Dia sudah keras kepala dari kecil, tidak bisa mengucapkan kata-kata manis kepada orang lain, sangat independen dan punya prinsip. Wajar saja jika ayahnya tidak perlu mengkhawatirkan dirinya.Ibu kota.Sera terbangun dari mimpi buruk di tengah malam dan buru-buru duduk. Dia teringat mimpi buruk, seluruh tubuhnya dingin dan gemetar. Dia bermimpi Deon berbaring dengan penuh darah, semua orang sibuk berperang dan tidak ada yang melihat dirinya.Lara meronda pada malam ini. Dia bergegas masuk, menuangkan segelas air, dan bertanya, "Putri Mahkota, ada apa? Apakah Putri bermimpi buruk?"Dahi Sera berkeringat. Dia mengulurkan tangan dan menyeka keringatnya . Seluruh tubuhnya tampak panik. Setelah mengambil gelas air dari Lara, langsung diminum habis, dan kemudian bertanya dengan wajah pucat, "Kenapa kamu masih berjaga malam-malam? Bukankah aku sudah minta kamu pergi, pergilah tidur.""Saya khawatir Putri terjaga di tengah malam. Apakah sudah merasa lebih baik?" Lara mengambil gelas dan me
Keduanya merasa sedikit malu, mereka hampir tidak bisa membedakan antara mimpi atau kenyataan."Ada apa? Kalian mimpi buruk? Tadi memanggil ayah." Sera berjalan dengan cepat dan memeluk kedua anaknya. Sera merasa bahwa suhu tubuh mereka agak tinggi. Dia terkejut mengukur suhu di dahi mereka.Demam!"Lara, Fara, kalian berdua masak air dan bangunkan pengasuh." Sera membalikkan badan dan memerintahkan mereka. Setelah keduanya bergegas keluar, Sera mengeluarkan kotak obat dan mengambil termometer pengukur panas dari dalam kotak obat.Setelah memeriksa dengan termometer, ternyata suhu mereka 400. Untung saja hal ini tidak membuat Sera panik.Pengasuh mendengar para pangeran deman, bergegas bangun dan berkata, "Tadi sebelum tidur mereka baik-baik saja, kenapa ya, kenapa bisa demam?"Sera melihat wajah pengasuh yang pucat pasi, mereka mengkhawatirkan si Kembar, dan juga takut disalahkan oleh Sera. Mereka buru-buru berkata, “Tidak apa-apa, anak-anak memang sering demam, sudah biasa.”"
"Demam juga tidak boleh bicara sembarangan!" Kata Bakpao dengan marah dan menoleh ke arah Seven Up, "Apa yang kamu impikan?"Seven Up menggelengkan kepalanya, "Aku mimpi ayah pulang.""Benar, ayah akan memenangkan perang dan segera pulang. Mulut itu buat makan, bukan untuk berbicara sembarangan." Bakpao memarahi adiknya dan berbalik untuk menenangkan Sera, "Ibu, jangan khawatir, jika terjadi sesuatu dengan ayah, kami pasti tahu, kami tidak merasakan apa-apa maka tidak terjadi apa-apa sama sekali. "Sera sedikit tersenyum, "Baik, Ibu tidak khawatir, kamu tidurlah, Ibu akan merawat adikmu, mereka masih demam.""Baik, Ibu tidur di sini!" Bakpao menarik tangannya, Onde-Onde dan Beras Ketan yang baru terbangun duduk dengan bengong menatap mereka, karena tidak tahu apa yang terjadi.Sera meminta semua orang untuk beristirahat. Dia hanya menatap si Kembar. Setelah berbaring, si Kembar tidak mengatakan apa-apa lagi, tapi sepertinya sedikit takut.Sera juga takut akan hal itu. Ini sama se
Sera terkejut. Dia duduk dan melihat dahi mereka. Dia menemukan sepertinya ada beberapa memar di dahi, tapi itu tidak terlihat jelas. Dia mengulurkan tangannya dan memegangnya dengan lembut, "Apakah sakit?""Sedikit!"Sera bertanya, "Apakah kalian terjatuh hari ini?"Bakpao berkata dari samping, "Jatuh. Jatuh dari pohon kemarin. Pengasuh tidak melihatnya."Sera menoleh untuk melihat Bakpao, "Mengapa kamu tidak memberi tahu Ibu ketika kamu melihatnya?"Bakpao berkata, "Mereka bilang tidak sakit. Lagi pula, mereka segera akan sembuh. Luka akan sembuh dengan sendirinya. Ini hanya masalah waktu pemulihannya."Sera mengerutkan kening, "Tapi mereka terjatuh kemarin dan hari ini belum sembuh. Tidak, ini sudah lewat tengah malam. Ini hari ketiga. Kenapa masih sakit?"Wajah si Kembar tenang dan berperilaku baik, mereka tidak berani menjawab, mereka hanya mengulurkan tangan dengan lembut mengusap dahi dan di antara alis mereka.“Apakah kepala kalian terbentur?” Hati Sera mencelos, “Apaka
