SANDIWARA CINTA[Pak Dion pulang jam berapa?] Send. Pesan itu sudah di kirimnya.'Ceklek' pintu ruang tamu di buka. Ternyata Dion pun baru pulang kerja. Dia masih mengeakan jas lengkap, mendengar HP nya berbunyi dia mengambilnya. satu pesan dari Aruna. Dion membacanya sambil tersenyum sendiri. Saat dia melangkah masuk ke dalam rumah, dia tanpa sengaja melihat sepatu itu sudah tertata rapi. Sepatu yang di berikan pada Aruna nampak berjejer di sana. Dion tersenyum penuh arti."Apakah aku jatuh cinta?" batin Dion dalam hati sambil menggelengkan kepalanya lemah."Kau belum tidur, Aruna?" tanya Dion melihat Aruna masih melamun sambil menonton TV."Eh Pak Dion," kata Aruna memegang Hpnya."Pak Dion, sudah pulang?" sambungnya."Ada apa, Aruna? Mengapa kau sampai mengirimiku pesan?" tanya Dion."Eh, em anu, tidak ada apa- apa, Pak. Cuma tadi Bima bilang, kalau dia ingin tidur kau temani. Dia sepertinya mau mendengarkan mu mendongeng," jawabnya."Apa dia belum tidur?""Baru saja dia bisa tidur
ROTI GOSONG BUATAN ARUNA! Steven datang sambil membawa dua gelas air mineral dalam botol. Dia sangat terkejut melihat apa yang sedang terjadi dalam kolam. Dia tidak menyangka Arumi bisa berenang sepanjang itu. Apalagi Arumi menolong anak yang tenggelam. Arumi membawa bocah yang tenggelam itu sampai pinggir kolam. Saat sudah sampai pinggir dia melihat Steven."Apa maksud semua ini, Kak?" tanya Steven. Arumi menatap Steven cukup kaget dan menelan ludahnya kasar. Steven sampai di buat tertegun dengan tingkah Arumi. Dia nampak seperti perenang yang mumpuni. Bukan seperti orang- orang yang baru belajar berenang."Apakah ini artinya aku di bohongi?" batin Steven dalam hati sambil menatap Arumi."Aduh terimakasih ya, Mbak," ucap seorang Ibu muda yang ternyata Ibu dari anak yang tenggelam itu."Oh tidak apa -apa, Bu. Tapi lain kali kalian harus mengawasinya dengan baik! Apalagi anak kecil berada di kolam dewasa, kolam ini terlalu dalam untuk adeknya," jelas A
PENGORBANAN DION VS RENDI!"Bagaimana bisa begitu? Kau tidak boleh membohongi orang kan, itu tak bermoral. Selain itu Ini pertama kalinya kita ikut kegiatan orang tua dan anak. Jadi kita harus berusaha semaksimal mungkin untuk membuat makanan itu sendiri," tegur Aruna."Gagal itu biasa, Bima. Tapi tidak masalah kita harus berani mencoba. Benarkan? Kau tenang saja ini hanya gagal, mungkin karena Ibu tadi salah memanggangnya. Harusnya dengan suhu 150 derajat lebih dari 20 menit, kita akan mencoba dan Ibu nanti akan menurunkan suhunya," kata Aruna masih berusaha."Bu...""Sudah serahkan saja semua pada Ibu! Ibu akan mengurusnya," ucap Aruna. 'Tring' Tring' satu panggilan masuk di HP Aruna. Panggilan itu ternyata dari Hendi. Aruna segera menganggkatnya. Ternyata Hendi mengajak Bima untuk jalan- jalan. Aruna pun mengizinkannya. Apalagi dengan Hendi, dia sangat percaya padanya. Bima pun untungnya bukan tipikal anak yang rewel. Saat dia jelaskan bahwa Hendi adala
BAGAIMANA TENTANG PERASAANMU, ARUNA?"Apakah itu sebabnya Ibumu belajar membuat kue?" tanya Dion."Benat Ayah Baik! Ibu itu mempelajarinya dengan sangat serius, meskipun aku yakin hasilnya akan gagal. Awalnya aku ingin Ayah Baik juga ikut, sayangnya Ibu bilang Ayah tidak punya waktu," keluh Bima."Benarkah Ibumu bilang begitu?" tanya Dion. Bima menganggukkan kepala."Ya, dia bilang begitu. Aku tidak boleh banyak berharap pada Ayah Baik karena Ayah Baik tentu memiliki kesibukan lain. Jadi aku sebagai anak harus baik dan mengerti. Ayah Baik kan bekerja untuk Bima juga," jelas Bima."Siapa bilang aku tidak punya waktu untuk anak tunggalku ini? Memang benar Ayah sangat sibuk dua hari ini. Tapi Ayah janji, bahwa Ayah akan menemanimu setelah pulang nanti," ucap Dion."Ya sudah aku maafkan! Tapi Ayah janji ya," ujar Bima."Pasti! Kalau begitu Ayah matikan ya video call nya. Bye bye bye," pamit Dion."Bye! Bye Ayah Baik! Aku cinta Ayah," sahut Bima memat
