ARUNA PEMBUNUHNYA!"Sudah jelas kan? Aku memang menyukaimu, Aruna. Namun hari ini aku ingin mengatakannya dengan sungguh- sungguh. Bahwa aku...""BAJINGAN KAU!!!!!!" bentak seorang yang tiba- tiba merangsek masuk ke dalam kamar hotel milik mereka.Seorang lelaki masuk dengan wajah memerah. Lelaki itu tak lain adalah Steven, Aruna pun cukup terkejut. Dion apalagi, dia sama sekali tak mengenal lelaki itu. Cincin yang hendak di sematkannya kembali di masukkan dalam saku Dion. Dia segera maju beberapa langkah melindungi Aruna, sedangkan wanita itu berlindung di balik punggung Dion."Steven," gumam Aruna."Hey siapa kau? mengapa kau tiba-tiba datang? Kenapa kau bisa masuk seenaknya di kamarku! Hah? Siapa?" bentak Dion.Dion cukup panik, karena lelaki itu sudah mengumpat saat pertama kali menerobos masuk ke kamar hotel miliknya. Ini semua pasti ulah Kak Cindy yang pagi tadi keluar mengajak jalan- jalan Bima. Kak Cindy memang memiliki kebiasaan tak mengunci pintu karena alasan tak suka pri
KELUAR!"Jadi kau benar-benar adik Seruni?" tanya Aruna."Iya, kenapa? Apakah kau takut?" tantang Steven."Kenapa kau bilang Aruna yang mengatakan bahwa dia membunuhnya?" tanya Dion."Dengarkan semua penjelasanku! Setelah mengetahui kakakku sudah meninggal dunia, apakah kalian berpikir aku lantas diam saja? Tidak. Aku juga mencari beberapa orang yang selamat dari kecelakaan saat itu, aku ingin tahu apakah kakakku meninggalkan pesan di saat terakhirnya. Mereka bilang kakakku ke sana bersama dengan seorang gadis yang selalu di panggilnya dengan adik. Dia bernama Aruna, mereka da di dalam bus saat itu," jawab Steven."Awalnya kakakku bisa turun terlebih dahulu, namun gadis itu bertengkar dan mendorong kakakku. Akhirnya gadis itu turun lebih dahulu dan kakakku akhirnya meninggal dunia. Sekarang di hadapan Adik kandung Seruni dan arwah kakakku di surga, apakah kau berani menjawab, Aruna? Apakah kau yang telah mencelakai kakakku?" tanya Steven."Apakah kata Aruna itu kau?" sambungnya sambil
AKU TAK BUTUH MAAFMU!Arumi pun menganggukkan kepalanya mencoba mengerti sahabatnya itu sambil segera berdiri meninggalkan Aruna. Dia menutup pintu kamar hotel Aruna, dia segera mengejar Dion dan Steven yang masih terlihat di ujung lorong. Dia pun segera berlari ke arah Dion dan Steven."Berhenti! Berhenti kalian! BERHENTI!" teriak Arumi.Tepat saat Arumi berteriak, otomatis Dion dan Steven pun menoleh bersamaan. Mereka melihat Arumi yang datang tergesa- gesa menyusul mereka. Arumi menatap tajam ke arah Dion dan Steven secara bergantian."Sekarang siapa yang bisa memberitahuku dan menjelaskan sebenarnya apa yang terjadi dengan kalian semua? Mengapa sampai Aruna menangis seperti itu? Ada apa dengan Aruna?" bentak Arumi."Kenapa kau marah, Arumi? Hah? Apakah kau tak tahu bahwa selaama ini Aruna lah yang mencelakai kakakku itu!" bentak Steven."Kakakmu?" tanya Arumi."Iya, Kak Seruni! Ternyata Aruna lah yang membunuhnya," jelas Steven."Siapa yang berkata seperti itu? Hah? Apakah kau m
PEMBUKTIAN!"Bagaimanapun juga aku tidak akan memaafkan, Aruna!" sambungnya."Aku tidak butuh maafmu!" bentak Aruna."Aku tidak pernah menyakiti Kak Seruni! Apakah kau ingin tahu apa yang di katakan kak Seruni sebelum meninggal?" tantang Aruna."Apa yang dikatakan oleh kakakku?" tanya Steven mendekat."Baik, ikut aku ke kota Jakarta. Kita kembali, aku akan menjelaskan semuanya dan untuk menunjukkan padamu bagaimana kenyataan dan hasil pemeriksaannya. Aku akan memberitahumu semua apa yang di katakan oleh Kak Seruni sebelum meninggal," kata Aruna menjelaskan."Aruna! Tapi...""Tak memerlukan waktu lama, aku akan segera memberi tahu Pak Hendra akan melakukan kunjungan dinas luar kota urgent dan mendadak. Aku akan segera meminta tolong Hendi mengurus surat perintah kerja itu. Kau setuju kan Pak Dion? Bukankah kau juga penasaran?" kata Aruna memotong pembicaraan Dion."Bima?" tanya Dion."Gampang. Selama ini bukankah aku mengurusnya dengan baik? Jadi jangan khawatir. Aku pasti sudah memili
