IDE CEMERLANG DARI HENDI!
"Hey! Apa ada masalah?" tanya Arumi."Ada masalah apa dengan laptopnya?" sambung Arumi."Sini biar aku bantu ya," sahut Arumi lagi berusaha untuk membuka laptop di depan Aruna. Secepat kilat Aruna mencegahnya."Oh, tidak! Tidak! Jangan- jangan, terimakasih Arumi! Namun, aku bisa sendiri kok," kata Aruna panik."Kalau begitu langsung saja kau sampaikan, Aruna. Jangan sampai membuat mereka menunggu," tegur Arumi."Baiklah, di sini saya akan bicara langsung saja dan tak ada data yang bisa saya tampilkan. Mengenai data uji pertama dari itu menunjukkan bahwa rencana catering sehat kami sudah berjalan dengan baik. Memang benar ada sedikit masalah yang muncul ini di salah satu bidang mengenai perbedaan cita rasa dan selera antara Ahli Gizi satu dengan Ahli Gizi lainnya. Hal ini wajar dan lumrah terjadi karena lidah antara satu dengan orang yang berbeda. Kami semua sudah memperbaikinya dan menyesuaikannya," ujar Aruna memulai meeting lagi.KEBAHAGIAAN BIMA ADALAH SEGALANYA!"Di sana tidak ada air panas, mesin kopi yang otomatis," keluh Dion tiba-tiba mengatakan semuanya pada Hendi tanpa sadar."Ada di kantor kok, Pak! Aku akan segera aku akan menyiapkannya unjukmu," ucap hendi segera keluar ruangan."Mesin kopi dan ranjang juga," gumam Dion lirih."Aha! Itu ide bagus," kata Dion senang. Secara tiba-tiba dia menemukan ide bagus untuk membahagiakan Bima dan Aruna.Kebetulan hari ini Aruna tidak ada kerja lembur. Namun, sesampainya dia di rumah justru mendadak terkejut dengan perubahan di rumahnya. Mulai perubahan di kamar Bima, ruang makan, semuanya. Aruna mendengus kesal. Dia melempar tas kerjanya di kursi dan langsung berteriak."Pak Dion! Benar- benar kau ya!" teriak Aruna."Sungguh Pak Dion sangat keterlaluan dna bertindak di luar batas," bentak Aruna.Dengan santai dan wajah polosnya Dion mendekati Aruna. Memang Dion sengaja masuk kerja setengah hari setelah rapat tadi dan mendapatkan ide dari Hendi, dia bergegas pul
SOP SARANG BURUNG WALET!"Lihatlah Bima! Kami sekarang bergandengan tangan kan? Sama seperti orang tua teman- temanmu, jadi kau jangan sedih lagi ya," kata Aruna."Benar itu, Bima! Kau lihat sendiri kan kami bergandengan tangan," Sahut Dion dan Aruna sambil tersenyum terpaksa."Tapi Ayah, kedua orang tua temanku juga akan saling memeluk ibu temanku juga," perintah Bima lagi.Aruna langsung menghela nafasnya panjang. Dia memang ingin membahagiakan Bima namun bukan berarti melakukan semua yang di minta oleh anak lelakinya itu. Dia mulai menjelaskan perlahan agar Bima menyadari bahwa tidak semua keinginannya harus di dapatkan."Bima dengarkan Ibu! Bima tidak semua orang bisa mengobrol dan berbicara sambil berpeluka. Kau tak bisa menyamakan orang tua temanmu dengan kami," ujar Aruna mencoba memberikan pengertian. Namun di luar dugaan justru langsung memeluknya. Aruna cukup terkejut dengan perbuatan Dion itu yang tiba- tiba merangkulnya. Namun dia tak bisa menolaknya juga."Jangan dengark
MEMBUAT JATUH CINTA!Malam ini Bima sangat senang sekali karena dia bisa bermain iron Man bersama Ayah baiknya. Dion melirik jam di dingding tembok ruang tamu, jam sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam. Dia ingin mengajak putranya itu tidur,."Terlalu kuat, Ayah Baik!" ujar Bima yang mengelu sakit saat Dion memeluknya."Hahaha! Baiklah, Ayah Baik akan melepaskanmu namun kau harus janji akan tidur! Sebelum Ibu Raja Singa mengamuk melihat kau jam segini belum bersiap tidur! Janji?" tanya Dion sambil melepaskan pelukannya."Baik!" sahut Bima.Dion pun melepaskan putranya itu. Dia sekarang membalik badan Bima, sehingga mereka saling bertatapan. Dion pun berjongkok di depan putranya itu."Papa! Apakah aku tampan?" tanya Bima."Tentu! Kau sangat tampan sekali, bahkan kau adalah anak paling tampan yang aku tahu," ujar Dion."Sudah! Sekarang kau harus tidur, kalau tidak Ibu akan marah. Sudah, besok kita main lagi ya," sambung Dion. "Baiklah! Se