BIMA SI ANAK BROKEN HOME!"Apakah aku harus berkata jujur padamu, Mas?" tanya Aruna."Kalau boleh aku ingin kau menjawabnya dengan jujur, Aruna," jawab Rendi."Sejujurnya aku memang berharap bahwa dia bisa ikut dengan kami. Mas Rendi, akhir- akhir ini aku juga baru tahu dan menyadarinya belakangan ini, sepertinya aku memang membutuhkan sosok seorang Ayah untuk Bima," ucap Aruna."Ada apa? Apakah Dion mengatakan sesuatu padamu sehingga kau berkata seperti ini, Aruna?" tanya Rendi."Tidak, Mas Rendi. Aku hanya memikirkan dampak anak broken home pada Bima. Aku takut, Bima akan merasakan dampak psikologisnya. Dia akan malu dan merasa tidak percaya diri. Sulit untuk mengembalikan percaya diri mereka meskipun sudah menggunakan berbagai cara, Mas. Aku sadar, Bima sering menyendiri dari pergaulan karena merasa rendah diri saat melihat temannya bersama Ayahnya. Aplagi aku menyadari bahwa kurangnya perhatian, waktu untuk dihabiskan dengan Bima karena bekerja, sampai d
SATU TAMBAH SATU SAMA DENGAN DUA! AKU DAN KAMU ITU ADALAH CINTA!"Kalau aku benar -benar begini?" tanya Steven sambil mendekat pada Arumi dan tersenyum."Jawablah pertanyaanku, Arumi!" perintah Steven."Bagaimana kalau aku tidak memberitahumu? Tebak lah," ujar Arumi. Steven semakin mendekatkan wajahnya pada Arumi. Bibirnya semakin mendekat hal ini membuat Arumi cukup terkejut dengan keberaniannya. Tanpa di sangka, Steven mencium bibir Arumi dengan kecupan manja. Sesaat setelah itu Steven melepaskan ciumannya kemudian tersenyum kemudian dan dia muntah. Arumi terkejut dengan apa yang di lakukan Steven bercampur malu."Steven! Steven! Kau kenapa?" tanya Arumi. "Arumi satu tambah satu sama dengan dua," ujar Steven tiba- tiba bangun dan ambruk lagi."Aihhh! Anak ini, kalau sudah mabuk mengapa tak mengaku saja sih? Membuat ribet dan memalukan," gumam Arumi."Biar aku nanti cepat mengantarkanmu ke rumahku dulu!" gerutu Arumi."sttt! Kenapa kau ce
KEJUTAN UNTUK BIMA! Hari ini adalah acara di sekolah Bima, pertemuan kedekatan orang tua dan anak. Acara itu ternyata cukup meriah sekali. Mereka masing -masing saling membawa makanan dari rumah lalu makanan itu di jejer dan di taat dalam meja. Ada banyak jenis makanan, seperti rice bowl, burger, cake, buah, sop buah, salad buah, tart, puding, dan sebagainya yang di hias dengan amat cantik kesukaan anak- anak. Aruna dan Bima pun menata brownies coklat hasil tangan Aruna di meja."Ibu, apakah kue ini enak?" tanya Bima. "Tenang saja Bima, Ibu membuatnya dengan sangat hati -hati pasti tidak ada masalah. Ibu belajar dari Ayah Rendi. Ibu juga sudah menyiapkan camilan sebagaai antisipasi, tapi mengapa mereka tidak ada yang mengeluarkan camilan ya?" sahut Aruna."Tenang saja, Bima. Ibu sudah membawa semua camilan kesukaan anak- anak," jelasnya lagi. Bahkan Aruna sudah bangun sedari jam tiga pagi tadi untuk menyiapkan brownies kukus itu. Namun Aruna baru menyadari sa
ARTI KELUARGA DI USIA KEPALA EMPAT!"Ayo anak- anak Ayah dan Ibu Bima sudah merepotkan diri mereka, sekarang sudah seharusnya kalian ucapkan terima kasih kepada Ayah dan Ibu Bima," perintah Ibu guru Ling- Ling."Terima kasih!" kata anak- anak serempak. Aruna pun menjauhi kerumunan anak- anak itu dan berbisik pada Dion."Pak Dion, siapa yang akan membuat kue ini?" tanya Aruna."Aku," jawab Dion santai."Sudah tenang saja. Berikan padaku!" perintah Dion."Memang kau bisa buat?" tanya Aruna. Dion memandang Aruna sambil mengedipkan satu matanya."Helena! Kalau Helena mau membuat kue tart seperti apa? Aku akan meminta Ayah Baik untuk membuatkannya hanya untukmu, kue ini spesial untukmu saja," ujar Bima menggandeng lengan Helena mendekati stand nya."Aku ingin kue dengan gambar muka Elsa," jawabnya."Baik tidak masalah! Kami akan membuatnya sekarang, kalian mau kue tart seperti apa?" tanya Bima pada anak-anak lain."Aku ingin kelinci!" sahutnya