Bapak Ayu dengan gelisah menatap Kanda yang pastinya mempunyai maksud buruk dengan masa lalunya kepada Ayu.
“Ini adalah malapetaka bagi Ayu. Aku akan selalu mengawasinya,” batin Bapak Ayu yang masih tegang.
Saat itu, Ayu berumur lima belas tahun. Dia selalu berenang di sungai, dan dengan sangat cantik membuat semua pemuda terpana. Kanda yang selalu mengamatinya, mulai perlahan mendekati Ayu. Kanda mempunyai tunangan dengan salah satu anak perempuan pejabat istana. Dia adalah pemuda paling tampan dan pintar di desa. Banyak sekali gadis yang mengincarnya. Tapi, Kanda harus menerima perjodohan dengan salah satu anak pejabat istana.
Kanda melakukan tunangan dengan gadis pilihan orang tuanya yang sebenarnya membuatnya bersedih. Karena Kanda masih saja menginginkan Ayu. Setiap hari dia selalu saja mengikuti kemanapun Ayu pergi.
“Namaku, Kanda,” ucapnya menghadang Ayu yang akan berjalan kembali ke rumahnya. Ayu terpana dengan ketampanan K
“Apa keuntunganku memberikan itu semua, Kanda?” tanya Ayu mendekatinya. Dia menatap wajah Kanda yang sangat terpana dengannya. Ayu seketika diam dalam dingin sambil menarik nafas panjang mengingat perbuatan Kanda di masa lalu.“Kepalamu akan aku penggal di depan kedua orang tuamu setelah mereka bersujud meminta maaf denganku. Akan aku buat kau melakukan kesalahan yang sangat luar biasa, hingga tidak ada celah maaf untukmu,” batin Ayu membalikkan tubuhnya.“Untuk apa aku memberikan itu semua?!” tanyanya sekali lagi dengan tegas.Kanda berjalan hingga berada di hadapan Ayu. “Aku pastikan masa lalu kita akan sampai di telinga Adipati suamimu itu,” ancam Kanda membuat Ayu semakin mengangkat wajahnya. Dia menarik nafas sekali lagi. Memikirkan cara untuk segera menyingkirkan Kanda dari istana, karena akan sangat buruk dengan rencananya menjadi penguasa.“Baiklah,” jawab singkat Ayu membuat Kanda menger
Ayu menatap Rose dengan tersenyum. Dia menemukan sebuah cara yang sangat baik untuk membuat Kanda dan Putri Seberang akan tersingkirkan dari istana. Ayu bersama Rose masuk ke dalam ruangannya kembali. Dia duduk di kursi singasananya yang tidak sebesar milik Ibu Suri. Ayu berdiri dan mengamatinya.“Kursi itu tidak sebesar mertuaku. Aku akan membuatnya pindah dari ruangannya.”Rose mendekati Ayu yang masih saja memikirkan sesuatu yang tidak penting. “Biarkan Ibu Suri diam di ruangannya. Dia tidak penting. Yang terpenting sekarang adalah bagaimana caranya kita bisa membuang semua orang yang akan membuat istana ini hancur. Masa depan rakyat dan anak cucumu, itu yang harus kau pikirkan,” kata Rose membuat Ayu akhirnya duduk. Pelayan segera menuangkan minuman rempah segar seperti biasa di cangkirnya.“Ayu, kau harus segera hamil dengan anak Adipati. Kau jangan meminum rempah untuk mencegah kehamilan. Kau sudah harus mengandung,” teg
Jenderal tersenyum mendengar apa yang dikatakan Ayu kepadanya. Dia kembali menggosok tubuh Ayu dengan perlahan sambil tersenyum.Tangannya mulai meraba lembut kulit Ayu. Jenderal mengecup kepala Ayu dengan sangat perlahan, membuat Ayu sedikit bergetar.“Brak!”Suara pintu kamar Adipati terbuka dengan tiba-tiba. Jenderal terkejut dan tidak mempunyai waktu untuk menuju pintu lorong rahasia.“Adipati datang. Kau tidak bisa bersembunyi kecuali masuk ke dalam bak ini dan menyelam,” kata Ayu menatap Jenderal yang sedikit panik dengan kedatangan Adipati.Jenderal segera melakukan apa yang Ayu katakan. Dengan cepat dia masuk ke dalam bak yang sangat luas dan menyelam ke dalam.“Ratu, apa kau masih mandi? Kau mau aku juga ikut ke dalam?” Adipati masuk begitu saja membuat Ayu melotot kearahnya. Jenderal di bawah air masih diam menahan nafasnya. Adipati membuka jubahnya segera. Ayu semakin melotot dan keluar dari dalam bak.
