PUNCAK KEMARAHAN RIO-POV AUTHOR-“Hay, sudah lama? Sorry ya, Koko tadi ada ketemu sama temen di bawah” kata Pohan menyapa mereka semua.“Its oke, gak masalah! Kenalin ini temanku, istri dari Mas Rio. Namanya Mbak Sifa, Mbak Sifa kenalkan dia temanku, namanya Koko Pohan,” ujar Gendhis ramah.Sifa melihat ke arah Pohan, lelaki yang di kenalkan Gendhis, hatinya sedikit lega. Syukurlah jika sekarang Gendhis memiliki lelaki lain. Setidaknya dia tak akan menganggu suaminya lagi. Apalagi lelaki Chinese di hadapannya yang mengatakan dirinya sebagai Pohan ini lebih tampan daripada suaminya. Usianya pun juga lebih muda dan tampak lebih cocok dengan jenis daripada Rio.“Oh hay,” kata Pohan sambil menangkupkan kedua tangannya untuk menghormati Sifa yang memang mengenakan cadar.“Ini yang temanmu kita ketemu di resto kapan hari kan, ya? Patner your bussines?” ucap Pohan lagi tanpa rasa bersalah karena dia tidak tahu sebenarnya apa yang sedang disembunyikan oleh Gendis dan Rio.“Oh iya, itu Mas Ri
JARAN THEK!-POV AUTHOR-“Maaf... Maafkan, Sifa!” kata Sifa dengan terbata- bata. Dia menangis tersedu- sedu, melihat perbuatan suaminya yang menjadi kasar dan tempramental.“Astagfirulloh, maafkan aku, Dek!” kata Rio mendadak merasa bersalah karena sudah membentak istrinya.“Aku tak bermaksud begitu, maafkan aku! Sebenarnya akhir- akhir ini Mas memiliki banyak kendala di pekerjaan. Tak mungkin Mas menceritakannya padamu, bukan karena Mas tak mau terbuka atau tak sayang. Tapi melihatmu mengurus rumah dan Farhat sudah kesusahan, Mas tak tega menambah beban pikiranmu. Kau tahu Gedhis adalah peloby handal dulunya, kau bisa menanyakan ini pada Aam jika tak percaya. Maka dari itu, aku meminta bantuannya untuk mengedealkan beberapa proyek. Maafkan aku, membuatmu bingung dengan keadaan ini," jelas Rio."Dan kebetulan saat ada kunjungan dan meeting dengan klient kemarin aku melibatkan Gendhis, saat kami makan pas sekali bertemu dengan Pohan itu. Lalu kami sempat berboncang sebentar, dan kau b
KERJASAMA MENANTU DAN MERTUA-POV AUTHOR-“Di mana Rio, Nduk?” tanya Purwati.“Loh perasaan sudah sejak tadi masuk, Bu. Coba Sifa lihat, mungkin sedang berada di kamar,” jawab Sifa.Sifa berjalan menuju ke arah kamar Rio, kamar kenangan tempat mereka dulu sempat tinggal sebelum memiliki hunian baru. Saat hendak membuka pintu kamar, samar- samar Sifa mendengar Rio mengumpat. Hal itu membuat Sifa mengurungkan niatnya.“Ahhhh! Sialan!" teriak Rio sambil membanting sesuatu."Astaghfirullahaladzim," batin Sifa dalam hati tak berani bersuara terlalu dalam karena takut Rio akan mendengarkannya dan tahu jika dia berada di balik pintu itu."Mengapa dia mempermainkan diriku di hadapan lelaki lain? Aku tak akan membiarkannya! Aku harus segera menemuinya sekarang juga! Mengapa Sifa harus ikut kesini! Sial! Sial! Sial! Ini tak bisa di biarkan. Jika begini terus bisa di pastika dia akan memilih koko- koko itu!” kata Rio emosi sambil memukul tembok kamarnya berkali- kal