BAPAK- BAPAK PENOLONG! Tanpa mereka sadari Aruna keluar dari kamar mendengar dengungan orang bercakap. Maklum saja, itu adalah apartemen semi rumah susun bukanlah apartemen elit yang kedap suara. Jadi suara orang bercakap di Balkon bisa terdengar dari dalam. Aruna terkejut saat DIon mengatakan hal demikian."Apakah aku begitu hina?" batin Aruna dalam hati."Lalu, bagaimana jika Aruna memang terbukti melakukan itu pada Kakakku? Apakah yang akan kau lakukan?" tanya Steven. Dion terdiam sejenak mendengar semua ucapan Steven. Sedangkan Aruna pun sedang menyimak semua pembicaraannya. Dion melihat sekilas ke arah Steven."Aku tidak akan memaafkan orang yang benar- benar akan mencelakai Seruni," jawab Dion.'Deg' Aruna cukup kaget mendengar semua ucapan Dion. Dia tak mengira Dion akan sepicik itu. 'Tes' air matanya menetes, dia segera menghapus air mata yang jatuh di pipi dan memutuskan untuk masuk ke dalam kamarnya karena akan sakit hati jika masih terus di
KEPUTUSAN BESAR!"Paman, ini! Ini orangnya. Apakah Paman tahu di mana dia sekarang?" tanya Aruna menunjukkan salah satu foto."Ya aku tahu. Dia adalah Pak Har, pemilik restoran chinese food di dekat sebuah resto dan hotel belakang sana," ujar Paman Fuad."Bolehkah kami meminta alamatnya, Paman?" tanya Aruna.Langsung saja, Paman Fuad menuliskan sebuah alamat nama resto chinese food yang letaknya tak jauh dari sebuah hotel dan club mewah jakarta. Berada di gang kecil belakangnya, seperti hidden gem. Mereka semua segera menghabiskan kopi mereka dan berpamitan ke sana.Di sisi lain, Arumi di bantu oleh sopir grab online yang di pesannya membawa semua koper mereka masuk ke rumah Aruna. Bima masuk lebih dahulu, anak itu terlihat lemah, lesu, dan lunglai. Sedangkan Arumi langsung merebahkan dirinya di sofa setelah menyalakan AC ruangan tengah ruang tamu Aruna."Astaga sungguh melelahkan sekali hari ini," keluh Arumi."Aku sekarang benar- benar sadar bahwa memiliki anak tak semudah yang ak
GO SELLY! GO SELLY! GO!"Hah? Ibu? Ah benar, aku tidak mau menunggu orang yang tidak menghargaiku saat itu," gumam Arumi. Melihat Ibu angkatnya sedih, Bima langsung mendekati nya dan memeluknya."Aku tak akan pernah mengangkat telponnya. Bahkan aku rasa sebaiknya dia tidak usah pulang ke sini saja," keluh Arumi. Di sisi lain depan kompleks perumahan Rendi, tiba- tiba HP nya berbunyi. Hari ini Rendi memang jadwal nya selesai berbelanja bulanan. Ternyata Selly yang menelponnya, dia segera mengangkatnya."Hallo, ada apa?" tanya Rendi."Hallo selamat pagi dokter tampanku! Apakah kau sudah selesai kerja? Hari ini aku mau traktir makan," ujar Selly."Ada apa kau mentraktirku makan?" sahut Rendi curiga, dia melanjutkan berjalan sampai kompleks perumahannya. Rendi memang sengaja memilih perumahan dekat dengan rumah sakit, selain memudahkannya saat bekerja, dia tak suka jika harus macet- macetan setiap pagi. Padahal harusnya hari ini dia beristirahat setelah berbelanja semua kebutuhan dan ke
JANGAN BILANG PADA ARUNA, PLEASE."Aku tidak percaya!" sanggah Selly."Terserah. Sudahlah ini belanjaanmu. Aku akan mentraktirmu lain kali," ucap Rendi."STOOOPP! Kau tak boleh meninggalkan aku dulu sebelum kau menjelaskan apa urusanmu! Pokoknya aku akan ikut denganmu," kata Selly tetap mengeyel."Baiklah jika itu mau! Kau bisa ikut jangan bawel," perintah Rendi dengan santainya.Selly berjingkrak kesenangan, ini merupakan kemajuan yang sangat pesan dalam hubungannya. Rendi bisa mengajak dan mengenalkan Selly pada semua teman- temannya. Dia pun segera mengikuti Rendi ke dalam mobil.Di sisi lain, Aruna sudah sampai tempat yang dikatakan oleh Paman Fuad. Tempat itu tak lain adalah belakang perumahan Dion yang memang berada di kompleks perumahan mewah. Belakang rumah itu terdapat resto, hotel, dan club malam mewah. Aruna tak mengira bahwa lelaki penyelamat hidupnya itu tinggal di sana. Jika di logika tak aneh memang, karena memang mereka naik bus dengan jala pulang searah, otomatis