Rose tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Rose menarik Ayu agar dia tidak berada dekat dengan Jenderal. Dia menatap tajam Jenderal yang membalasnya.“Kau mencintai Ayu? Lalu bagaimana dengan Selir itu?!” bentak Rose membuat Ayu melotot.“Hentikan, Rose!” sergah Ayu segera. Dia tidak mau Jenderal mengetahui kehamilan Selir untuk keselamatan selir itu dan anak dalam kandungannya. Jenderal sangat kejam dan pasti akan membunuhnya segera yang dianggap aib dalam kehidupannya.Ayu menggelengkan kepala agar Rose segera menutup mulutnya. Jenderal mengernyit menarik Rose segera. “Apa yang kalian rahasiakan dariku?” tanyanya pelan.“Tidak ada apapun, Jenderal,” jawab Ayu.“Carilah Patih dan bawalah kepadaku! Aku melihat Kanda menyembunyikan semua uang kekayaan istana. Dia memainkan berkas itu dengan beberapa pejabat istana lainnya. Bapak Bunga tidak terlibat. Jangan menangkapnya. Aku melihatnya sendir
Jenderal terkejut dengan kedatangan Adipati masuk ke dalam kamarnya. Dia segera berdiri dan menganggukkan kepalanya. “Kejutan yang sangat menarik, Adipati,” kata Jenderal masih dengan menundukkan kepala. Adipati segera berjalan mendekatinya.“Apa kau sudah menodai ratuku?!” tanya Adipati mengambil pedang Iblis dengan cepat dan menghunuskan ke wajah Jenderal yang menatap tajam kearahnya. Jenderal hanya diam tidak menghindar sedikitpun.“Kau tahu, aku bisa memenggalmu sekarang juga dan membuktikan jika kau sudah melecehkan Ayu. Ingat dia milikku, istriku. Kau bukan siapapun, Jenderal!”“Penggallah aku sekarang!” tegas Jenderal membuat Adipati melotot tajam kearahnya. Dia semakin erat memegang pedang Iblis pemberiannya kepada Jenderal saat masih menjadi dekat dengannya di masa lalu sebelum hadirnya Ayu yang membuat mereka bermusuhan.“Aku memberikanmu pedang tajam ini secara khusus karena
Ibu Suri dengan semua pejabat istana tidak menyangka Ayu datang bersama Jenderal dan bapaknya. Ayu dengan menggunakan mahkotanya berjalan dengan sangat santai ke tengah melewati semua pejabat menuju singasana Adipati. Dia menerima uluran tangan Adipati yang segera menuju kearahnya.Adipati tersenyum duduk di sebelah Ayu yang sangat melegakan hatinya. “Kenapa kau lama sekali. Kau tahu istriku, aku akan memarahimu di dalam kamar karena perbuatanmu itu,” bisik Adipati membuat Ayu hanya menggeleng.“Apa yang kau rencanakan, istriku yang licik?” bisik Adipati membuat Ayu hanya tersenyum.“Kau akan melihatnya suamiku?” jawab Ayu dengan pandangan dinginnya kepada Kanda.Kanda masih saja memojokkan Ayu hingga semua para pejabat istana ikut memojokkannya. Kanda semakin tersenyum puas dengan keberhasilan yang sebentar lagi akan diraih. Hingga Ayu akhirnya berdiri dan menunjukkan jarinya kearah mantan tunangan Kanda.&ldquo
Ayu mendapat pelukan Adipati dari belakang. Dia tidak memungkiri jika memang pelukan itu sangat hangat. Hatinya kembali rapuh dengan semua masalah yang dia hadapi. Kemenangan memang selalu menghampirinya. Tetapi, Ayu masih saja merasa ketakutan yang selalu dia sembunyikan.“Aku selalu merindukanmu, Ratu,” ucap Adipati mulai mengecup leher Ayu. Jari-jemarinya menguat di pinggang ramping Ayu. Tangan Ayu memegang tangan Adipati dan mengelusnya. Ayu merasakan jika suaminya yang sangat dia benci itu, kadang bisa membuat hatinya yang rapuh terisi kembali.“Bagaimana jika aku menjadi tua dan tidak bisa memuaskanmu lagi?” tanyanya membuat Adipati masih tidak menghentikan gerakan bibirnya yang terus mengecup leher Ayu.“Adipati, apakah kau akan selalu seperti ini denganku? Hasrat atau cinta sebenarnya yang berada di dalam hatimu?” tanya Ayu akhirnya membalikkan tubuhnya. Dia membelai pipi kanan Adipati dengan tatapan lembutnya. Ayu sem
