"QianQian, kamu pasti merindukan Sekte Emei. Setelah pernikahan kita, kita akan pulang meminta restu pada Guru." Xuan Yuan merengkuh tubuh Xin Qian erat. Terlalu banyak penderitaan harus dialami oleh keduanya sejak dua bulan terakhir. Xuan Yuan merasa bersalah pada calon permaisurinya tersebut. Saat ini, Xin Qian bicara ngelantur, mungkin karena tekanan besar atas penderitaan hidup selama ini. Xuan Yuan merasa bersedih untuk itu. Seharusnya, Xuan Yuan hadir memberi kebahagiaan untuk Xin Qian, tapi sekarang justru dia membawa gadis itu dalam masalah wabah. Rasa kecewa pada Kaisar kembali hadir menghentak di dalam dada Xuan Yuan."Aku lupa Sekte Emei ada dimana," gumam Xin Qian linglung. Bagaimana dia bisa membawa Xuan Yuan ke Sekte Emei, sedangkan dia tidak tahu dimana Sekte Emei berada. Saat itu, dia hanya asal bicara. Siapa sangka ternyata Sekte Emei benar-benar ada di zaman ini.Xin Qian benar-benar tidak berdaya. Dia tidak tahu harus berkata apa."QianQian, lain kali kamu tidak
Hatsii hatsii hatsiiHuantian yang ada di kereta bersin-bersin beberapa kali. Hidung Pangeran tampan itu sampai memerah. "Siapa yang berani membicarakanku di belakang?" dengusnya kesal setelah bersinnya reda. Hatinya sedang tidak baik-baik saja masih ditambah lagi harus bersin-bersin. Benar-benar sangat menyebalkan.Sepanjang hari, dia hanya bisa mengeluh. Sudah jauh-jauh menempuh perjalanan dari Hangzhou ke Tangluo. Ternyata Xin Qian menolaknya dengan kejam. Ada begitu banyak wanita di dunia ini, kenapa dia harus berebut dengan Xuan Yuan? Jika adiknya itu tahu, ini hanya akan menambah masalah di antara mereka berdua saja.Huantian sudah merasa sangat lelah harus selalu bersitegang dengan Xuan Yuan. Pada akhirnya, dia tidak pernah menang dari adiknya itu."Aku belum rela harus mengalah padamu kali ini, Yuan'er," keluhnya dengan hati dongkol.Pangeran tampan itu membuka tirai kereta. Ingin melupakan rasa kesalnya, dia mencoba mengajak bicara Changyi yang mengawalnya dengan naik kuda
Kaisar sedang berdiri di menara tertinggi di Istana. Dari sana, Kaisar Murong Tian Yi menikmati pemandangan Kota Hangzhou yang seindah surga. Perkebunan teh yang begitu luas di luar pemukiman penduduk Kota Hangzhou, memanjakan pandangan mata. Di masa pemerintahan Kaisar Murong Tian Yi, Hangzhou adalah penghasil teh berkualitas tinggi yang dikenal di seluruh dunia. Selain itu, Hangzhou juga merupakan penghasil sutera yang menguasai perdagangan di lima negara lainnya. Tidak heran jika kemakmuran Da Liang dikenal di seluruh dunia."Di langit ada surga, di bumi ada Hangzhou," gumam Kaisar pelan."Kota Hangzhou begitu indah. Tidak berlebihan jika diungkapkan keindahannya dibandingkan dengan surga," sahut Kasim Bao yang berdiri di sisi Kaisar. Pencapaian yang luar biasa. Penduduk kota hidup dengan makmur berkat kebijaksaan Kaisar. Apalagi, dalam beberapa tahun ini, Kaisar telah membebaskan pajak bagi para penduduknya.Seekor merpati putih mendarat di tembok pembatas menara. Kasim Bao berge
Saat rapat pagi di Pengadilan Istana, Kaisar memerintahkan kepada para pejabat untuk menyiapkan acara penyambutan Pangeran Ketiga yang akan datang dari Kota Tangluo. Saat mendengar perintah ini, para pejabat tidak ada yang berani bersuara. Penasihat Lao Haocun juga bungkam seribu bahasa. Dialah orang yang paling getol memprovokasi semua pejabat untuk menolak ide mengeluarkan kas negara dan juga ide donasi untuk Tangluo. Sekarang, Pangeran Ketiga bisa menyelesaikan masalah Tangluo lebih awal. Tamparan keras yang nyaris tidak sanggup ditanggungnya.Perdana Menteri Lin merasa mendapatkan panggung. Dulu, dia dan Menteri Hui Feng Qiu sangat getol untuk memperjuangkan ide mengambil donasi dari para pejabat."Langit memberkati Pangeran Ketiga. Dalam waktu yang begitu singkat, Pangeran Ketiga telah berhasil mengendalikan wabah di Kota Tangluo. Jasa besar ini, layak untuk mendapatkan bintang jasa." Perdana Menteri berkata dengan penuh bangga. Perdana Menteri adalah salah satu pejabat yang me
