Jenderal melompat tinggi dan akan menghunuskan pedangnya mengenai Patih saat dia membelai wajah Ayu dengan lembut.
“Ayu!” kata Patih pelan.
Jenderal mengambil situasi itu dengan pedang Iblisnya siap untuk membuat Patih terluka. Ayu melotot melihatnya. “Hentikan!” teriak Ayu membuat Patih terkejut.
Patih melihat Jenderal yang sudah siap menyerangnya dengan sigap, berguling, dan, “Srek!”
Dengan cepat Patih mengambil pedangnya yang tergeletak di tanah dalam beberapa detik, dan menangkis pedang Jenderal yang akan mengenainya. Patih mendorong tubuh Ayu agar tidak terkena pedang. Kecepatan Patih yang sangat luar biasa, membuat Jenderal tidak bisa mengenainya. Patih secepat kilat menyerang Jenderal kembali dan mengenai kakinya hingga terluka sangat parah. Ayu melotot dan menarik Patih untuk berlari.
“Patih, ikuti aku!” teriak Ayu membuat Patih segera melakukanapa yang Ayu perintahkan.
Ayu berlari dan
Ayu berjalan masuk ke dalam kamarnya. Dia tidak menyangka melihat Adipati dengan santainya memakan buah dengan bersandar di kursi mewahnya. Ayu mengernyit berusaha tenang menghadapi suaminya. Dia meletakkan jubahnya di sandaran kursi.“Aku sangat merindukanmu istriku,” kata Adipati dengan seulas senyuman. Ayu hanya diam tidak menjawab. Dia mengganti kebayanya dengan santai dan masih saja diam. Adipati menatap Ayu yang berganti pakaian di hadapannya."Aku baru sadar jika memiliki ratu yang akan menjebak suaminya sendiri dengan memberikannya obat tidur. Kau tahu, aku sudah sangat hafal dengan bau obat itu. Tidak akan ada yang bisa mengelabuiku, termasuk istriku sendiri," kata Jenderal yang masih tidak mendapat menjawab dari Ayu."Sepertinya aku harus memberikan hukuman yang sangat berat buatmu, ratu!"Adipati berdiri dan pastinya mendekati Ayu yang masih sangat polos. Ayu menatapnya dengan sedikit menggoda Adipati yang hanya menatap dan tidak me
Adipati semakin marah mendengar pengakuan Ayu. Dia diselimuti kecemburuan yang sangat membuat emosinya meluap.“Kau istriku yang sangat licik, dan aku tidak menyangka dengan apa yang aku dengar!”“Pengawal, bawa Kanda kesini!” Adipati berteriak memanggil pengawal yang segera Ayu cegah. Dia menarik lengan Adipati dan mencium bibirnya. Ayu mendorongnya hingga duduk kembali di sofa dan dia berada di atas pangkuan Adipati.“Jangan membuat masalah yang sangat tidak penting. Aku saat itu tidak pernah melakukannya dan aku hanya milikmu,” tegas Ayu masih saja tidak membuat Adipati reda.Adipati mencengkeram wajah Ayu dan mendekatkan ke wajahnya. “Jika, kau melakukan itu lagi, aku akan mengurungmu di kamar!” Adipati melempar wajah Ayu hingga ke samping. Ayu dengan kesal turun dari pangkuan Adipati. Namun, Adipati menariknya.“Mau kemana?!” bentaknya.“Bagaimana bisa aku akan mera
