apakah Pak Dion kurang nyaman?" tanya Seila. Dion hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala."Ta masalah," sahut Dion."Lebih tepatnya saya suka Cafe ini karena lenngkap dengan resto dan ruang
SURAT EMAIL ATAU SURAT CINTA?"Bukankah seperti yang aku katakan bahwa kerjasama ini adalah kerjasama yang singkat? Jadi aku anggap kerjasama kita selesai," kata Dion tanpa rasa bersalah.Aruna langsung mendengus dengan kesal. Dia tak tahu lagi, bagaimana menghadapi mantan atasannya ini."Baiklah kalau begitu aku sangat percaya diri dengan CV milik saya itu memenuhi kriteria dan standarisasi catering yang benar!" jelas Aruna."Kali ini saya yang akan menunggu Pak Dion menghubungiku! Bukan saya yang hubungi Pak Dion lagi," kata Aruna sambil mendengus kesal menatap tajam ke arah Dion dan berlalu untuk pergi. Dion hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Aruna yang seperti itu. Aruna lega sekali setidaknya dia yakin Dion ada di pihaknya. Karena Aruna paham watak Dion seperti apa, dia sangat yakin kalau Dion akan menghubunginya. Dion adalah lelaki yang sangat menghargai kejujuran dan usaha seseorang.Di sisi lain, Elbara sangat marah sekali ketika mengetahui berita dari perusahaannya.
ALL YOU CAN EAT?"Kau tau tidak aku telah menerima email dari siapa?" tanya Arumi kesenangan sambil duduk dan menghampiri Aruna yang sedang makan di meja warung."Tahu, pasti dari PT Hadinata Wijaya kan?" tebak Aruna sambil menyuapkan rempeyek kacang di mulutnya."PT Hadinata Wijaya pasti sudah memutuska to, bahwa rumah sakit lisensi jantung milik mereka telah memutuskan untuk memilih CV kita di bidang catering! Tidak menggunakan PT Gold lagi begitu to maksudmu?" sambung Aruna lagi."Apakah kau tidak bisa berpura-pura terkejut sedikit saja untukku!" kata air Arumi kesal."Ahhh! Ini memang sudah aku prediksi akan terjadi! Namun aku juga tak menyangka bahwa prediksiku akan sedikit lebih cepat dari pikiranku," batin Aruna."Sungguh Ibu Aruna? Apakah CV kita menang tander pertama?" tanya seorang karyawan wanita yang kebetulan sedang membungkus sarapan juga."Sepertinya kita harus bekerja lebih giat dan ekstra lagi mengingat ini adalah proyek pertama kita! Ingat karena ini kali pertama jad