KERAMAS DI SIANG HARI!
-POV AUTHOR-“Kau dari rumah simpananmu? Lalu keramas? Kau masih bisa melakukannya? Memuaskan nafsu mu? Tak ingatkah kamu Le, anak dan istrimu di rumah?” tanya Purwati yang memandangi penampilan anak lelakinya itu.“Aaa...apa maksud ibu?” tanya Rio tergagap."Mengapa rambutmu basah? keramas siang hari?" Ucap Purwati setengah mengejek dengan senyum sinis ke arah Riau."Apa... Maksud Ibu?" tanya Rio yang memang benar-benar tak tahu sambil menerbitkan keningnya heran. Perasaan dirinya tidak melakukan kesalahan apapun tapi mengapa ibunya bisa tahu dia pulang dari rumah Gendis. Apakah memang benar kata pepatah bawa insting seorang ibu itu kuat sampai dia bisa tahu hal apa saja yang Rio lakukan atau memang ini semuanya kebetulan saja."Kau jangan berpura- pura bodoh Le, kau pasti tahu maksud perkataan Ibu. Siapa sebenarnya wanita itu?" tanya ibu Rio sambil memegang sutil yang panas.Rio terdiam membisu, dia tak mampu mengatakan apapun diDUA LELAKI!-POV AUTHOR-"Jujur saja Le, Bapak juga kecewa padamu. Harusnya kau tak mengambil langkah sejauh ini. Tapi mau di kata apa lagi, semua sudah terjadi. Kita hanya bisa memperbaiki apa yang sudah rusak, tidak usah menanyakan sebab rusaknya lagi. Karena tak akan menyelesaikan masalah. Bapak hanya menanyakan satu hal, bisakah kau tinggalkan wanita itu demi anak dan istrimu?" tanya Suhadi.Rio diam tak menjawab. Ibu Rio mencengkram bahunya, dia melakukan itu karena sangat gemas sekali melihat Rio yang tak kunjung bicara juga. Alih-alih Rio berbicara nyatanya masih sama juga dia tetap terdiam tanpa bersuara."Jawab Rio, Jawab! Kau punya mulut kan? gunakan mulutmu untuk mengatakan sesuatu? Jangan selalu menjadikan diammu sebagai alasan! Jawab!" teriak Bu Rio sambil mengguncang bahu anaknya. Dia sudah mulai kehilangan emosi dan kendali diri dalam jiwanya."Berat Pak, Rio mencintainya," ujar Rio lirih. Kau tak mau Rio memang harus mengatakannya karena ini kesem
PERTENGKARAN RIO DAN SIFA!-POV AUTHOR-Rio baru sampai rumahnya. Dia baru saja memarkirkan mobilnya. Dia berniat hendak masuk ke rumah. Namun tib- tiba Dimas mengkagetkannya dari belakang. Rio tersentak kaget dan menepuk bahu Dimas keras."Heheeh! Mas dari mana?" tanya Dimas yang tiba- tiba muncul di belakangnya itu."Dari rumah Ibu, kau besok berangkat ke Bali sendiri? Yakin?" tanya Rio mengingatkan Dimas jika besok dia wajib menemani rombongannya ke Bali."Aman lah! Sana masuk, tadi mertuamu sepertinya ke sini, Mas!" jelas Dimas.Sebenarnya Rio berniat untuk ikut, tetapi Dimas mengatakan kalau bisa menghandle semua. Sejujurnya Dimas merasa kasihan dengan Sifa, yang baru saja keguguran dan tentu saja sekarang mentalnya sedang tidak baik- baik saja. Dia tak tega jika Sifa di rumah sendiri. Biarlah dia menghandel semua sendiri dulu sementara waktu, tak masalah baginya. Setelah berbincang sekejap, Rio segera pamit masuk ke dalam."Assalamualaikum!" teriak
KAU PIKIR AKU PUAS MASALAH RANJANG, MAS? TIDAK!-POV AUTHOR-Rio masih terdiam mendengar semua penjelasan istrinya itu. Rio mencoba membiarkan Sifa mengeluarkan semua unek-unek yang ada di hatinya. Dia ingin mendengarkan semua curahan hati sang istri."Apa Mas pikir aku melakukannya demi cinta? Hahahaha! Jangan terlalu percaya diri jadi orang, Mas! Mas salah! Jika boleh jujur rasa cintaku sudah mati karena terus menerus kau khianati!" ucap Sifa sambil mengusap air matanya dengan lengan gamis."Jika Mas Rio, memiliki pemikiran bahwa selama ini Sifa bertahan hanya karena cinta pada Mas Rio itu salah. Ya memang awalnya Sifa, sangat mencintai Mas. Amat sangat, mungkin itu juga yang menyebabkan Allah tak suka karena merasa di duakan olehku. Sebab itu Allah menegurku dengan cara ini, tapi lebih dari itu Mas. Cinta Sifa, pada Mas juga naik turun. Tak selamanya Sifa mencintai Mas, sama seperti yang Mas saat ini rasakan padaku. Adaka Sifa juga jenuh, lelah, bertahan dengan se
