BIAR AKU YANG MELAMARNYA UNTUKMU, MAS!
POV AUTHOR"Dek, aku serius. Kau tak melakukan tindakan konyol atau bodoh sama seperti saat kau mengadukan semuanya pada ibuku kan? Aku harap kau tak gegabah. Asal kau tahu saja, akibat aduanmu pada kedua orang tuaku sampai sekarang Ibu tak lagi menganggap aku. Bahkan telp dan wa ku hanya di baca. Tak diangkatnya lagi. Kau mau membuat suami mu malu?" bentak Rio sambil menggebrak keras meja makan membuat Sifa cukup terkejut dengan perbuatan suaminya itu yang mulai berani bertindak kasar.Sifa tersenyum getir. Betapa lucu suaminya, dia sangat takut nama baiknya tercemar. Bahkan sang suami lebih mengidahkan dirinya sendiri daripada perasaan istri dan anak. Hanya elusan di dadanya yang mampu membuat dirinya sendiri sedikit tenang untuk mengontrol emosi berbicara dengan sang suami."Mengapa kau bermain api, jika masih takut terbakar, Mas? Semua perbuatan itu pasti ada resikonya! Kau sendiri yang telah mencoba untuk bermain api itu, jSIDAK TIBA-TIBA LAGI!POV AUTHOR“Apa yang harus Umi lakukan sekarang, Nak?” ujar Sifa sambil memandang wajah Farhat.Di sisi lain, Rio berdiri. Gara- gara lipstik ini dia harus bertengkar dengan Sifa. Dia juga tak tahu jika Gendis meninggalkan itu di mobil. Biasanya memang Rio memeriksa semua sudut mobilnya namun kali ini dia tidak melakukannya karena terbawa emosi tadi. Dia juga merututi kebodohannya yang menyuruh Sifa sendiri untuk mengambil makanan di mobil.“Argggggghhh!!!” Rio berteriak sambil membanting lipstik itu, pecah menjadi beberapa bagian.“Assalamualaiakum...” teriak seseorang dari luar mengagetkan Rio.Rio kaget, siapa lagi yang datang. Padahal dia tak memiliki janji dengan siapapun, apa jangan- jangan mertuanya datang lagi?“Waalaikumsalam, sebetar” sahut Rio dari dalam rumah. Rio segera mencuci wajahnya sebentar di wastafel. Dia tak ingin terlihat tahu-tahutan karena image-nya di hadapan semua orang adalah pria yang kalem dan sholeh.
SEBUAH PENGAKUANPOV AUTHOR“Assalamualaikum....” kata Sifa sambil membuka pintu kamar. Betapa terkejutnya Sifa melihat penampilan anaknya itu sekarang. Dia tersenyum setengah tertawa.Dia melihat Ibu mertuanya sudah asik memakaikan bedak pada anaknya. Rupanya sang Ibu sudah berhasil membuat Farhat mau mandi bersama. Buktinya sekarang putra semata wayangnya itu telah rapi. Ciri khasnya beda orang desa dengan menaburkan banyak sekali bedak mulai di kening dan wajahnya.“Masyaallah gantengnya Ibu, mandi sama Mbah putri, ya? Makasih ya Bu, sudah di mandikan. Maaf kalau Sifa lama, membereskan semua barang bawaan Ibu. Masyaallah banyak sekali barang yang Ibu bawakan, semua yang ada di rumah, Ibu bawa ke sini ya?” tanya Sifa sambil tersenyum menghampiri mertuanya.“Halah, wong ndak beli saja lo. Lihatlah cucu- ku ini semakin berat saja sekarang. Berapa timbangannya kemarin? Aku tak bertemu berapa minggu kok sudah tinggi sekali ya! Badannya metekel (padat) minum susunya
MERTUA TERBAIK-POV AUTHOR-“Dia adalah...” Sifa menggangtungkan kalimatnya, dia beristigfar. Berkali-kali dia maju mundur untuk mengatakan semuanya dia takut itu hanya ini salah dan jatuhnya akan memfitnah gadis yang tak bersalah."Bagaimana jika semua ucapannya itu tak terbukti benar dan hanya sebuah kebetulan saja? Bukankah akan menjadi fitnah, dan dia yang sudah memfitnah Gendis?" batin Sifa dalam hati.“Nduk, siapa dia? Mengapa kamu malah diam?” tanya Purwati yang semakin penasaran tentang apa yang akan dikatakan menantunya itu.Purwati sangat yakin jika menantunya sebenarnya mengetahui sesuatu namun dia menyembunyikannya. Entah apa motif dan alasannya tentulah sang menantu memiliki tujuan tersendiri yang baik. Ingin sebenarnya Purwati memaksa dan mengatakan lalu mereka berdua mendatangi perempuan itu. Memberikan pelajaran dan pengertian betapa membahayakan kedatangannya untuk rumah tangga putranya. Wanita itu benar-benar kecil karena merebut kasih sayang se
TREND PELAKOR INDOSIYAR!-POV AUTHOR-“Tidak ada apa- apa, Bu. Sifa senang, Ibu benar- benar hebat dan bijaksana. Selama ini sepertinya Sifa salah sangka, di balik Ibu yang pendiam dan sederhana justru banyak menyimpan ilmu dan rahasia besar dalam menjalani hidupnya,” puji Sifa kepada sang mertua. Memang Sifa tipikal menantu yang tak segan memuji mertua sendiri. Setiap orang pasti suka di puji, begitupun mertuanya sendiri.“Pengalaman, Nduk. Hanya itu yang mengajarkan Ibu bisa memberikanmu nasihat seperti ini. Karena Ibu dulu tahu, dan mengalaminya sendiri. Simbokku bukanlah wanita berpendidikan bahkan SD (Sekolah Dasar) juga tidak tamat. Tetapi Simbok sangat pandai dalam hal siasat mengalahkan simpanan Bapakku, Nduk. Untung saja Simbok sudah cukup umur saat itu, jadi menyimpan semuannya dalam memori ingatan ini. Untuk berjaga- jaga suatu saat jika memerlukannya! Alhamdulillah nyatanya tak sia- sia,” ujar Purwati.“Ternyata sangat beguna ya, Bu,” sahut Sifa,“Maa