APAKAH SEMUA MALL INI MILIK AYAH BAIK?"Bagaimana kalau kau melakukan CT scan otak?" tanya Rendi."Hah?" sahut Selly bingung."Apakah kau yakin tidak kena kepalamu saat kau jatuh di lantai tadi?" tanya Rendi lagi.Mendengar ucapan Rendi itu pun, Selly langsung memegang kepalanya. Dia merasa baik- baik saja. "Kepalaku baik- baik saja kok, Dok! Kenapa harus CT scan?" tanya Selly."Kau ini aneh sekali! Mana ada orang yang begitu senang saat terluka?" tanya Rendi."Itu karena aku memang istimewa! Jadi aku berbeda dengan yang lainnya. Apakah tidak boleh?" tanya Selly."Kau yakin?" tanya Rendi khawatir justru naka profesor Tjahyadi ini mengalami gangguan mental."Yakin, Dok! Saya tahu betul apa yang terjadi dalam diri saya sendiri. Namun saya tidak mau mengatakan alasan jujur!" kata Selly yang kesenangan karena bisa di rawat oleh Rendi untuk kedua kalinya."Ya sudah! Kau boleh melakukan apapaun yang kau mau, asalkan kau baik- baik saja," ujar Rendi
PENTINGNYA SEKUFU!"Bagaimana Bima, menurutmu? Bagaimana tempat ini? Apaah kau suka?" tanya Dion."Apakah semua toko ini milik Ayah Baik?" tanya Bima.Dion mengernyitkan keningnya heran. Bagaimana mungkin pertanyaan seperti itu muncul dari mulut bocah kecil ini. Apakah sebenarnya Aruna tak sepolos yang di bayangkan Dion?"Kau tahu dari mana, Bima? Apakah Ibumu mengatakan itu padamu?" tanya Dion. "Bukan! Karena Ibu selalu menggil Ayah Baik dengan sebutan nama Bapak serta Ayah di hormati! Berarti Ayah kaya, bukankah begitu?" sahut Bima."Hahahah! Tidak, Bima! Ini semua bukan begitu," ujar Dion mengusap lembut kepala anaknya."Sudahlah tak usah di bahas lagi! Meskipun semua barang di toko ini bukanlah milik Ayah, namun hari ini kau boleh makan apapun yang kau inginkan, kau boleh main apapun yang kau sukai di time zone, dan kau bisa beli apapun yang kau inginkan," ucap Bima yang langsung di balas wajah gembira oleh Bima."Benarkah Ayah? Semuanya boleh?"
APAKAH AKU HARUS MENGIZINKANNYA TINGGAL DI RUMAHKU?"Selain itu Pak Dion sudah mengatur semuanya semau, Bapak! Apa yang Bapak inginkan? Bagaimana kalau Bapak Dion pergi tak tinggal di sini lagi?" tanya Aruna."Hah? Pergi? Tidak mungkin! Hahaha, aku tidak akan meninggalkan Bima," ucap Aruna."Aku sudah memiliki perjanjian khusus kepada Bima untuk selalu menemaninya!" sahut Dion."Apa maksud Pak Dion?" tanya Aruna."Apakah Pak Dion ingin tinggal di rumah ini selamanya?" tanya Aruna."Tidak! Ini bukan begitu Aruna! Kalau kau bersedia membiarkan Bima untuk pindah ke rumahku, maka aku bisa membawanya pergi sekarang juga," sahut Dion."Hahaha! Pak Dion ini mimpi ya? Saya beri tahu pada Pak Dion ya, semiskin- miskin nya saya, sesusah- susah nya saya hidup, itu tidak mungkin terjadi! Bima akan bersama saya sampai mati," bentak Aruna."Ibu," panggil Bima dengan wajah memelas."Kau tidak perlu ikut campur, Bima! Tidak ada gunanya kau berpura- pura bersedih
PRESIDEN DIREKTUR HADINATA WIJAYA GROUP!"Arumi!" panggil Aruna tiba -tiba."Astaga! Kau mengagetkanku saja! Kenapa? Aku tak budek, aku di sebelahmu," keluh Arumi sambil mengelus dadanya karena kaget."Aku tanya padamu sekarang, jika kau harus menelan penghinaan dan menjadi menderita selama bertahun- tahun, serta kau menghadapi orang yang sangat kau benci setiap hari di rumahmu sendiri. Apakah kau bersedia?" tanya Aruna."Hahaha! Apa kau sudah gila menanyakan pertanyaan konyol begitu?" tanya Arumi."Aku serius," ujar Aruna."Em! Baiklah, aku rasanya akan bersedia kalau itu adalah realita dengan dana seratus miliar menungguku atau jika aku bisa memikat hati para pria tampan manapun yang aku mau sebagai kompensasinya. Maka aku bisa mempertimbangkannya lagi," jawab Arumi."Tidak ada pria tampan sebagai hadiahnya," keluh Aruna."Kalau begitu jika ada seorang yang mendadak bersikap baik padamu dan memberikan apa yang kau inginkan, tapi kau harus menin
MENGAPA KAU HARUS MELAHIRKANNYA, ARUNA?"Begitulah cerita Sangkuriang," ujar Aruna sambil membacakan dongeng tidur untuk Bima.Dia melirik ke arah Bima yang nampak tertidur pulas. Aruna mengelus kepala putranya itu perlahan dengan penuh kasih sayang. Terbesit perasaan bersalah di hati Aruna."Apa yang sebenarnya Pak Dion lakukan di sini? Jika dia seperti ini maka aku yang makin takut tidak jatuh cinta padanya! Sadar diri Aruna! Sadar diri!" batin Aruna dalam hati."Ah, tidak bisa! Aku harus bertanya padanya," batin Aruna dalam hati.Dia pun segera menyibak selimutnya dan keluar dari kamar. Meninggalkan Bima yang tidur pulas. Aruna mengendap- ngendap mencari keberadaan Dion. Dia pun lamat - lamat mendengarkan Dion berbicara pada seseorang."Aku tahu ini sangat sulit untuk perusahaan kalian! Namun, di sinilah aku menarik perbedaan yang jelas, jika kita tidak dapat mencapai kesepakatan, maka lebih baik aku membatalkan kesepakatan ini hanya saja," ujar Dion.