Bakpao dan Beras Ketan duduk bersama dan mengerumuni Sera, "Aku dan Ibu akan mengawasi adik bersama-sama."Sera memandangi ketiga wajah kecil yang sangat mirip, serta ekspresi wajah mereka yang bijaksana dan berperilaku baik, dan merasa sangat terhibur. Dia tidak memaksa mereka untuk tidur, dan membiarkan mereka menemaninya menjaga si Kembar.Setengah jam kemudian, demam si Kembar benar-benar mereda. Sera memanggil mereka, dan mereka menjawab dengan linglung dan tertidur lagi. Ketika hampir jam 05.00, para Dimsum tidak tahan lagi dan tertidur satu per satu.Tapi setelah tidur beberapa saat, Bakpao membuka matanya lagi dan mengumpat dengan marah, "Kalian bilang kalian tidak enak badan, kalian masih bisa pergi ke rumah nenek lagi?"Begitu mendengar kata-kata ini, Sera merasa sangat lega dan mengusap matanya yang sakit. Bisa pergi ke rumah nenek berarti mereka bisa mengendalikan pikiran mereka sesuka hati.Dia membangunkan si Kembar dan meminta mereka meraih sesuatu. Si Kembar duduk
Setelah memasuki istana, Selena Rong tidak langsung menemui Kaisar Ming Yuan. Sebaliknya, dia pergi ke istana Selir Hu dan mendiskusikan berbagai gejala kehamilan dengan Selir Hu. Ketika topik menjadi sedikit memanas, dia dengan santai bertanya, "Ayah Kaisar, apakah sibuk dengan urusan pemerintahan akhir-akhir ini? Apakah beliau punya waktu untuk menghabiskan waktu bersamamu?"Selir Hu tersenyum dan berkata, "Aku telah makan malam bersamanya beberapa hari terakhir ini."Selena Rong bertanya, "Oh, Ayah Kaisar sangat baik kepada istrinya. Kudengar Ayah Kaisar tidak suka ada orang yang makan di meja yang sama. Ngomong-ngomong, apakah Ayah Kaisar ada khawatir dengan peperangan?"Selir Hu mengangguk, "Tentu saja khawatir, tetapi Kaisar berkata bahwa dia sangat percaya pada Kaisar Tertinggi dan Putra Mahkota, dan dengan bantuan Pangeran Feron kali ini, Dinasti Tang Utara pasti akan memenangkan perang."Ayah Kaisar menjadi sangat optimis dan bisa makan bersama Selir Hu setiap hari, pikirn
"Kasim Myles sedang menunggu di luar ruang kerja kekaisaran."Selir Hu berpikir sejenak dan berkata, "Kamu pergi ke dapur dan bawakan sup ginseng. Aku sendiri yang akan pergi ke sana."Ini agak tidak seperti biasanya. Hal terpenting di pemerintahaan saat ini adalah fokus perang dengan Kerajaan Beimo. Semua masalah besar lainnya telah ditunda. Selain perang, tidak ada yang bisa membuat Kaisar melewatkan makan siang dan makan malam, dan mendiskusikan masalah di ruang kerja kekaisaran.Dia meminta pelayan istana untuk menemaninya membawa sup ginseng dan menuju ke ruang kerja kekaisaran. Di dalam ruang kerja kekaisaran, pengawal kekaisaran menjaga dan tidak ada yang diizinkan mendekat. Bahkan selir Hu pun tidak diizinkan masuk.Kasim Myles melihatnya dari kejauhan dan buru-buru menghampiri, "Yang Mulia, kenapa Selir ada di sini?"Selir Hu memandangi Kasim Myles dan melihat ekspresi cemas serta sedih di wajahnya, namun Kasim Myles masih bisa memaksakan diri tersenyum. Selir Hu merasa l
Selir Hu sangat khawatir ketika dia mendengar bahwa Kaisar terluka dan bertanya, "Apakah kamu meminta tabib kekaisaran untuk melihatnya?"Kasim Myles berkata, "Yang Mulia tidak mau memanggil tabib. Kaisar sekarang dalam keadaan cemas. Kaisar kehilangan kesabaran setelah mengucapkan beberapa patah kata. Baru saja, para pejabat tidak dapat memberikan masukkan yang baik, dan mereka semua dihukum berlutut. Yang Mulia, silakan pulang. Jangan sampai Kaisar tahu yang saya katakan kepada Selir , jika tidak, saya juga akan dihukum.”Selir Hu berkata, "Kalau begitu tolong Kasim jaga Kaisar. Tolong bujuk dia untuk minum sup ginseng ini. Aku … aku tidak bisa membantumu sama sekali. Aku hanya berharap Putra Mahkota selamat."“Yang Mulia, silakan kembali!” Kasim Myles sangat ketakutan saat mendengar gerakan di ruang kerja kekaisaran sehingga dia buru-buru membawakan sup ginseng untuk mengantar Selir Hu pergi.Selir Hu melirik ke pintu ruang kerja kekaisaran dengan cemas, dan seorang pejabat kelu