AJAKAN MENIKAH RENDI!
Aruna menganggukkan kepalanya. Sedikit banyak dia setuju dengan semua ucapan Rendi. Bukannya apa- apa, dia adalah seorang tua tunggal untuk Bima. Meski pekerjaannya juga mapan, kedua orang tuanya mendukung, namun jika di logika dan berpikir realistis tentulah semua itu tak sebanding dengan kekayaan Dion. Di tambah, Bima sendiri sakit dan membutuhkan banyak uang. Itu tentulah akan memberatkannya. Apalagi Bima sangat dekat dengan Dion. Semua sungguh memberatkannya."Lalu apa yang harus aku lakukan, Mas Rendi?" tanya Aruna."Aruna dengarkan aku! Aku akan mengorbankan diriku untuk menjadi Ayah sambung untuk Bima. Bagaimana kalau kita menikah, namun kau jangan salah paham. Kita tidak menikah secara betulan. Kita bisa bercerai setelah mendapatkan hak asuh Bima. Seperti perjanjian pernikahan. Seperti yang kau tahu, pekerjaanku sebagai dokter tentu lebih memudahkanmu untuk memenangkan gugatan kan?" usul Rendi. Aruna cukup terkejut dengan sePERTEMUAN RAHASIA! Di sisi lain, Bima sudah pulang sekolah. DIa celingak celinguk melihat ke luar, belum nampak Ibu nya menjemput. Bima menghela nafas panjang, lagi semenjak kepergian Ayah Baiknya jam pulang pun harus menunggu lama. Bima duduk di kursi tunggu depan."Bima!" panggil seorang lelaki memakai jas. Melihat kedatangan lelaki itu, Bima tersenyum senang. Dia membalas lambaian tangan lelaki itu dan setengah berlari menghampirinya."Om Baik!!!!" teriak Bima sambil mendatangi Hendi."Sayangku! Apa kabarmu?" tanya Hendi."Baik Om Baik. Kenapa kau datang ke sini?" tanya Bima."Aku merindukanmu! Ayok kita ke toserba sebelah. Aku akan membelikanmu es cream," ajak Hendi. Bima pun menganggukkan kepalanya. Tentu saja wajarnya anak kecil dia merasa kesenangan karena mendapat es cream. Dengan bergandengan tangan bersama Hendi mereka ke toserba samping sekolah Bima."Om Baik, Ayah Baik ku kemana?" tanya Bima sambil menyuap es cream ke dalam mul
DION YANG URING- URINGAN SENDIRI!"Aku tidak pernah memakai kolam renang ini! Padahal ada seseorang yang menyukainya," gumam Dion. Dion sangat tahu dulu Aruna sangat suka berenang untuk pilihan olahraganya. Sehingga dia memiliki impian rumah luas yang memiliki kolam renang. Mungki sebagian orang mengira itu hal konyol. Namun memang itu cita- cita Aruna, apalagi Dion juga suka berenang untuk kesehatannya."Sial! Aku belum pernah mengajak Bima dan Aruna berenang di sini. Aku belum sempat mengajak dan melatih Bima berenang," batin Dion dalam hati. Dion dan Bima yang sama- sama mengidap penyakit jantungnya. Memang ada banyak pilihan olahraga yang disarankan untuk bantu kesembuhan penyakit jantung, termasuk berenang. Berenang adalah latihan aerobik yang dapat memperkuat jantung dengan membuatnya lebih efisien dalam pemompaan yang mengarah pada aliran darah yang lebih baik ke seluruh tubuh. Berenang bantu kesembuhan penyakit jantung bila sedang dalam tahap rehabilit
BAGAIMANA RENCANANYA? AMAN?"Bima, pokoknya kau harus menurut pada Ibu! Kau harus minum obat tepat waktu, mengerti?" tanya Dion pada Bima yang melakukan panggilan video call hampir lima jam."Bima sampai kapa kau akan melakukan panggilan itu?" tanya Aruna."Iya, Bu! Ini aku akan mematikannya karena HP Bima sudah kehabisan baterai. Ayah, video call nya Bima matikan ya! Dadah Ayah Baik!" pamit Bima sambil mematikan teleponnya. Bima turun dari ranjang. Menyerahkan HP itu pada sang Ibu yang masih terlihat sibuk dengan laptopnya. Aruna menutup laptop itu saat Bima menghampirinya. Aruna menatap Bima, karena sepertinya anak itu ingi berbicara sesuatu."Ada apa, Sayang?" tanya Aruna."Ibu bertengkar dengan Ayah Baik lagi ya?" tanya Bima. "Tidak, apakah Ayah Baik mengatakan hal itu padamu?" tanya Aruna. Bima menggelengkan kepalanya perlahan."Apakah Ibu mau jujur dengan Bima, Ibu bertengkar kan dengan Ayah Baik? Ayah Baik tidak dinas di luar negeri, man
