KAU TIDUR DI MANA, MAS?
-POV AUTHOR-“Astagfirulloh, kok bisa sih, Mas?” kata Sifa terkejut akhirnya dia mau membuka suara. Karena semenjak di ruangan operasi Sifa mendiamkan Rio.“Tadi ada kerjaan, Dek! Urgent dan penting banget jadi buru- buru sampai harus ninggalin kamu, Mas gak fokus karena mikir kamu di yang di UGD rumah sakit dan berniat hanya tanda tangan aja, lalu segera balik ke rumah sakit. Ehh! pas itu Mas lupa naruh HP di mana,” kata Rio sambil menggaruk kepalanya.“Coba deh, telp pakai Hp Sifa, barangkali masih rejeki dan ketemu,” kata Umi Laila. Sifa bergegas mengambil Hpnya dan menelpon nomer Rio beberapa kali. Ya Allah semoga Gendhis tidak mengangkat telp Sifa.“Nyambung kok sebenarnya, Mas! Cuma gak di angkat,” kata Sifa panik."Alhamdulillah ya, Allah!" batin Rio lega. Nampaknya Allah sedang menutup aib Rio lebih lama, Gendhis tak mengangkat telpon Sifa.“Udah gak papa kok, Dek! Besok aja beli HP lagi! Kalo rejeki di dapet orang baik HPCUKUP ATAS SANDIWARAMU, MAS!-BALIK KE POV AUTHOR ❤- “Jangan pernah berbohong lagi Mas, aku tau kau menemui wanita itu bukan? Cukup aku jangan orangtua kau bohongi” Kata sifa sambil menggenggam tangan Rio sangat erat. Rio terdiam, bagaimana bisa Sifa mengetahui keberadaannya? Sifa terus berjalan kembali ke ruang rawat inapnya di ikuti tanpa bicara apapun lagi. Rio juga terdiam sambil mengiikuti langkah kaki istrinya di belakangnya. Purwati memang sengaja meninggalkan mereka berdua untuk sholat subuh di mushola.“Tidurlah, biar kau segera pulih! Aku yang menjaga Farhat saat dia bangun nanti,” ujar Rio pada Sifa.Sifa diam tak menjawab, dia berbaring pada ranjang kasur rumah sakit. Tubuhnya miring membelakangi Rio yang sedang sibuk menenangkan anak mereka yang baru bangun tidur. Air mata Sifa berjatuhan. Rasanya dia ingin menyerah saja dengan semua takdir yang dia jalani saat ini. Setan dalam hatinya berbisik mumpung dia mengalami keguguran dan tak jadi hami
KESEMPATAN EMAS!-BALIK KE POV AUTHOR ❤- “Apa yang sakit? Sebelah mana?” Desak Purwati bertanya.“Tidak Bu, tadi sempat sakit sebentar, tapi ini sudah enak kok,” kata Sifa sambil mengusap air matanya. Dia tak ingin mertuany khawatir dengan keadaannya. Apalagi jika mertuanya tahu jika dia menangis. Tentu akan menjadi beban Purwati nanti.“Sifa, mau sarapan dari rumah sakit? Atau kepengen apa? Biar Ibu belikan, Nduk!” tawar Purwati lagi pada menantunya. Dia sangat menyayangi Sifa layaknya putrinya sendiri.“Sifa makan apa saja yang ada, Bu! Cukup nasi dari rumah sakit saja, Ibu mau Sifa pesankan makan online?" tanya balik Sifa. Karena jatah rumah sakit hanya untuk pasien saja.“Tak mau makan bubur ayam? Nasi pecel? Lontong sayur? Jika Sifa mau maka sekalian saja Ibu beli di luar rumah sakit,” jawab Purwati.Sifa menggelengkan kepalanya. Rio beranjak pergi setelah mencium kening Sifa sekilas. Dia duduk di sofa sambil memperhatikan Farhat yang asik bermain legonya. Wajahnya Farhat putra