Jenderal melompat tinggi dan akan menghunuskan pedangnya mengenai Patih saat dia membelai wajah Ayu dengan lembut.“Ayu!” kata Patih pelan.Jenderal mengambil situasi itu dengan pedang Iblisnya siap untuk membuat Patih terluka. Ayu melotot melihatnya. “Hentikan!” teriak Ayu membuat Patih terkejut.Patih melihat Jenderal yang sudah siap menyerangnya dengan sigap, berguling, dan, “Srek!”Dengan cepat Patih mengambil pedangnya yang tergeletak di tanah dalam beberapa detik, dan menangkis pedang Jenderal yang akan mengenainya. Patih mendorong tubuh Ayu agar tidak terkena pedang. Kecepatan Patih yang sangat luar biasa, membuat Jenderal tidak bisa mengenainya. Patih secepat kilat menyerang Jenderal kembali dan mengenai kakinya hingga terluka sangat parah. Ayu melotot dan menarik Patih untuk berlari.“Patih, ikuti aku!” teriak Ayu membuat Patih segera melakukanapa yang Ayu perintahkan.Ayu berlari dan
Kebahagiaan Ayu semakin merebak. Kelahiran anak laki-laki gagah membuat seluruh rakyat bergembira dan merayakan secara besar-besaran. Mereka meliburkan semua kegiatan hari itu dengan memasak makanan sangat lezat dan mengadakan pawai. Mereka bersorak gembira saling meluapkan perasaan senang. Bahkan, saat malam tiba, lampion dengan nyala api dari obor kecil menyala membuat desa semakin terang. Ayu semakin tersenyum menggendong anaknya. Rose bersama Intan dan semua pelayan selalu memancarkan senyuman tak terkecuali kedua orang tua Ayu dengan kakaknya Sriasih. Mereka meluapkan kebahagiaan dengan kelahiran penguasa baru. “Adipati Karsa, kau akan memimpin semua rakyat ini dengan adil dan bijaksana!” Ayu berucap dengan suara lantang membuat semua orang menundukkan kepalanya. *** Waktu berjalan sangat cepat, Karsa semakin besar berumur tujuh belas tahun. Anak Jenderal yang diberikan nama Gugus menjadi pemuda terkuat dan ahli dalam menggunakan pedang. Tidak ad
Ayu berjalan memasuki kamar di mana benda mati yang berada di dalamnya adalah saksi bisu hubungannya dengan sang penguasa Adipati Wiryo yang kini tinggal kenangan. Dia masih diam menatap pintu megah dengan ukiran khas antik. Napasnya terus dihembuskan dengan perlahan. Hatinya yang bergetar, dia atur dengan baik.“Apa kau siap membukanya, Ayu?” tanya Rose.“Aku siap,” jawab Ayu singkat.Ayu melangkah perlahan masuk ke dalam, berhenti di tengah ruangan. Dia mengamati sekitar. Bahkan, sisa air yang berada di gelas milik suaminya itu masih ada. Jubah kebesarannya tergeletak di sandaran kursi berlapis emas masih tertata rapi.“Rose, tinggalkan aku sendiri!” pinta Ayu.“Baik!”Rose keluar menutup pintu kamar dengan rapat. Ayu masih mengamati semua ruangan dan kembali ke masa lalu. Dia terdiam sedih seakan melihat Adipati berdiri saat menyambut kedatangannya. Sorotan mata tajam Adipati masih membayang