SUASANA MEMANAS!-POV AUTHOR-“Tidak, Bu! Sifa yakin tidak begitu, karena saat kami tengah asik mengobrol seorang lelaki datang menghampiri meja kami. Dan yang lebih mengejutkan lagi, lelaki itu sangat akrab dengan wanita ini bahkan mereka memutuskan menonton film bioskop bersama saat kami masih menyelesaikan makan,” ujar Sifa.“Lantas, bagaimakah sikap Rio mengetahui wanita simpanannya itu pergi dengan lelaki lain? Jangan- jangan lelaki itu hanya untuk kamuflase menutupi kesalahan yang di lakukan wanita itu dengan suamimu, Nduk. Apalagi kau bilang saat kalian bertemu dia memainkan HP to?” tanya Purwati lagi.“Sepertinya tidak, Bu! Kejadian itu di luar rencana dan kendali. Mengapa Sifa bisa mengatakan demikian karena saat lelaki itu datang dia menyapa Mas Rio juga Gendhis tanpa rasa bersalah atau menyembunyikan sesuatu. Bahkan Sifa dengan jelas ingat, lelaki itu menyebutkan bahwa mereka baru saja bertemu kemarin saat berada di restoran secara tak sengaja,” jelas Sifa
TERIAKAN SIFA!-POV AUTHOR-"Ah bodohlah, yang penting aku akan mencari keberadaan wanita itu!" batin Rio dalam hati. Tanpa banyak bicara lagi Rio segera mencari kunci mobilnya.“Mas mau kemana?” tanya Sifa yang tiba- tiba muncul dari dapur.“Mmmm... emmmm....”“Mau kemana? Bukankah kita baru saja sampai, lihatlah di luar sana, Mas! Kondisi jalan masih ramai kendaraan dan anak- anak kecil yang memenuhi gang rumah Ibu, sepanjang jalan banyak orang berjualan dan pembeli yang berjalan kaki," jelas Sifa."Di rumah saja, Mas. Aku ngeri jika sampean (kamu keluar) lalu terjadi apa- apa, Mas,” Sifa merayu suaminya agar tetap bertahan di rumah bersamanya.Rio menggaruk kepala yang sebenarnya tak terasa gatal, bagaimanapun caranya dia harus berhasil keluar dari rumah ini. Jika keadaan ini terus berlarut dia takut kemungkinan terburuk akan terjadi. Apalagi Rio sangat tahu, bahwa lelaki chinese keturunan adalah tipikal lelaki yang Dea suka. Terbukti dari deretan mant
MEMBUNTUTI RIO!-POV AUTHOR-"Aku istrimu, aku adalah wanita yang halal untukmu, aku melahirkan dua anak untukmu, bahkan aku yang mempertaruhkan nyawaku untuk melanjutkan keturunanmu! Aku! Aku! Aku! Dan Aku! Bukan dia Mas! Aku yang menemanimu saat susah, aku yang akan setia merawatmu sampai tua, aku yang akan melakukannya dengan tulus! Dengarkan aku, Mas!” teriak Sifa frustasi.Untunglah rumah orang tua Rio memiliki halaman yang cukup luas, sehingga jarak latar (pekarangan rumah) dan jalan raya lumayan jauh, di tambah lagi tetangga mereka sedang mengadakan hajatan. Suara Sifa berteriak- teriak tak begitu terdengar. Hati Sifa ketar- ketir, mengapa sang Ibu mertua belum juga datang. Sifa takut semua terlambat, memang Rio tak akan bisa menemukan kunci mobil itu. Karena tanpa sepengetahuan Rio tadi, Sifa memasukkan kunci mobil suaminya ke dalam kamar mertuanya. Tentulah Rio tak memiliki pemikiran akan mencarinya ke dalam sana. Dia memang sengaja menyembunyikannya di san
DUA GELAS ES JERUK DI WARUNG!-POV AUTHOR-“Sifa, Nduk...” bisik seseorang dari belakangnya,Dia menoleh, ternyata Ibu mertuanya datang. Tak tanggung- tanggung Ibu mertuanya menggunakan motor bebek entah dapat dari mana. Ibu mertuanya menyerahkan helm untuk di pakainya. Sifa benar- benar memuji keahlian mertuanya yang tak bisa di anggap sepele itu. Sangat totalitas sekali, dia tak meduga sang mertua bisa berpikir sampai sejauh ini.“Pakailah, cepat! Sepertinya Rio sudah mendapatkan ojeknya! Lihatlah utu, dia pergi dengan di bonceng gojek,” teriak Purwati.Sifa mengangguk, dia memakai helm berbentuk cakil (menutup semua wajahnya seperti helm pembalap) entah dari mana Ibunya mendapatkan helm ini. Lalu dengan sigap sang Ibu menyelah (mengongkel motor saat dobel stater mati) dengan sekali selahan. Dia ragu untuk naik ke atas motor itu, apalagi berboncengan dengan Ibu mertuanya yang usianya jelas sudah tua. Dia takut Ibu mertuanya nanti keberatan memboncengnya.“N