ANI- ANI ++ Setelah mobil Papa nya melaju meninggalkan rumah mereka, Elbara sangat lega. Dia menghela nafasnya panjang. Lalu merangkul Elizabeth istrinya dengan erat. Dia memandang wajah Elizabeth, wanita yang di nikahinya selama tiga tahun ini. Elizabeth dan dia menikah karena perjodohan, PT Gold milik Pak Wijaya, dulu adalah PT milik keluarga Elbara, namun karena mereka salah langkah mengakibatkan PT miliknya itu hampir jatuh. Sebelum perusahaan bangkrut, perusahaan itu pun diakuisisi oleh Pak Wijaya. Dengan membeli hampir delapan puluh persen saham miliknya. Elbara tak ada pilihan lain, dia pun menjualnya. Tak habis akal, dia pun menikahi putri Pak Wijaya, Elizabeth. Gayung bersambut, Pak Wijaya tak keberatan karena selain usia yang sudah tua sebenarnya Pak Wijaya melihat Elbara cukup kompeten untuk besaing dengan PT milik keluarga kakaknya, PT Hadinata Wijaya Itu lah sedikit kisah latar belakang kehidupan pernikahan Elbara dan Elizabeth."Lepaskan! Aku mau ist
STRATEGI PEREBUTAN TAHTA CEO"Arggghhh!" teriak Elbara mengusap wajahnya gusar."Kau kenapa, Sayang?" tanya Sheila berjalan menuju ke arah Elbara. Dia memeluk mesra dari belakang."Aku bisa gila lama- lama tinggal dengan wanita dingin itu! Sialan. Dia bisa berubah menjadi seribu satu wajah dan sikap dalam beberapa detik saja. Sebenarnya apa yang selalu ada di pikirannya?" omel Elbara."Ck! Kenapa? Apakah acara makan malam dengan mertuamu tak berjalan lancar, Sayang? Bukan kah kau mengatakan padaku malam ini tak akan menghubungiku, karena tua bangka mertuamu itu?" tanya Sheila."Hm! Makan malam ini berjalan lancar! Bahkan lancar sekali, Elizabeth sangat pandai berpura- pura bahwa hubungan kami baik- baik saja. Padahal! Bangsattt! Dia merayuku, memelukku, melayaniku! Tapi begitu Papa nya pulang, sikapnya langsung berubah menjadi dingin! Gila. Wanita itu benar- benar gila. Tiga tahun menjadi suaminya aku benar- benar seperti tak memiliki harga diri saat bersama
SATU KEKURANGAN MENJADI PELUANG DIANTARA SEPULUH KESEMPURNAAN!"Namun kau melupakan sesuatu, Sayang," bisik Sheila sambil berjalan dan berbisik menghampiri Elbara."Apa itu?" tanya Elbara."Komunikasi keluarga Elizabeth bisa di bilang sangat buruk bukan? Apakah kita tak bisa mengambil peluang itu?" bisik Sheila di telinga Elbara. Elbara terdiam, benar juga. Elizabeth dan keluarganya cenderung sangat otoriter sehingga tak bisa hangat saat berkomunikasi. Meskipun Lep sebagai seorang CEO memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Hal ini tidak terlepas dengan aktivitasnya yang akan sering bertemu dengan banyak orang. Komunikasi tersebut tidak semata-mata menyampaikan pesan dengan baik. Tapi tidak dengan keluarganya."Benar percuma Leo pintar berinovasi dan memiliki kreativitas dan mampu berinovasi agar mampu beradaptasi dengan tren yang terjadi. Bahkan aku cukup mengakui kemampuan Leo dalam menjadi CEO cukup kreatif dan ide-ide baru yang inovatif untuk menjaga b