Jenderal dengan sangat kuat melepaskan tancapan anak panah salah sasaran yang sama sekali tidak membuatnya tumbang, dan mengenai lengan kuatnya. Ayu semakin menatap tegang di hadapannya.“Kau sengaja akan membunuhku?” tanya Jenderal menatap Ayu heran. Terpancar rasa kecewa sangat dalam di aura wajahnya.“Kau sangat kejam. Aku selama ini hanya memanfaatkan hati kalian berdua, penguasa. Namun, tujuanku hanya satu. Menduduki singasana itu.” Ayu semakin membuat murka Jenderal. Dia melirik pedang iblisnya, hingga membuat Ayu semakin resah. Rose juga menatapnya kaku.“Kau tidak akan aku biarkan menduduki singasana itu!” teriak Jenderal. Pengawal setianya yang berjumlah lima orang, berlari akan melindunginya. Namun, Patih dengan kawanan perampok mencegahnya. Ayu sangat pasrah dengan apa yang akan dilakukan Jenderal kepadanya. Dia menarik napas dan akan menerima hunusan pedang Jenderal, hingga suara wanita tidak asing terdengar cukup
Pagi menjelang dengan indah. Udara diselimuti embun pagi dengan pantulan sinar cahaya mentari yang semakin membuat bumi terang. Senyuman terpancar dari wajah Ayu yang masih memandang taman istana dari jendela kamarnya. Datangnya hari gerhana bulan malam nanti membuat rakyat bergembira. Mereka mempercayai jika gerhana bulan menjadikan malam menjadi indah untuk mereka mengadakan pawai.“Malam nanti, semua sudah disiapkan, Ratu,” ucap Rose mengejutkan Ayu dari belakang. Perlahan tubuhnya membalik. Kedua matanya menyambut pagi dalam tegang. Hatinya bergetar kencang menunggu datangnya malam.“Apakah semua akan hadir?”“Semua nama yang kau sebutkan saat itu akan aku pastikan hadir,” kata Rose mendapatkan secarik kertas bertuliskan beberapa nama yang Ayu berikan setelah dia menuliskan di rumah Sriasih. Sederet nama yang akan menyaksikan pertarungan antara kedua penguasa.“Baiklah. Aku akan melihat lapangan itu,” ka
Jenderal semakin memandang selir yang kini akan dia nikmati untuk tujuan tertentu.“Jika aku mencintainya, Ayu. Aku tidak akan memiliki hasrat dengan wanita lain. Namun, kini aku sadar jika aku hanya terobsesi dengannya. Tapi, ketika aku memandangnya, rasa getaran itu ada hingga ingin menyayanginya. Apakah namanya hatiku? Paling tidak aku akan meninggalkan keturunanku di dunia dan aku akan membuatnya menghabisi anak Adipati itu,” batinnya mulai menikmati tubuh Selir.Jenderal menarik tubuh selir agar terduduk. Dia setengah berdiri di ranjang dengan lutut sebagai penyangga tubuhnya. Tangan kuatnya membelai bibir selir itu yang menikmatinya dengan memejamkan kedua matanya. Kini dia menuju rambut hitam bersanggul yang akhirnya terurai karena jepit bunga mawar sudah dilepaskan oleh Jenderal. Belaian tetap dia berikan hingga leher selir kini berada di tangannya.“Puaskan aku dengan baik,” katanya menarik wajah selir untuk memulai aksi dengan m