JUJURLAH SAYANG!-BALIK KE POV AUTHOR ❤- “Tidak Mbak terimakasih ya” kata Sifa."Kau bilang HP mu hilang, tapi Allah tunjukkan sekarang! Aku harus membuka semua," batin Sifa dalam hati.Petugas itu mengangguk dan berpamitan setelah menyerahkan Hp Sifa. Kini Sifa sedang mencoba berusaha membuka handphone Rio. Ternyata tak bisa, HP itu memiliki sandi yang Sifa sendiri tak tahu apa sandinya. Sifa mencoba memasukkan tanggal pernikahan mereka dan salah. Tanggal lahir Rio juga salah, Sifa bingung apa sandi HP, Rio sebenarnya. Mengapa sekarang dia mengkode HP yang dulu biasa tergeletak begitu saja. Satu notif pesan masuk.[Ok. Aku akan pulang sendiri, Mas tak sayang aku lagi]“Astagfirulloh... Laillahaillah... Allah,” ujar Sifa langsung lemas melihat chat itu sekilas. Tangan Sifa gemetar sampai HP Rio terjatuh ke lantai. Dia syok melihat pesan yang terbaca. Walaupun sekilas sangat jelas bahwa pesan itu mengatakan sayang. Sakit hati Sifa mengetahui hal itu."Bagaimana mungkin kau tega melaku
WANITA SIMPANAN ANAKKU!-BALIK KE POV AUTHOR ❤- “Kenapa?" tanya Rio melihat respon Gendhis yang hanya membeku."Baby," panggil Rio sambil membalikkan badan Gendhis. Dia menatap tajam wanita yang di cintainya itu. Tapi tatapan mata berkaca- kaca Gendhis meruntuhkan tatapannya."Padahal Mas dateng loh, Sayang! Mas sampai bela- belain datang dan rela meninggalkan Mbak Sifa demi menemuimu, kau malah dingin begitu,” kata Rio mencium bibir Gendhis sekilas. Gendhis tetap diam dan merajuk, Rio memeluk Baby binalnya itu dengan erat.“Maafin Mas ya! Maaf jika semalam Mas meninggalkanmu sendirian! Takut ya, Baby? Maaf sekali," ucap Rio."Kau bingung ya mencari, Mas? Maaf ya! Maaf sekali sudah membuat kau harus sarapan sendiri! Janji lain kali Mas akan menginap lama bersamamu,” ucap Rio sambil memeluk gadis yang di cintainya itu lagi.“Janji ya kita liburan lagi ke Bali,” pinta Gendhis dengan manja.“Semuanya untukmu Baby, apapun inginmu! Mas akan mewujudkan itu semua,” kata Rio sambil menciumi
KEGELISAHAN PURWATI-BALIK KE POV AUTHOR ❤- "Bu? Dari mana?" tanya Sifa yang tiba- tiba bangun dari tidurnya dengan mata sembab."Loh kau kenapa, Ndu?" tanya Purwati sambil berjalan mendekati Sifa yang matanya sdah sembab sekali. Dia mengelus lengan Sifa, dan mendudukkan Farhat di pinggir ranjang.“Uti (Panggilan untuk nenek singkatan dari Eyang putri) dan Farhat tadi dari mana?” tanya Sifa mengalihkan perhatian dan pertanyaan mertuanya.“Ini membeli camilan dan mainan untuk si Farhat! Takut nanti di rumah sakit dia bosan dan mengajak pulang, tahu sendiri to namanya anak- anak mudah bosan! Le, tunjukkan ke Umimu mainan barumu yang di beli tadi dengan Uti,"” perintah Purwati pada cucunya sambil mengeluarkan belanjaan yang ada dalam kantong kresek hitam.“Masyaallah banyak sekali to, Bu? Ayok Farhat sudah bilang matursuwun belum sama Uti? Terimakasih ya, Bu,” kata Sifa tulus sambil menyuruh putranya berterimakasih pada neneknya. Sifa selalu mendidik anakn