WARNING 21++ SAKIT HATINYA ANI- ANI! SEKALI BERTINDAK TARUHANNYA REPUTASI!"Apa aku tak bisa mewakili PT Gold? Sedangkan aku...""Tidak! Aku tidak bisa mengizinkanmu," sahut Elbara."Kenapa?" tanya Elbara."Kau jangan konyol, Sheila? Apakah kau lupa bagaimana kejadian terakhir saat kita bermain golf bersama Dion di lapangan Magetan dulu?" tanya Elbara. Sheila terdiam, dia mencoba mengingat lagi kejadian beberapa minggu lalu. Saat itu memang Sheila mengamuk karena membela Elbara. Dion menolak mentah- mentah proyek screaning cancer yang di tawarkan PT Hadinata Wijaya sehingga menyebabkan Elbara kehilangan kepercayaan Pak Wijaya, mertuanya. Selain itu penolakan tander Catering sehat milik PT Gold juga di tolak karena lebih mementingkan CV milik Aruna. Itu membuatnya naik pitam. Tapi yang membuat Sheila heran mengap akhir- akhir ini Elbara berubah. Sheila mencoba memikirkan lagi, jujur saja dia memang takut Elbara berubah hati dan haluan. Dia belum memilik
WARNING 21++ CCTV BERBAGAI SISI"Aku akan bertingkah seliar mungkin! Sebinal mungkin! Aku harus bisa mendapatkan rekaman CCTV terbaik dari berbagai sisi," batin Sheila dalam hati sambil melirik ke arah CCTV yang ada di berbagai pojok kamar apartemen nya. Dia yakin Elbara tak akan pernah berpikir bahwa dirinya bertingkah sejauh ini. Apalagi hubungan Elbara dengan Sheila bukan hitungan hari lagi. Mereka bersama sudah dalam hitungan tahun. Itulah yang membuat Elbara lengah."Kau tak akan bisa bermain denganku, Sayang!" batin Sheila dalam hati. 'tek' tali pengait bra milik Sheila itu terlepas, dua buah dada langsung nampak terpampang di depannya muka Elbara. Dua gunungan yang sangat menonjol dengan puting berwarna pink yang mencuat. Elbara berkali- kali menelan ludahnya."Shit! Sungguh wanita ini benar- benar pandai merawat diri! Tak rugi rasanya aku mengeluarkan uang banyak untuknya," kata Elbara dalam hati. Elbara kemudian menyentuh payudara Sheila. Dia
KEPUTUSAN ARUNA"Ibu, ayok kita temui Eyang," pinta Bima."Ayo Aruna kita harus segera menemui Juragan Waluyo, Ayahmu. Kita harus meyakinkannya bahwa kita bisa bersama dan semua akan baik-baik saja," bujuk Dion.Aruna memandangi wajah Dion dan putranya bergantian. Dia menghela nafas panjang, kedua lelaki ini memiliki sifat yang sama ketika sudah menginginkan sesuatu maka mau tak mau harus terpenuhi saat itu juga. Namun Aruna memiliki pemikiran lain, dia harus mempertimbangkan semua baik buruknya sebelum mengambil keputusan itu."Pak Dion, maaf. Bima maafkan Ibu ya, jika keputusan Ibu kali akan mengecewakanmu. Bima, tidak semua keinginanmu harus dipenuhi kan? Ada beberapa hal yang kau tidak bisa memaksakan kehendakm karena ada kehendak lain yang Ibu inginkan," kata Aruna."Kau tak boleh egois menginginkan semuanya harus sesuai dengan maumu," sambungnya.Dion pun langsung menoleh menatap ke arah Aruna. Dia menggeleng tak percaya jika Aruna akan menolak ajakannya. Dion menatap Aruna de
MEYAKINKAN ARUNA MEMBUKA LEMBARAN BARU "Aku tak ingin kau kenapa-kenapa, kemarin badanmu sangat demam sekali," kata Dion. "Tenanglah Pak Dion, aku Lebih tahu bagaimana dengan badanku. Apalagi semenjak aku menjadi seorang ibu maka aku harus bisa menghindari semuanya serta harus mengerjakan semua hal secara sendiri dalam kondisi apapun. Hebat bukan? Dan lagi, aku tak terbiasa tidur terlalu lama," kata Elena. "Apakah yakin sudah benar-benar baik?" tanya Dion mencoba memastikan karena khawatir bibir Aruna masih sangat pucat pasi. "Tentu," sahut Aruna. "Aruna aku ingin bicara serius dengaanmu," ucap Dion lagi. "Apakah benar kau dari rumah bapakku, PakDion?" tanya Aruna. Dion pun menganggukkan kepalanya. "Ya aku dari sana," jawab Dion memangku Bima dan duduk di lantai menghadap ke arah Aruna. Aruna tersenyum kecut, dia benar-benar tak mengira jika Dion akan berbuat senekat ini. Bukan tak senang dirinya diperjuangkan hanya saja dia takut Dion menghadapi kerasnya sifar Juragan Waluyo