TERTANGKAP BASAH!-POV AUTHOR-“RIO!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!” teriak Purwati.Semua menoleh terkejut, tak terkecuali Sifa yang berada di samping sang Ibu mertua. Tampak raut kaget di wajah Rio mendapati Ibu nya bersama Sifa udah berada di pelataran rumah Gendhis. Rio menengguk ludahnya dengan kasar. Gambaran peperangan sudah ada di depan Rio.“Ibu... mengapa Ibu berada di sini? Bagaimana Ibu bisa di sini?” tanya Rio dengan suara tergagap.“Berdiri kau! Bajingan! Anak biadab! Laknat! Tak tahu diuntung, apakah Ibumu pernah mendidik mu berlaku curang seperti ini? Hah? Kau taruh mana otakmu! Kau permalukan Ibumu seperti ini. Kau buang wanita baik- baik seperti Sifa demi lonte murahan!” teriak Purwati sambil menghampiri putranya.Purwati masuk ke dalam rumah yang kebetulan tak di kunci, Rio berdiri masih mematung. Dia menghampiri Rio yang berdiri di depan wanita itu. Nampak sekali putranya melindungi gadis itu. “Bu, Rio bisa jelaskan semuanya,” kata Rio berdiri melindungi Gen
IZINKAN AKU POLIGAMI"Tidak Mas, Sifa hanya ingin me time sendiri. Sifa ingin memanjakan diri sekedar pergi ke salon memotong rambut dan melakukan spa Syariah. Apakah boleh, Mas?" tanya Sifa."Kau akan pergi dengan siapa?" selidik Rio."Perginya biar diantarkan oleh santri Abah yang wanita, Mas. Toh mobil Umi ada di rumah kok, Mas," kata Sifa."Kebetulan tadi Abah pergi menggunakan mobilnya sendiri dengan Mulki. jadi ada satu mobil yang menganggur di rumah. Bagaimana, Mas?" tanya Sifa."Baiklah jika seperti itu, Dek. Yang penting Humairah aman ya?" ucap Rio mencoba memastikan."Tenang saja, Mas. Kau tak usah takut, insya Allah anak kita aman. Humaira akan dijaga oleh Umi sehingga Sifa benar-benar nyaman dan aman serta tenang saat meninggalkannya," jawab Sifa."Baiklah kalau begitu, Dek. Kau butuh uang berapa? Akan Mas transfer saja ya," ujar Rio."Tak usah, Mas. Kebetulan jatah bulanan yang Mas berikan masih ada kok. Itu saja insya Allah sudah cukup," jawab Sifa agar tak membuat suami
IDE GILA SIFA!"Ya sudah kita akan langsung saja bertemu dengan Rio tanpa kau harus pulang dulu. Setelah semua jelas, baru kau nanti mengatakan semua kepada Mbakmu, agar Mbakmu tak salah paham dan kecewa. Sekarang Mbakmu sebenarnya ada di posisi dilema, Le," jelas Abah Furqon."Astagfirulloh. Kenapa lagi, Bah?" tanya Mulki."Dia ingin percaya kepadamu sebenarnya, Le. Tetapi apa yang dilihat dengan mata kepalanya itu justru bertentangan dengan semua kepercayaananya. Melihat kau dan Rio duduk bersama wanita itu, bahkan wanita itu duduk di hadapanmu. Wajar kan kalau Mbakyu mu kecewa," jawab Abah Furqon."Bah, tolong kali ini jangan Abah berpikir bahwa Mulki turut andil dan ikut campur terlalu dalam masalah keluarga Mbak Sifa, tolong jangan, Bah. Tolong jangan berpikir itu lagi, karena jika Abah masih berpikir seperti itu sampai selamanya Mbak Sifa nasibnya akan seperti ini, Mbak Sifa akan mencintai sendiri dan itu sakit, Bah," ujar Mulki dengan menghela nafasnya panjang."Biarlah, Bah. B