TREK LISANG (BAYI MENINGGAL KEGUGURAN)-BALIK KE POV AUTHOR ❤- “Siapa wanita yang bersamamu tadi Rio?” tanya Purwati.Glek Rio menelan ludahnya kasar. Sejuta tanya memenuhi benak Rio. Apakah sang Ibu tahu semuanya? Mengapa bisa sang Ibu tahu? Apa yang harus Rio katakan saat ini?“Jawab Ibu...” bentak Purwati dengan tegas.“Emmm... Apa sih, Bu? Rio tak mengerti dan tak paham tentang apa yang Ibu katakan! Wanita siapa Bu?” tanya balik Rio.“Wanita di lorong rumah sakit yang kau antarkan ke mobil tadi! Siapakah dia? Via?” tanya Ibu Rio sambil memandang putranya dan menghentikan langkah kakinya.Rio terdiam, apakah ini saatnya mengenalkan sosok Gendhis pada orangtuanya. Apakah Gendhis bersedia di perkenalkan. Lalu apa yang terjadi jika mereka sudah berkenalan."Ah sial! Harus apakah aku saat ini?" batin Rio bingung.“Dari raut wajahmu sepertinya bukan Via! Dia lebih tinggi dan lebih berisi dari pada Via. Seingat Ibu Via dulu kurus dan pendek," t
SALAH ORANG TUA YANG MEMAKSA!-BALIK KE POV AUTHOR ❤- “Ini tentang anak kita Rio, Pak!” ucapnya sambil menatap mata suaminya dalam- dalam.“Ada apa?”“Sepertinya Rio mulai bermain api di belakang Sifa! Bagaimana rumah tangganya yo, Pak?" tanya Purwati."Apa maksudmu, Bu?" tanya Suhadi mengernyitkan keningnya heran dengan ucapan sang istri."Ibu memergokinya dengan wanita saat di rumah sakit ketika Sifa keguguran. Dia benar- benar sedang mengantarkan seorang wanita tadi pagi di rumah sakit, Pak!” adu Purwati.“Apa dia juga melahirkan anak Rio?" tanya Suhadi penasaran. Walau bagaimanapun anak itu tidaklah salah dan tetap cucunya walau dia di lahirkan bukan dari istri sah. Begitulah anggapan Suhandi.Ibu Rio menggelengkan kepalanya. Membuat harapan Suhadi ini pupus. Padahal dia mengidamkan cucu baru lagi.“Sepertinya tidak Pak, entah ada keperluan apa wanita itu sampai berada di rumah sakit yang sama dengan Sifa, jujur saja, Pak! Aku snagat cemas sekarang ini,” ucap Purwati.“Apa kau ke
ADAT BUDAYA KEJAWEN DAN ISLAM YANG DI SATUKAN!-BALIK KE POV AUTHOR ❤- “Tapi Pak...”“Sudahlah Bu, biarkan mereka menjalani rumah tangga sendiri! Jangan pernah kau sampai bertanya pada Sifa tentang masalah ini, jangan mengadukan apapun pada Sifa. Biarkan ini menjadi rahasia kita saja. Kecuali jika Sifa meminta pendapat kita, atau Rio meminta pertimbangan kita untuk memecahkan masalah atau mencari solusi. Baru kita boleh memberikan pendapat. Jika tidak, sebaiknya kita diam tak usah banyak bicara atau jadi pahlawan kesiangan! Tugas kita adalah mengarahkan anak kita Rio saja karena itu bentuk tanggung jawab kita sebagai orang tua, jangan sampai ikut terlalu dalam,” sahut Suhadi memotong pembicaraan istrinya.“Entah apa yang membuat Rio keblinger (Salah jalan) sampai wanita sebaik Sifa di sia- siakan, Pak! Bahkan jika Ibu menjadi lelaki akan merasa sangat beruntung bisa mendapatkan istri seperti Sifa,” ucap Purwati.“Buk.. Nyebut (Mengucap istighfar)! Jangan terlena kau! Apa yang terliha