NEGOSIASI DENGAN BIMA!Dia ingin segera memberikan kabar gembira itu pada Aruna dan tak mau menunda lagi. Takut jika kedua orang tua Aruna berubah pemikiran. Dia harus sesegera mungkin mengajak Aruna ke sana lagi.Dion pun segera melajukan mobilnya menuju ke apartemen milik Aruna. Dia segera menuju ke kamar milik Aruna yang memang sedang tertidur karena badannya belum sembuh benar. Untung saja Aruna sudah memberikan kode akses masuk ke dalam rumahnya. 'Ting' pintu pun terbuka, dia melihat sekelilingnya mencari anaknya."Bima! Bima!" teriak Dion memanggil Sang putra."Ya Ayah Baik," sahut Bima dari dalam kamarnya. Dion pun segera masuk ke dalam kamar. Da melihat putranya sedang asyik bermain Lego sendiri.Dia tak melihat Aruna di sana."Dimana ibumu, Sayang?" tanya Dion. Bima menole dan tersenyum ke arah Ayah Baiknya."Em, Ibu ya? Dia sedang tidur Ayah Baik. Katanya badannya masih tidak enak, tapi aku sudah menjaganya dengan baik. Aku sudah memastikan ibu untuk meminum obatnya sama
MERESTUI DENGAN SYARAT?"Semua saya lakukan demi Aruna dan demi Bima semuanya. Seperti yang Bapak tahu sendiri, sampai saat ini pun Aruna juga belum memiliki sosok lelaki lain. Apakah Bapak berpikir jika Aruna tidak lak? Tentu dengan tegas dan jawabannya bisa kita ketahui semua tidak itu alasannya. Aruna sangat cantik dengan segala potensi yang dia miliki. Bukankah masih menjadi tanda tanya mengapa dia tak pernah menikah atau menjalankan hubungan baru dengan lelaki lain kan, Pak? Mengapa Aruna melakukan ini semua dan sebagai seorang laki-laki tentu Bapak tahu apa jawabannya kan?" jelas Dion.Juragan Waluyo terdiam mendnegar semua penjelasan Dion panjang lebar itu. Pun dengan Nyi Waluyo, ya mereka semua tidak bisa memunafikkan semua yang dikatakan oleh Dion benar. Selama ini Aruna bukannya tak laku tetapi dia memang menutup diri dan dia tahu alasan anaknya itu apa, yaitu Aruna susah sekali jatuh cinta dan mungkin cintanya telah habis bersama Dion. Apalagi sekarang dia memili
PERJUANGAN DION DI MULAI! PART 1 "Sudahlah Pak apalagi yang mau ditutupi? Toh ini kenyataan semalam aku yakin juga Aruna juga sakit. Tapi pertanyaannya apakah ada yang merawat atau tidak. Apakah kau merawatnya, Nak?" tanya Nyi Waluyo. Dion menganggukkan kepalanya. "Ya, Bu. Saya merawatnya dengan baik dan memang benar semalam Aruna sakit. Tenang saja, saya sudah memberinya pereda panas dan membuat bubur," jelas Dion. "Syukurlah kalau kau memang memiliki sedikit perhatian kepada Aruna. Sebenarnya bapaknya dari semalam juga sangat khawatir padanya, namun kau paham kan kadang seorang lelaki tidak bisa mengungkapkan rasa sayangnya. Tapi dia tak mau menunjukkan kekhawatirannya itu pada Aruna," ucap Nyi Waluyo. "Kau tahu sendirilah kadang lelaki itu memang memiliki titik egois dan rasa cemburu kepada anak perempuannya yang sedikit berlebihan" ujarnya. Baru setelah mendengar pernyataan dari Nyi Waluyo itu sekarang dia mengerti ke mana arah