Ibu Suri menahan Ayu melangkah. Langkah yang akan melaju, terhenti dengan mendadak. Ayu menolehkan pandangannya seketika. Hingga akhirnya tubuh Ayu ikut membalik dan membuatnya bisa menatap kembali Ibu Suri di hadapannya.“Apa yang membuatmu menghentikanku?” tanya Ayu.“Aku tidak akan membiarkanmu memenangkan ini semua. Dan, kau akan aku siksa dengan perlahan. Semua kehancuran istana ini adalah ulahmu. Kau yang menyebabkan istana ini menjadi lemah sekarang,” kata Ibu Suri yang kali ini membuat Ayu naik pitam. Ayu semakin mendekati Ibu Suri yang mengangkat wajahnya dengan sangat tinggi sebagai ciri khasnya.“Kalah? Kau pikir, siapa yang membongkar permaisuri yang jelas-jelas ingin membunuhmu? Jika dia menang, apakah kau masih akan hidup? Justru aku yang menyelamatkan istana ini dan akhirnya menjadi lebih kuat. Sudahlah, kesempatanmu sampai gerhana bulan datang. Jika kau masih keras kepala, aku akan memikirkan hukuman apa yang cocok b
Pertarungan kedua mata penguasa masih saja terjadi. Mereka saling membalas tatapan tajam satu sama lain, seakan pertarungan sudah dimulai antara keduanya. Obsesi dengan pengakuan kehebatan, sudah membuat mereka menjadi musuh. Sifat asli dari keduanya yang mulai terbukti.Ayu mengambil ramuan, dan akhirnya meminumnya sendiri karena pelayan yang tidak akan kunjung datang. Dia meneguk hingga habis mencampurnya dengan air segar yang sudah tersedia di dalam kamar. Sementara, kedua penguasa masih saja tidak berbicara. Ayu perlahan melangkah mendekati mereka.“Apa yang kalian masalahkan. Anak dalam kandunganku?” tanya Ayu sambil menatap santai keduanya.“Kalian adalah kedua penguasa terhebat, buktikan jika salah satu kalian memang tidak terkalahkan. Itu adalah pembuktian yang jelas. Hadiahnya adalah satu, terhebat,” kata Ayu membuat keduanya melihat dirinya yang masih diam di antara mereka.Ayu berjalan meninggalkan mereka yang akhirnya b
Di dalam kamarnya, Adipati mulai mendekati Ayu yang merentangkan tubuhnya di ranjang. Dia menelusuri tubuh Ayu dari bawah hingga daerah rawan yang sudah lama tidak dia sentuh. Kedua matanya memejam menikmati kulit yang selalu diimpikannya setiap malam.“Kau sangat nikmat …”Ayu mengeliat mencengkeram kain ranjang berwarna merah jingga mengatasi hasratnya yang juga muncul. Titik tengah daerah sensitivnya yang sudah dinikmati Adipati, membuatnya terus berhembus. “Hah!” teriaknya membuat Adipati tersenyum.“Aku akan membuktikan jika aku yang bisa memuaskanmu, bukan Jenderal keparat itu!” teriak Adipati terus memainkan dengan ujung lidahnya hingga Ayu semakin mendesah.“Ah!”“Teriaklah! Aku semakin menyukainya!” balas Adipati kini memainkan jarinya di daerah itu dengan gerakan berirama, membuat Ayu semakin tidak kuasa menahannya.“Ah, ah!”Adipati semakin terse
“Tang!”Wanita perampok melompat tinggi, sekuat tenaga mengangkat tangannya mengarahkan pedang dengan cepat dari arah samping. Namun pengawal hebat Adipati menangkisnya hingga pedang itu bersentuhan mengakibatkan suara nyaring terdengar jelas. Sinar matahari yang sangat gagah menyinari bumi tepat di ubun-ubun, membuat mereka semakin bersemangat walaupun buliran keringat bercucuran deras menyelimuti tubuh mereka.“Hah!”“Tang!”Pengawal yang terus menyerang, dengan mudah wanita perampok kalahkan. Keahlian menggunakan pedang dari kecil yang sudah dilatih ayahnya mantan kepala perampok, bisa dengan mudah dia lakukan.“Rasakan ini!”Pedang di tangan kanan wanita itu terus dengan lihai dia hentakkan membuat pengawal kwalahan tidak bisa menandingi kecepatannya.“Aku tidak akan membiarkanmu menang!” teriaknya membuat pengawal melotot melihatnya. Ditambah gerakan serangnya yang super