RANJANG YANG TAK PERNAH DITEMPATI
-POV AUTHOR-“Nduk, malam ini buat makan apa?” tanya Purwati. Dia memang sengaja menanyakan makanan apa yang ingin dimakan oleh menantunya daripada anaknya sendiri. Karena setiap kali melihat Sifa makan dengan lahap setidaknya perasaan berdosa telah membuat Sifa sakit hati dalam membina rumah tangga dengan Rio sedikit berkurang. Itu juga sebagai bentuk kasih sayang Purwati terhadap menantu.“Sifa kok ngidam pecel ya, Bu. Ibu kan bawa sambelnya, nanti sama kulup (rebusan) sayur daun singkong, daun pepaya, ada pete cina juga. Pasti enak kalo di bikin pecel, Bu. Lauknya rempeyek buatan Ibu, ayam ungkep. Ah membayangkannya membuat Sifa lapar, Bu!” ujar Sifa memberikan usul ide makan malam kali ini.Ibu Rio tersenyum, melihat menantunya gembira. Setidaknya kedatangan dia dan suami mampu memberikan sedikit penawar luka bagi Sifa. Melihat Sifa sudah bisa tersenyum bahagia seperti ini saja membuat hati Purwati sangat lega. Setidaknya dia masMENUMBUHKAN RASA CINTA!-POV AUTHOR-“Apa kau tak menginginkannya, Mas. Sudah lama bukan kita tak melakukan hubungan suami istri. Aku sudah selesai nifas,” kata Sifa sambil berjalan ke arah Rio.Rio bingung melihat sikap istrinya yang mendadak berubah menjadi agresif seperti ini. Alih-alih suka justru Rio merasa risih sendiri melihat Sifa merendahkan harga dirinya, berbeda halnya jika Gendis yang melakukan semua. Rio menelan ludahnya kasar, bukan karena bernafsu judtru dia takut dengan keadaan Sifa yang sekarang. Takut jika istrinya depresi atau mengalami baby blues,“Dek, kau tak kenapa- kenapa? Besok kita jalan- jalan ya. Maaf jika Mas selama ini kurang memperhatikanmu,” ujar Rio mulai membujuk istrinya. Dia memang tak ingin melakukannya malam ini. Beban pikirannya karena bertengkar dengan Gendis menutupi hasrat birahi sebagai seorang lelaki.Sifa memeluk suaminya, dia mendekap erat Rio. Rasa rindu begitu membuncah, dulu tubuh dan bahu lelaki inilah yang selalu siap sedia menerima s
MELABRAK GENDHIS!-POV AUTHOR-Rio masih asik dengan Hpnya. Dia sampai tak mendengar ucapan dari Sifa yang bertanya perihal baju. Sampai sesaat suasana hening seketika. Menyadari ada hal yang aneh, Rio menghentikan aktivitasnya dan menatap sang istri. Sifa hanya tersenyum pahit sambil memandang suaminya itu."Sudah?" tanya Sifa sambil menatap tajam ke arah Rio."Hah?" sahut Rio dengan kening berkerut karena bingung."Kau mau pakai baju mana, Mas?" tany Sifa mengulangi pertanyaannya lagi.“Eh? Terserah, Dek!” sahut Rio menyadari perkataan istrinya.Sifa menyiapkan baju gamis katung untuk suaminya. Sudah lama sekali dia tak melihat suaminya berdandan rapi dan tampan dengan sunah rosul. Memakai pakaian gamis yang dulu sempat menjadi pakaian kegeramarannya sehari- hari. Sifa ingin lagi mengembalikan citra suaminya yang dulu. Suami sholeh yang di sayanginya, tak seperti sekarang ini.“Pakailah, Mas! Sudah lama aku tak melihat Mas memakai gamis seperti ini. Padahal Mas tampan sekali pakai b
SIAPA YANG KAU MAKSUD, MBAK?-POV AUTHOR-“Aku Sifa, Istri dari suami yang kau goda,” ucapnya dengan tegas,Ekspresi tekejut terlihat jelas dari raut wajah Gendhis. Dia tampak beberapa kali menengguk ludahnya kasar. Entah apa yang ada di pikiran gadis itu. Penuh tanda tanya bagi Sifa.“Oh, hai Mbak! Sedang sama belanja ya? Sama siapa di sini?” kata Gendhis seketika segera berusaha menguasai keadaa. Gendhis bersikap seolah tak mendengar apa yang di katakan Sifa barusan. Agar tak terjadi labrak melabrak di tempat umum seperti ini. Rasanya tak elegan sekali harus bertengkar di tempat terbuka apalagi di mall dan fasilitas terbuka. Sehingga bisa memicu pandangan miring dan spekulasi banyak orang. Apalagi jika ada yang memviralkan, tentulah akan malu Gendhis nanti.“Belanja bulanan dong! Kau pikir aku akan datang dengan siapa? Aku tak akan berani keluar rumah dengan lelaki yang bukan mahramku! Karena aku tahu jelas bagaimana dalam islam mengatur semuanya, jadi kau tahu kan aku ke sini deng