MEMBUKA TABIR MASA LALU DI HADAPAN ORANG TUA ARUNA"Berani juga kau ke sini!" kata juragan Waluyo dari arah samping. Dion pun menoleh, dia melihat juragan Waluyo datang dengan menggunakan tongkatnya dan memakai pakaian hitam-hitam nampak sangat elegan dan wibawanya sangat keluar. Beda dengan tadi malam yang mungkin karena diliputi amarah yang besar sehingga tak menampakkan wibawa juragan Waluyo. Seketika jantung Dion berdetak kers, dia segera menyalami Juragan Waluyo meskipun merasa sedikit ngeri juga dengan penampilan juragan Waluya yang terkesan seperti dukun bagi Dion. Juragan Waluyo hanya menanggapi sekilas lalu duduk."Duduklah!" perintah juragan Waluyo. Dion pun duduk di berhadapan dengan juragan Waluyo."Ti! Narti! Buatkan minuman untuk tamu, Ti!" perintah Juragan Waluyo lagi."Nggeh Juragan!" sahut suara seorang wanita dari belakang."Sialan sepertinya memang Aruna bukan berasal dari keluarga sembarangan. Ini mungkin yang disebut dengan orang kaya tetapi hidup di desa, sungg
MENDATANGI JURAGAN WALUYO!Pagi harinya Aruna terbangun saat sinar matahari datang, masuk ke kamarnya melalui kelambu. Aruna langsung mengerjapkan matanya. Dia melihat ke arah bawah, ternyata Dion sedang memegangi tangannya tidur di kursi sofa yang di dekatkan pada tubuhnya. Sedangkan Bima berada di pelukannya. Aruna pun mulai beranjak untuk membuat sarapan untuk mereka, untung saja semalam Dion dengan gesit merawatnya. Kepalanya sudah tak pusing lagi."Aruna kau sudah bangun? Masih pusing? Bagaimana keadaanmu?" tanya Aruna."Aku sudah lumayan Baik, Pak Dion. Kau tak papa tidur dibawah begitu? Apa kau tak masuk angin nanti? Kau tidur di ruangan AC tanpa selimut. Kau baik-baik saja? Aku buatkan susu jahe ya," kata Aruna mulai khawatir. "Tenanglah, Aruna. Ini semua tidak sebanding dengan apa yang kau dan Bima sudah rasakan dulu. Aku tak masalah, jadi kau jangan khawatir," jawab Dion."Terima kasih ya, Pak Dion. Terima kasih kau sudah merawatku, berkat dirimu aku merasa jauh lebih ba
Aruna Sakit!"Ibu, Ibu dan Ayah baik tak apa-apa kan? Kalian akan bersama kan?" tanya Bima."Tidur yuk!" ajak Aruna pada Bima.Dion menoleh, dia melihat Aruna memperjuangkannya seperti ini, tiba-tiba perasaan bersalah dan menyesal bergelanyut di benaknya. Dulu dia meninggalkan Aruna dan salah paham kepadanya sampai bertahun-tahun akhirnya Aruna harus menyimpan semua kesakitan ini sendiri. Kerasnya hidup mengasuh Bima, hambatan yang dilakukan dan dirasakan hanya bisa dirasakan dengan juragan Waluyo. Orang yang seharusnya tak ikut bertanggung jawab dalam masalah ini. Itulah yang membuat dia menutupi kebodohannya sendiri yang sangat egois. "Apakah Eyang tak suka dengan Ayah Baik? Apakah Eyang akan melarang Ayah Baik ke sini?" tanya Bima."Tidak kok. Eyang tak marah," kata Aruna."Lalu kenapa tadi Eyang langsung pulang dan marah?" tanya Bima."Mungkin Eyang lelah. Maaf ya jika kau harus terbangun. Sekarang tidur ya, Nak," perintah Aruna sambil menggendongnya."Ayah Baik, ayok! Temani Bi
NYI WALUYO TURUN TANGAN!"Eyang, Apakah Eyang Kakung tahu jika Bima dan Ayah baik memiliki persamaan? Kami memiliki penyakit yang istimewa dan hanya diderita oleh orang-orang tertentu saja. Bukankah selama ini Eyang dan Ibu selalu panik pada perasaan yang dirasakan Bima dan kesakitan ini? Tetapi sekarang rasanya Ibu dan Eyang tidak perlu khawatir lagi, karena ada Ayah Baik yang akan menemani Bima. Kami seringkali meminum obat bersama, karena memang kami harus minum vitamin untuk menjaga dunia. Benar kan Ayah Baik?" tanya Bima sambil mengusap air mata Dion yang juga turut jatuh.Juragan Waluyo langsung terdiam mendengar pernyataan cucunya itu. Ya dia tidak bisa berbuat apa-apa lagi jika yang mengatakan hal seperti itu adalah Bima. Karena memang selama ini dia sangat mencintai Bima dan tidak ingin terjadi hal-hal mengerikan pada Bima."Eyang, kenapa Eyang harus marah-marah kepada Ayah Baik? Percayalah sungguh Ayah Baik ini adalah orang yang sangat baik sekali kepada Bima, juga pada Ibu