NGAMBEK!-POV AUTHOR-"Apakah kau merasa seperti itu, Mas?" Tanya Sifa setengah mengejek."Bukan, bukan Sifa yang mengatakan. Tetapi, Dr. Satoshi Kanazawa. Beliau seorang psikolog evolusioner dari London School of Economics and Political Science. Katanya semakin pintar seorang lelaki, semakin kecil kemungkinan ia 'tersesat' atau berselingkuh. Paham kan? Sampai sini keputusan terserah Mas, ingin menjadi lelaki bermartabat dengan IQ tinggi atau sebaliknya. Mas, percayalah jika membahagiakan istri maka anak- anak kita akan memberikan kebahagiaan yang lebih untuk kita nanti," ujar Sifa sambil berlalu ke kamar Farhat.Rio kehabisan kata- kata. Semakin kesini, dia makin sadar Sifa makin tak terkendali seperti dulu lagi. Bahkan terang-terangan dia sudah bisa mengungkapkan semua dan merendahkan harga diri serta martabatnya sebagai seorang suami."Adzan magrib mulai berkumandang! Mas, cepat mandi dan sholat agar setan- setan keluar dari tubuhmu!" Kata Sifa sambil berlalu
MEMASAK MAKANAN YANG TAK ENAK!-POV AUTHOR-“Kenapa sekarang di kunci, Mas? Sudah dari tadi aku membangunkanmu!” kata Sifa. Memang kebiasaan Sifa jika padat menginap di rumah mereka tentu dia akan tidur bersama putranya. Kebiasaan ini sudah dari dulu dan Rio tak pernah permasalahkannya. Namun Baru kali ini Rio mengunci kamar milik mereka. "Apa yang sebenarnya terjadi di dalam kamar? Apakah kau asik masuk dengan wanita itu, Mas?" Batin Sifa dalam hati.“Maaf! Aku tak sadar jika semalam menguncinya! Jam berapa sekarang, Dek?” tanya Rio menjawab pertanyaan Sifa.“Sudah setengah lima, mandilah! Sebentar lagi iqomat, jangan sampai kau terlambat untuk salat,” Sifa menajamkan matanya.Tak salah, bekas cupangan di dada Rio, tak hanya satu ada beberapa tanda. Jelas bukan Sifa pelakunya, dia baru saja mau bersuci karena baru selesai nifas. Apa ini alasan suaminya tak mau lagi untuk melakukan program kehamilan. Bahkan Sifa baru sadar bahwa sang suami tak pernah lagi menunjuk nafkah batin dariny
PERTANYAAN ABAH!-POV AUTHOR-“Jujur saja. Jika tak enak tak usahlah kau paksa makan!” perintah Sifa.Mendengar ucapan istrinya itu Rio segera meletakkan sendoknya. Ketika hilang sudah nafsu makannya karena sang istri terus-menerus perilaku seperti itu. Sifat manipulatifnya mulai muncul kembali.“Tidak, aku akan memakannya sebagai bentuk rasa menghargai apapun yang istriku buat. Wajar saja jika rasanya masih tak sedap, kau baru belajar memasakkan,” ujar Rio sambil tersenyum kecut bagaimanapun juga dia harus memperbaiki hubungan dengan Sifa agar Sifa tak mengadu kepada siapapun. Meskipun makanan itu rasanya tak ngalor dan tak ngidul, acak-acakan sekalipun dia harus rela menelannya."Sebegitunya kau mau kelihatan sempurna sebagai seorang suami yang selalu menyenangkan istrinya di hadapanku sekarang, Mas," batin Sifa dalam hati. Sifa hanya mengangguk, dia memilih tak makan. Sifa menemani suaminya sampai selesai sarapan, menyiapkan sepatunya dan semua berkas bahkan laptopnya. Membawakan s