ANTARA GENDHIS DAN SIFA!-POV AUTHOR-Sifa tertegun, lawannya memang bukan wanita sembarangan. Semua perkataan Sifa selalu berhasil di tangkis oleh Gendhis, tanpa terkecuali. Rasanya dia kehabisan kata- kata.“Mbak, seganteng apa sih suami Mbak? Sampai takut banget di rebut sama wanita lain? Oh ganteng banget ya? Itu suaminya datang, pakai baju gamis kayak ustad ya, Mbak. Tapi memang benar sih Mbak, hati- hati saja dengan penampilan lelaki yang seperti itu. Kadang penampilan tak sesuai dengan kelakuannya!" ancam Gendhis."Temenku ada lo Mbak, yang penampilannya agamis, statusnya juga agamis, ehhhh doyan juga sama wanita lain. Padahal di pikir- pikir istrinya juga cantik, rumah tangganya tampak bahagia, anak- anak sehat. Tapi semua bukan jaminan, Mbak. Hati- hati saja,” kata Gendhis santai.Lagi, skak mat! Bukannya Sifa yang berhasil membuat Gendhis mati kutu, justru sebaliknya. Gendis membuat Sifa terdiam sampai tak bisa berkata- kata lagi. Bahkan jelas- jelas Gendhis menjelekkan suam
PUNCAK KEMARAHAN RIO-POV AUTHOR-“Hay, sudah lama? Sorry ya, Koko tadi ada ketemu sama temen di bawah” kata Pohan menyapa mereka semua.“Its oke, gak masalah! Kenalin ini temanku, istri dari Mas Rio. Namanya Mbak Sifa, Mbak Sifa kenalkan dia temanku, namanya Koko Pohan,” ujar Gendhis ramah.Sifa melihat ke arah Pohan, lelaki yang di kenalkan Gendhis, hatinya sedikit lega. Syukurlah jika sekarang Gendhis memiliki lelaki lain. Setidaknya dia tak akan menganggu suaminya lagi. Apalagi lelaki Chinese di hadapannya yang mengatakan dirinya sebagai Pohan ini lebih tampan daripada suaminya. Usianya pun juga lebih muda dan tampak lebih cocok dengan jenis daripada Rio.“Oh hay,” kata Pohan sambil menangkupkan kedua tangannya untuk menghormati Sifa yang memang mengenakan cadar.“Ini yang temanmu kita ketemu di resto kapan hari kan, ya? Patner your bussines?” ucap Pohan lagi tanpa rasa bersalah karena dia tidak tahu sebenarnya apa yang sedang disembunyikan oleh Gendis dan Rio.“Oh iya, itu Mas Ri
JARAN THEK!-POV AUTHOR-“Maaf... Maafkan, Sifa!” kata Sifa dengan terbata- bata. Dia menangis tersedu- sedu, melihat perbuatan suaminya yang menjadi kasar dan tempramental.“Astagfirulloh, maafkan aku, Dek!” kata Rio mendadak merasa bersalah karena sudah membentak istrinya.“Aku tak bermaksud begitu, maafkan aku! Sebenarnya akhir- akhir ini Mas memiliki banyak kendala di pekerjaan. Tak mungkin Mas menceritakannya padamu, bukan karena Mas tak mau terbuka atau tak sayang. Tapi melihatmu mengurus rumah dan Farhat sudah kesusahan, Mas tak tega menambah beban pikiranmu. Kau tahu Gedhis adalah peloby handal dulunya, kau bisa menanyakan ini pada Aam jika tak percaya. Maka dari itu, aku meminta bantuannya untuk mengedealkan beberapa proyek. Maafkan aku, membuatmu bingung dengan keadaan ini," jelas Rio."Dan kebetulan saat ada kunjungan dan meeting dengan klient kemarin aku melibatkan Gendhis, saat kami makan pas sekali bertemu dengan Pohan itu. Lalu kami sempat berboncang sebentar, dan kau b
KERJASAMA MENANTU DAN MERTUA-POV AUTHOR-“Di mana Rio, Nduk?” tanya Purwati.“Loh perasaan sudah sejak tadi masuk, Bu. Coba Sifa lihat, mungkin sedang berada di kamar,” jawab Sifa.Sifa berjalan menuju ke arah kamar Rio, kamar kenangan tempat mereka dulu sempat tinggal sebelum memiliki hunian baru. Saat hendak membuka pintu kamar, samar- samar Sifa mendengar Rio mengumpat. Hal itu membuat Sifa mengurungkan niatnya.“Ahhhh! Sialan!" teriak Rio sambil membanting sesuatu."Astaghfirullahaladzim," batin Sifa dalam hati tak berani bersuara terlalu dalam karena takut Rio akan mendengarkannya dan tahu jika dia berada di balik pintu itu."Mengapa dia mempermainkan diriku di hadapan lelaki lain? Aku tak akan membiarkannya! Aku harus segera menemuinya sekarang juga! Mengapa Sifa harus ikut kesini! Sial! Sial! Sial! Ini tak bisa di biarkan. Jika begini terus bisa di pastika dia akan memilih koko- koko itu!” kata Rio emosi sambil memukul tembok kamarnya berkali- kal
SUASANA MEMANAS!-POV AUTHOR-“Tidak, Bu! Sifa yakin tidak begitu, karena saat kami tengah asik mengobrol seorang lelaki datang menghampiri meja kami. Dan yang lebih mengejutkan lagi, lelaki itu sangat akrab dengan wanita ini bahkan mereka memutuskan menonton film bioskop bersama saat kami masih menyelesaikan makan,” ujar Sifa.“Lantas, bagaimakah sikap Rio mengetahui wanita simpanannya itu pergi dengan lelaki lain? Jangan- jangan lelaki itu hanya untuk kamuflase menutupi kesalahan yang di lakukan wanita itu dengan suamimu, Nduk. Apalagi kau bilang saat kalian bertemu dia memainkan HP to?” tanya Purwati lagi.“Sepertinya tidak, Bu! Kejadian itu di luar rencana dan kendali. Mengapa Sifa bisa mengatakan demikian karena saat lelaki itu datang dia menyapa Mas Rio juga Gendhis tanpa rasa bersalah atau menyembunyikan sesuatu. Bahkan Sifa dengan jelas ingat, lelaki itu menyebutkan bahwa mereka baru saja bertemu kemarin saat berada di restoran secara tak sengaja,” jelas Sifa