Iring-iringan kereta kuda yang dikawal dengan ratusan prajurit tiba di luar kota Hangzhou. Ada sepuluh ribu pasukan Hui Feng Qiu yang menyambut Panglima Perang Da Liang di sana. Corak militer begitu kental saat acara penyambutan. Xin Qian tidak banyak berkomentar. Gadis itu hanya harus berada di sisi Xuan Yuan dalam setiap kesempatan."Qian'er, apa kamu yakin akan menikahinya?" Huantian mempunyai kesempatan mendekati Xin Qian ketika Xuan Yuan begitu sibuk dalam seremonial penyambutan."Kakak Ipar Pertama, kenapa Anda masih mempertanyakan ini. Kami berdua saling mencintai," balas Xin Qian pelan."Kenapa kamu tidak mempertimbangkan aku sama sekali?" Sepasang netra Putra Mahkota sangat redup ketika menatap Xin Qian. "Kakak, Anda sudah mempunyai begitu banyak wanita cantik. Tidakkah mereka semua sudah cukup?" Xin Qian membuang napas gusar."Qian'er, aku bisa kehilangan mereka semuanya, tapi aku tidak bisa kehilanganmu!" sahut Huantian dengan wajah sedih. Xin Qian menginginkan pria lajan
Suasana mengharu biru di Istana Xi Wei tak bisa dihindari. Selir Hui Yuan Shi menumpahkan semua rasa yang telah ditahannya dua bulan ini. "Yuan'er, Ibunda hampir mati karena khawatir." Melepas kepergian putranya ke tengah wabah, rasanya tidak sama dengan melepasnya ke medan perang. Setiap hari Selir Hui dihantui rasa takut putranya akan tertular dan mati. Tekanan yang luar biasa harus dirasakannya selama dua bulan ini.Xuan Yuan menggenggam tangan Selir Hui untuk menenangkan."Ibu, Ananda baik-baik saja. QianQian menjaga dan merawatku dengan baik." Sepasang netra phoniex milik Selir Hui beralih pada Xin Qian yang ada di sisi Xuan Yuan."QianQian, kamu juga baik-baik saja?" tanya Selir Hui."Ibu, aku baik-baik saja. Anda jangan khawatir." Selir Hui baru bisa bernapas lega ketika melihat Xuan Yuan dan Xin Qian baik-baik saja. "Bagus, kalau begitu pernikahan kalian tidak perlu ditunda lagi. Yuan'er, ayahmu sudah menyiapkan sebuah perayaan yang megah untuk pernikahan kalian." Selir H
Semakin dekat dengan hari pernikahan, kesibukan yang ada di Istana Xi Wei semakin terlihat. Hilir mudik para pelayan yang harus memastikan segala sesuatunya tidak terlewat. Lampion yang terpasang setiap lima langkah membuat suasana malam terlihat lebih semarak dibanding hari lain.Kendati demikian, segala kericuhan yang terjadi di Istana Xi Wei tersebut, tidak bisa menembus masuk Paviliun Xing He. Kondisi Paviliun tersebut masih sama seperti sebelumnya, tidak terjamah.Hanya pelayan khusus saja yang diizinkan untuk masuk dengan pengawasan ketat dari penjaga. Mereka harus segera pergi setelah tugas yang dilakukan telah usai."QianQian, aku sudah tidak sabar menunggu hari pernikahan kita," ungkap Xuan Yuan dengan wajah cemberut saat keduanya makan malam berdua di Aula.Wajah Xin Qian memerah menahan malu. Setiap saat pria ini selalu saja mengatakan hal yang sama. "Bukankah lusa kita menikah?" sahutnya tanpa memandang Xuan Yuan.Membicarakan hari pernikahan dengan pria ini sepertinya bu
Semalaman tiga pengawal memindai setiap sudut Paviliun, akan tetapi tidak menemukan sosok Zhou Yuwen. Pangeran Ketiga sangat kesal karena tidak berhasil menangkap pembuat onar itu sekarang. Hingga pagi menjelang, Xuan Yuan tidak bisa tidur. Dia hanya duduk di sisi luar ranjang tempat Xin Qian tidur.Tak ingin meninggalkannya barang dari detik pun. Bahkan pengawal rahasia yang bersembunyi dalam kegelapan berjaga mengelilingi Aula samping untuk memastikan tidak terjadi sesuatu pada majikan mereka. Xin Qian adalah majikan mereka. Semua pengawal sudah mengakuinya, tak ada yang berselisih dalam hal ini."Kenapa wajahmu begitu kesal?" tanya Xin Qian ketika bangun tidur mendapati Xuan Yuan duduk dengan wajah penuh amarah."Zhou Yuwen datang ke paviliun Xing He. Apakah kamu tidak merasa ini sangat aneh?" Pangeran Ketiga menatap Xin Qian yang baru saja bangun tidur."Aku akan mandi dulu." Xin Qian bergegas bangkit. Biasanya, Shu Ling sudah menyiapkan air hangat untuk mandi. Namun, Pangeran