BISMILLAH LANGKAH AWAL!Dengan penuh takzim, Simbok mengantarakan pesanan Abah Furqon. Mereka pun menikmati nasi pecel itu dan tak membahas masalah ini lagi. Sejak dulu memang pantangan bagi Mulki dan Abahnya untuk berbicara ketika makan. Meskipun hal sepenting apapun setelah selesai makan dan menghirup kopinya, baru mereka berbicara lagi."Lalu harus bagaiman, Abah?" tanya Abah Furqon."Menurut Mulki sekarang kita harus memanggil Mas Rio lagi, Bah. Bagaimana lagi? Semua sudah kadung terlanjur terjadi. Mbak Sifa pun juga sudah tahu masalah ini, jadi jangan sampai hal ini makin membuat Mbak Sifa berpikir macam- macam, Bah. Kita harus menyelesaikan masalah ini hari ini juga, Bah. Kita tak bisa menundanya makin lama, Bah. Mulki tak ingin dan tak mau kehilangan kepercayaannya juga, kita harus segera menyelesaikan masalah ini, Bah. Sungguh," tegas Mulki."Selain itu ada satu hal lain yang menghantui pikian Mulki, Bah. Karena satu sisi pun kita harus memikirkan kondisi wanita itu dan anakn
TENTANG PERNIKAHAN SIRI"Dia tak ingin menikahi wanita itu, Bah. Namun dia juga tak ingin dianggap sebagai pecundang mengkhianati anak itu padahal Mas Rio juga mengakui bahwa dia adalah darah dagingnya hanya saja dia tak ingin namanya tercantum di akta. Tapi Bah...""Kenapa?" tanya Abah Furqon."Mas Rio ingin tetap menafkahinya. Bagaimana menurut Abah?" tanya balik Mulki.Abah Furqon menghela nafasnya panjang. Saat seperti ini lah sebenarnya dia sang anak bisa bertukar pikiran, saling mengupgrade ilmu agama masing- masing. Kali ini abah Furqon ingin mengangkat topik pernikahan siri dan perzinahan."Pertama Abah ingin menyoroti ucapanmu, Le. Tetang pernikahan yang dilakukan secara rahaasia atau lebih akrab disebut nikah siri adalah pernikahan yang tidak dicatat di kantor KUA. Nikah siri, dikatakan sah menurut agama tapi tidak sah menurut Negara karena seperti yang sudah dijelaskan tadi, tidak tercatat di KUA. Benar katamu, nikah siri memang memiliki banyak kekurangan. Namun di beberap
RENCANA DAN STRATEGI PARA LELAKI!"Bahkan sepertinya foto itu diambil kemarin siang saat kita bersama toh? Abah sedang mengisi kajian dan mata kuliah, sedangkan kau berpamitan berdiskusi tentang dakwah masa kini. Lalu kenapa kok tiba- tiba kau ada di cafe itu? Bagaimana ceritanya?" tanya Abah Furqon.Mulki menghela nafas panjang sekaali. Dia harus menceritakan sedetails mungkin sekarang pada Abahnya. Karena dia yakin hanya Abahnya yang bisa menyelesaikan masalah ini."Bah, sungguh ini sebenarnya tidak sengaja, itu bukan pertemuan yang di bentuk lantas sengaja, bukan seperti itu, Bah. Semua di luar kendali Mulki, saat itu memang Mulki ada berpamitan kepada Abah saat Abah mengisi ceramah. Mulki akan berpamitan dan akan berdiskusi bersama teman-teman dari beberapa universitas perwakilan salah satu organisasi agama yang memang sengaja membahas dakwah modern. Mereka meminta tolong Mulki sebagai pengisinya untuk kelas akhwat dan akhirnya Mulki pun setuju- setuju saja saat itu," jawab Mulki
DUDUK DI BAWAH POHON BERINGIN"Abah pergilah ke ke mushola dulu. Kita akan mendengarkan versi dari Mulki," perintah Umi Laila lagi."Iya, Umi. Assalamualaikum," pamit Abah Furqon."Kau lebih percaya adikmu kan sekarang?" tanya Umi Laila. Sifa pun menganggukkan kepalanya."Ya sudah kalau aku percaya dengan adikmu sekarang, kau tak usah berpikir macam-macam," kata Umi Laila."Kau jangan takut sekarang, Nduk. Pasrahkan semuanya pada Gusti Allah. Kau jangan berpikir hal-hal yang aneh. Itu akan mempengaruhi kualitas Asi mu sekarang itu, Nduk. Sudah tak perlu kau pikir lelaki yang seperti itu lagi. Benar dia suamimu kau harus baik kepadanya, berpikirlah seperti tak ada masalah yang sekarang itu dan harus diutamakan adalah anakmu. Nasib dan kualitas asimu harus bagus demi masa depan anakmu yang lebih baik. Biarlah, biar semua nanti akan di balas oleh gusti Allah saja. Kau tak perlu ikut campur, biar semua di catat olehnya," sambung Umi Laila."Karena kau tahu kan sebaik-baiknya sutradara itu