JAWABAN SIFA!-POV AUTHOR-“Apa rumah tanggamu baik- baik saja Nduk? Jika kau tak mau menjawab tak apa. Abah paham sekali, kewajiban seorang istri memang menjadi baju dan pelindung bagi semua aib rumah tangganya. Maafkan Abah, jika lancang,” kata Abah Furqon sambil terus memandang ke arah wajah anaknya. Ekspresi terkejut dan kaget terlihat jelas dari raut muka dan mimik serta ekspresi Sifa.Sifa terdiam, perasaan dan insting orang tua tak pernah salah. Meskipun selama ini Sifa, berusaha kuat. Menutupi semua kemelut dan masalah yang ada dalam rumah tangganya."Jujur saja, Bah! Sebenarnya semua kecurigaan Sifa, sekarang pelan- pelan terbukti. Entah ini berkat doa Sifa atau doa Abah, sedikit- sedikit Allah sudah menunjukkan jalannya, Bah. Allah, tunjukkan semua padaku. Walau kenyataan itu sangat pahit sekali tapi apa yang bisa aku perbuat selain menerima, sabar, ikhlas, dan legowo. Tak ada lagi bukan?" ujar Sifa sambil menahan getar suaranya. Ingin rasanya dia menangis, tapi sebisa mungk
PERKARA NAFKAH!-POV AUTHOR-"Apakah suamimu juga melupakan nafkahmu, Nduk?" Tanya Abah Furqon.Sifa menggeleng, Abah Furqon sedikit lega mendengar pernyataan putrinya. Setidaknya menantunya masih mau mengerti dan paham dengan kewajibannya. Andai sang putri mengatakan Rio tak lagi menafkahinya maka tinggal dia bertanya sudah berapa bulan kejadian ini, secara agama keduanya tak lagi sah sebagai suami istri. Untung saja itu tidak terjadi."Tapi Bah...." ucap Sifa."Kenapa Nduk?" tanya Abah Furqon yang heran karena Sifa tadi sudah jelas-jelas mengatakan bahwa Rio masih bertanggung jawab secara nafkah kepadanya."Jika yang Abah maksudkan adalah nafkah lahir memang benar bahwa Mas Rio, tak sekalipun melalaikan kewajibannya itu! Sifa tak akan memunafikkan dirinya, dia selalu memberikan uang pada Sifa, di atas kulkas entah seratus atau dua ratus ribu. Kadang juga lima puluh ribu, jika memang masih tersisa. Tanpa Sifa minta, dia selalu memberikannya, Bah. Tapi jika n
IZINKAN AKU POLIGAMI"Tidak Mas, Sifa hanya ingin me time sendiri. Sifa ingin memanjakan diri sekedar pergi ke salon memotong rambut dan melakukan spa Syariah. Apakah boleh, Mas?" tanya Sifa."Kau akan pergi dengan siapa?" selidik Rio."Perginya biar diantarkan oleh santri Abah yang wanita, Mas. Toh mobil Umi ada di rumah kok, Mas," kata Sifa."Kebetulan tadi Abah pergi menggunakan mobilnya sendiri dengan Mulki. jadi ada satu mobil yang menganggur di rumah. Bagaimana, Mas?" tanya Sifa."Baiklah jika seperti itu, Dek. Yang penting Humairah aman ya?" ucap Rio mencoba memastikan."Tenang saja, Mas. Kau tak usah takut, insya Allah anak kita aman. Humaira akan dijaga oleh Umi sehingga Sifa benar-benar nyaman dan aman serta tenang saat meninggalkannya," jawab Sifa."Baiklah kalau begitu, Dek. Kau butuh uang berapa? Akan Mas transfer saja ya," ujar Rio."Tak usah, Mas. Kebetulan jatah bulanan yang Mas berikan masih ada kok. Itu saja insya Allah sudah cukup," jawab Sifa agar tak membuat suami
IDE GILA SIFA!"Ya sudah kita akan langsung saja bertemu dengan Rio tanpa kau harus pulang dulu. Setelah semua jelas, baru kau nanti mengatakan semua kepada Mbakmu, agar Mbakmu tak salah paham dan kecewa. Sekarang Mbakmu sebenarnya ada di posisi dilema, Le," jelas Abah Furqon."Astagfirulloh. Kenapa lagi, Bah?" tanya Mulki."Dia ingin percaya kepadamu sebenarnya, Le. Tetapi apa yang dilihat dengan mata kepalanya itu justru bertentangan dengan semua kepercayaananya. Melihat kau dan Rio duduk bersama wanita itu, bahkan wanita itu duduk di hadapanmu. Wajar kan kalau Mbakyu mu kecewa," jawab Abah Furqon."Bah, tolong kali ini jangan Abah berpikir bahwa Mulki turut andil dan ikut campur terlalu dalam masalah keluarga Mbak Sifa, tolong jangan, Bah. Tolong jangan berpikir itu lagi, karena jika Abah masih berpikir seperti itu sampai selamanya Mbak Sifa nasibnya akan seperti ini, Mbak Sifa akan mencintai sendiri dan itu sakit, Bah," ujar Mulki dengan menghela nafasnya panjang."Biarlah, Bah. B