AJAKAN SIFA BERSENGGAMA!-POV AUTHOR-"Ah pasti ini rencana Ibu, agar aku dan Sifa bisa tidur satu kamar!" batin Rio.Entahlah, semenjak pisah ranjang karena kedatangan Farhat dan seringnya mereka bertengkar membuat rasa di hati Rio lebih nyaman tidur sendiri. Tak ada yang menganggu tiap malam, sunyi, dan dia bebas menghubungi wanitanya itu kapanpun. Jika Sifa sekarang tidur bersamanya maka akan membatasi ruang geraknya bisa menghubungi Gendhis, sial sekali. Tak mungkin juga Rio menolaknya, kedua orang tuanya akan curiga.“Makasih ya, Bu!” kata Sifa.Purwati mengangguk kepala. Jika Rio terus bersikukuh dengan diamnya maka Purwati memiliki rencana lain. Dia akan membuat anaknya itu untuk mau tak mau tetap bertahan dan memilih istrinya. Meskipun dia harus menghalalkan segala cara seperti ini dan mendapatkan tatapan tak suka dari suaminya sendiri. Berkali-kali Suhadi melarang istrinya untuk turut campur dalam masalah rumah tangga Rio. Namun nalurinya sebagai seorang
RANJANG YANG TAK PERNAH DITEMPATI-POV AUTHOR-“Nduk, malam ini buat makan apa?” tanya Purwati. Dia memang sengaja menanyakan makanan apa yang ingin dimakan oleh menantunya daripada anaknya sendiri. Karena setiap kali melihat Sifa makan dengan lahap setidaknya perasaan berdosa telah membuat Sifa sakit hati dalam membina rumah tangga dengan Rio sedikit berkurang. Itu juga sebagai bentuk kasih sayang Purwati terhadap menantu.“Sifa kok ngidam pecel ya, Bu. Ibu kan bawa sambelnya, nanti sama kulup (rebusan) sayur daun singkong, daun pepaya, ada pete cina juga. Pasti enak kalo di bikin pecel, Bu. Lauknya rempeyek buatan Ibu, ayam ungkep. Ah membayangkannya membuat Sifa lapar, Bu!” ujar Sifa memberikan usul ide makan malam kali ini.Ibu Rio tersenyum, melihat menantunya gembira. Setidaknya kedatangan dia dan suami mampu memberikan sedikit penawar luka bagi Sifa. Melihat Sifa sudah bisa tersenyum bahagia seperti ini saja membuat hati Purwati sangat lega. Setidaknya dia mas
MENUMBUHKAN RASA CINTA!-POV AUTHOR-“Apa kau tak menginginkannya, Mas. Sudah lama bukan kita tak melakukan hubungan suami istri. Aku sudah selesai nifas,” kata Sifa sambil berjalan ke arah Rio.Rio bingung melihat sikap istrinya yang mendadak berubah menjadi agresif seperti ini. Alih-alih suka justru Rio merasa risih sendiri melihat Sifa merendahkan harga dirinya, berbeda halnya jika Gendis yang melakukan semua. Rio menelan ludahnya kasar, bukan karena bernafsu judtru dia takut dengan keadaan Sifa yang sekarang. Takut jika istrinya depresi atau mengalami baby blues,“Dek, kau tak kenapa- kenapa? Besok kita jalan- jalan ya. Maaf jika Mas selama ini kurang memperhatikanmu,” ujar Rio mulai membujuk istrinya. Dia memang tak ingin melakukannya malam ini. Beban pikirannya karena bertengkar dengan Gendis menutupi hasrat birahi sebagai seorang lelaki.Sifa memeluk suaminya, dia mendekap erat Rio. Rasa rindu begitu membuncah, dulu tubuh dan bahu lelaki inilah yang selalu siap sedia menerima s
MELABRAK GENDHIS!-POV AUTHOR-Rio masih asik dengan Hpnya. Dia sampai tak mendengar ucapan dari Sifa yang bertanya perihal baju. Sampai sesaat suasana hening seketika. Menyadari ada hal yang aneh, Rio menghentikan aktivitasnya dan menatap sang istri. Sifa hanya tersenyum pahit sambil memandang suaminya itu."Sudah?" tanya Sifa sambil menatap tajam ke arah Rio."Hah?" sahut Rio dengan kening berkerut karena bingung."Kau mau pakai baju mana, Mas?" tany Sifa mengulangi pertanyaannya lagi.“Eh? Terserah, Dek!” sahut Rio menyadari perkataan istrinya.Sifa menyiapkan baju gamis katung untuk suaminya. Sudah lama sekali dia tak melihat suaminya berdandan rapi dan tampan dengan sunah rosul. Memakai pakaian gamis yang dulu sempat menjadi pakaian kegeramarannya sehari- hari. Sifa ingin lagi mengembalikan citra suaminya yang dulu. Suami sholeh yang di sayanginya, tak seperti sekarang ini.“Pakailah, Mas! Sudah lama aku tak melihat Mas memakai gamis seperti ini. Padahal Mas tampan sekali pakai b