KECURIGAAN SIFASampai adzan subuh dan suara tahrim berkumandang dia masih belum bisa tidur. Dia masih penasaran dan bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Mengapa adiknya bisa bertingkah seperti ini, apa yang dirahasiakan adiknya dan sang suami. Mengapa mereka tega menyembunyikan kenyataan pahit seperti ini. Bahkan mereka diam-diam bertemu dengan Gendis di belakangnya tanpa ada pemberitahuan pada Sifa."Apa yang sebenarnya mereka sembunyikan?" gumam Sifa.Dia segera keluar dari kamar mencari Mulki. Tapi rupanya kalah cepat, karena Mulki sudah tak ada di sana. Entah sejak kapan adiknya itu sudah pergi ke mushola. Mungkin sejak subuh tadi, ingin rasanya Sifa menyusul ke depan lalu menanyakan semuanya langsung pada adiknya. Tapi tak mungkin karena di depan sangat ramai dan pondok putra milik keluarganya. Dia harus bisa menahan emosi dan menjaga marwahnya."Allah, kapan dia pergi," gumam Sifa.Dia benar- benar tak mendengar suara Mulki saat membuka kamarnya. Padahal biasanya dia
MENDADAK VIRAL DI SOSIAL MEDIA"Dia itu sangat pandai, aku menghalangimu menikah dengannya bukan karena aku masih mencintainya atau aku ingin menikahi dia suatu saat nanti, tidak. Justru sebaliknya, aku tak hanya ingin saja kau terjebak dalam permainan mu sendiri, dengarkan aku kali ini saja," sambung Rio."Benarkah? benarkah kau tak mencintainya lagi?" tanya Mulki dengan penekanan.Rio menghela nafasnya panjang. Munafik memang jika dia mengatakan bahwa dia tak mencintai wanita itu. Dia memang masih mencintai wanita itu namun dia kali ini bisa berpikir jernih, tak seperti dulu."Ya memang aku sedikit mencintainya. Namun tak segila dulu," kata Rio Jujur."Jika sudah seperti ini masalah tak akan menjadi gampang, Mulki. Justru masalah ini akan melebar. Bagaimana jika Sifa tahu?" tanya Rio.Mulki pun langsung juga menyadari bahwa ikut campur terlalu dalam masalah rumah tangga Rio dan Sifa. Dia menghela nafasnya panjang, orang tuanya memang terbiasa untuk tak malu meminta maaf tanpa geng
APAKAH KAU YAKIN TAK MENCINTAINYA?"TIDAK BISA!" tegas Mulki.Semua terdiam, Rio pun tak bisa berkutik dengan semua ucapan Mulki. Mulki pun hanya bisa mengusap wajahnya dengan kasar. Ternyata apa yang dikatakan oleh Rio memang tidak bohong. Gendis memvalidasi semuanya bahwa apa yang pernah di jelaskan pada Rio padanya memang benar. Karena sebelumnya Rio dan Gendis tidak pernah bertemu lagi. Mereka baru bertemu beberapa hari kebelakangan ini dan itu pun perkara Gendhis menuntut akta kelahiran."Kenapa tak mungkin?" tanya Gedhis lirih."Aku dengar kau kuliah hukum ya? Atau pasanganmu sekarang orang yang tahu hukum. Aku rasa dia juga sedikit banyak pasti telah menjelaskannya padamu kan? Kalau tidak aku akan jelaskan semua padamu. Seperti yang kau tahu sendiri, akta kelahiran itu tak mungkin didapatkan tanpa ada pernikahan sah. Biar bagaimanapun juga aku ini juga kuliah hukum walaupun kuliah secara online saja, tapi aku sedikit banyak tahu tentang permasalahan ini. Kau tak mungkin menunt