BISMILLAH LANGKAH AWAL!Dengan penuh takzim, Simbok mengantarakan pesanan Abah Furqon. Mereka pun menikmati nasi pecel itu dan tak membahas masalah ini lagi. Sejak dulu memang pantangan bagi Mulki dan Abahnya untuk berbicara ketika makan. Meskipun hal sepenting apapun setelah selesai makan dan menghirup kopinya, baru mereka berbicara lagi."Lalu harus bagaiman, Abah?" tanya Abah Furqon."Menurut Mulki sekarang kita harus memanggil Mas Rio lagi, Bah. Bagaimana lagi? Semua sudah kadung terlanjur terjadi. Mbak Sifa pun juga sudah tahu masalah ini, jadi jangan sampai hal ini makin membuat Mbak Sifa berpikir macam- macam, Bah. Kita harus menyelesaikan masalah ini hari ini juga, Bah. Kita tak bisa menundanya makin lama, Bah. Mulki tak ingin dan tak mau kehilangan kepercayaannya juga, kita harus segera menyelesaikan masalah ini, Bah. Sungguh," tegas Mulki."Selain itu ada satu hal lain yang menghantui pikian Mulki, Bah. Karena satu sisi pun kita harus memikirkan kondisi wanita itu dan anakn
TENTANG PERNIKAHAN SIRI"Dia tak ingin menikahi wanita itu, Bah. Namun dia juga tak ingin dianggap sebagai pecundang mengkhianati anak itu padahal Mas Rio juga mengakui bahwa dia adalah darah dagingnya hanya saja dia tak ingin namanya tercantum di akta. Tapi Bah...""Kenapa?" tanya Abah Furqon."Mas Rio ingin tetap menafkahinya. Bagaimana menurut Abah?" tanya balik Mulki.Abah Furqon menghela nafasnya panjang. Saat seperti ini lah sebenarnya dia sang anak bisa bertukar pikiran, saling mengupgrade ilmu agama masing- masing. Kali ini abah Furqon ingin mengangkat topik pernikahan siri dan perzinahan."Pertama Abah ingin menyoroti ucapanmu, Le. Tetang pernikahan yang dilakukan secara rahaasia atau lebih akrab disebut nikah siri adalah pernikahan yang tidak dicatat di kantor KUA. Nikah siri, dikatakan sah menurut agama tapi tidak sah menurut Negara karena seperti yang sudah dijelaskan tadi, tidak tercatat di KUA. Benar katamu, nikah siri memang memiliki banyak kekurangan. Namun di beberap
RENCANA DAN STRATEGI PARA LELAKI!"Bahkan sepertinya foto itu diambil kemarin siang saat kita bersama toh? Abah sedang mengisi kajian dan mata kuliah, sedangkan kau berpamitan berdiskusi tentang dakwah masa kini. Lalu kenapa kok tiba- tiba kau ada di cafe itu? Bagaimana ceritanya?" tanya Abah Furqon.Mulki menghela nafas panjang sekaali. Dia harus menceritakan sedetails mungkin sekarang pada Abahnya. Karena dia yakin hanya Abahnya yang bisa menyelesaikan masalah ini."Bah, sungguh ini sebenarnya tidak sengaja, itu bukan pertemuan yang di bentuk lantas sengaja, bukan seperti itu, Bah. Semua di luar kendali Mulki, saat itu memang Mulki ada berpamitan kepada Abah saat Abah mengisi ceramah. Mulki akan berpamitan dan akan berdiskusi bersama teman-teman dari beberapa universitas perwakilan salah satu organisasi agama yang memang sengaja membahas dakwah modern. Mereka meminta tolong Mulki sebagai pengisinya untuk kelas akhwat dan akhirnya Mulki pun setuju- setuju saja saat itu," jawab Mulki
DUDUK DI BAWAH POHON BERINGIN"Abah pergilah ke ke mushola dulu. Kita akan mendengarkan versi dari Mulki," perintah Umi Laila lagi."Iya, Umi. Assalamualaikum," pamit Abah Furqon."Kau lebih percaya adikmu kan sekarang?" tanya Umi Laila. Sifa pun menganggukkan kepalanya."Ya sudah kalau aku percaya dengan adikmu sekarang, kau tak usah berpikir macam-macam," kata Umi Laila."Kau jangan takut sekarang, Nduk. Pasrahkan semuanya pada Gusti Allah. Kau jangan berpikir hal-hal yang aneh. Itu akan mempengaruhi kualitas Asi mu sekarang itu, Nduk. Sudah tak perlu kau pikir lelaki yang seperti itu lagi. Benar dia suamimu kau harus baik kepadanya, berpikirlah seperti tak ada masalah yang sekarang itu dan harus diutamakan adalah anakmu. Nasib dan kualitas asimu harus bagus demi masa depan anakmu yang lebih baik. Biarlah, biar semua nanti akan di balas oleh gusti Allah saja. Kau tak perlu ikut campur, biar semua di catat olehnya," sambung Umi Laila."Karena kau tahu kan sebaik-baiknya sutradara itu
KECURIGAAN SIFASampai adzan subuh dan suara tahrim berkumandang dia masih belum bisa tidur. Dia masih penasaran dan bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Mengapa adiknya bisa bertingkah seperti ini, apa yang dirahasiakan adiknya dan sang suami. Mengapa mereka tega menyembunyikan kenyataan pahit seperti ini. Bahkan mereka diam-diam bertemu dengan Gendis di belakangnya tanpa ada pemberitahuan pada Sifa."Apa yang sebenarnya mereka sembunyikan?" gumam Sifa.Dia segera keluar dari kamar mencari Mulki. Tapi rupanya kalah cepat, karena Mulki sudah tak ada di sana. Entah sejak kapan adiknya itu sudah pergi ke mushola. Mungkin sejak subuh tadi, ingin rasanya Sifa menyusul ke depan lalu menanyakan semuanya langsung pada adiknya. Tapi tak mungkin karena di depan sangat ramai dan pondok putra milik keluarganya. Dia harus bisa menahan emosi dan menjaga marwahnya."Allah, kapan dia pergi," gumam Sifa.Dia benar- benar tak mendengar suara Mulki saat membuka kamarnya. Padahal biasanya dia
MENDADAK VIRAL DI SOSIAL MEDIA"Dia itu sangat pandai, aku menghalangimu menikah dengannya bukan karena aku masih mencintainya atau aku ingin menikahi dia suatu saat nanti, tidak. Justru sebaliknya, aku tak hanya ingin saja kau terjebak dalam permainan mu sendiri, dengarkan aku kali ini saja," sambung Rio."Benarkah? benarkah kau tak mencintainya lagi?" tanya Mulki dengan penekanan.Rio menghela nafasnya panjang. Munafik memang jika dia mengatakan bahwa dia tak mencintai wanita itu. Dia memang masih mencintai wanita itu namun dia kali ini bisa berpikir jernih, tak seperti dulu."Ya memang aku sedikit mencintainya. Namun tak segila dulu," kata Rio Jujur."Jika sudah seperti ini masalah tak akan menjadi gampang, Mulki. Justru masalah ini akan melebar. Bagaimana jika Sifa tahu?" tanya Rio.Mulki pun langsung juga menyadari bahwa ikut campur terlalu dalam masalah rumah tangga Rio dan Sifa. Dia menghela nafasnya panjang, orang tuanya memang terbiasa untuk tak malu meminta maaf tanpa geng
APAKAH KAU YAKIN TAK MENCINTAINYA?"TIDAK BISA!" tegas Mulki.Semua terdiam, Rio pun tak bisa berkutik dengan semua ucapan Mulki. Mulki pun hanya bisa mengusap wajahnya dengan kasar. Ternyata apa yang dikatakan oleh Rio memang tidak bohong. Gendis memvalidasi semuanya bahwa apa yang pernah di jelaskan pada Rio padanya memang benar. Karena sebelumnya Rio dan Gendis tidak pernah bertemu lagi. Mereka baru bertemu beberapa hari kebelakangan ini dan itu pun perkara Gendhis menuntut akta kelahiran."Kenapa tak mungkin?" tanya Gedhis lirih."Aku dengar kau kuliah hukum ya? Atau pasanganmu sekarang orang yang tahu hukum. Aku rasa dia juga sedikit banyak pasti telah menjelaskannya padamu kan? Kalau tidak aku akan jelaskan semua padamu. Seperti yang kau tahu sendiri, akta kelahiran itu tak mungkin didapatkan tanpa ada pernikahan sah. Biar bagaimanapun juga aku ini juga kuliah hukum walaupun kuliah secara online saja, tapi aku sedikit banyak tahu tentang permasalahan ini. Kau tak mungkin menunt