Ayu masih memandang surat yang dituliskan oleh Adipati. Dia tidak bisa membukanya karena bertali simpul yang hanya bisa dilakukan oleh Adipati. Jika Ayu membukanya, dia akan tertangkap melakukan kesalahan yang dianggap penghianat karena stempel raja hanya bisa terbuka oleh tangan Adipati dan Bapak Ayu sebagai pejabat istana tertinggi yang menyaksikannya.“Siapa yang bisa melakukan untuk tali ini. Aku harus memikirkan cara untuk membukanya. Dia merencanakan sesuatu yang pasti membuatku akan kesulitan terhadap sesuatu,” gumam Ayu terus berpikir. Dia akhirnya memakai pakaiannya dan memanggil pengawal untuk masuk dan mengangkat Adipati yang masih tertidur pulas di bak kamar mandi.“Pengawal, bawa Adipati menuju ranjangnya!” titah Ayu yang segera dilakukan pengawal. Namun, saat salah satu pengawal keluar dari kamar Ayu, dia memandang pengawal satunya yang segera berlari menuju kamar Ibu Suri untuk menyampaikan jika Adipati tergeletak tertidur dan Ayu
Adipati masih menyimpan amarahnya. Intan di belakangnya menatap dengan tegang. Dia juga mengambil resiko dengan kebohongan yang dia buat untuk melindungi Ibu Suri.“Aku harus melindungi Ibu. Jika kebohongan ini terbongkar, Kanda yang akan aku jadikan korban,” batin Intan mendekati Adipati dan menyentuh pundaknya.“Kakak, kau sebaiknya beristirahat. Jangan kau biarkan amarahmu meluap yang bisa menyebabkan dirimu terluka dan sakit. Rakyat membutuhkanmu,” kata Intan membuat Adipati masih diam tidak bersuara.“Aku akan kembali ke kamar. Jagalah dirimu dengan baik, Adipati!” Intan keluar dari kamar diikuti semua pelayannya. Dia menuju ke kamar Ibu Suri untuk menemuinya segera.“Ibu, aku berkorban nyawa untuk melindungimu. Jangan sampai kau melakukan kesalahan fatal lagi. Jika Ayu dan Jenderal kembali, bersiaplah kita terkena amarah Adipati. Bagaimanapun juga, mereka sangat cerdik melebihi kita.”Ibu Suri m
Intan hanya diam menatap ratusan pengawal dengan Adipati dengan menaiki kuda akan menuju hutan kawanan perampok. Dia mencengkeram dadanya tidak percaya jika semua rencananya untuk membela satu nyawa yaitu ibunya malah mengakibatkan puluhan nyawa akan melayang.“Putri, ini sangat tidak bagus. Anda sudah membuat sesuatu konspirasi yang sangat kejam. Jika Jenderal hingga terbunuh, saya tidak akan melepaskan anda,” kata salah satu pengawal setia Jenderal yang selalu menjaga kebun istana yang terhubung dengan hutan kawanan perampok tinggal.“Aku hanya tidak mau ratu itu melakukan sesuatu yang bodoh. Jika aku tidak melakukan ini, apa yang akan terjadi dengan masa depan istana? Mayat para perampok tidak ada artinya. Apalagi mereka meresahkan desa. Dan tidak masalah jika mereka semua akan terbunuh,” tegas Intan.Pengawal Jenderal hanya menatapnya. “Kami hanya mempedulikan Jenderal. Jika masalah lain, kami tidak peduli.”Pengawa
“Srek!”“Tidak mungkin!”Adipati menebas wajah Intan hingga terluka sangat parah. Intan terkejut dan tersungkur ke tanah. Ibu Suri segera menghampiri Intan memegang wajahnya yang tersayat pedang salah satu pengawal yang Adipati gunakan untuk melukainya.“Dia adalah adikmu, dan kau sudah melukai wajahnya! Apa yang kau pikirkan Adipati?!” bentak Ibu Suri semakin membuat Adipati kali ini menghunuskan pedang kearahnya.“Jika bukan kalian yang merencanakan ini semua, pengawalku masih akan bisa memenuhi aula! Kalian sudah membohongiku!”“Kau tidak tahu diri! Bunuhlah ibumu jika kau mau!”“Aku akan melakukannya jika perlu,” ucap Adipati pelan membuat Ibu Suri diam menatapnya.“Jangan kau lakukan! Aku yang bersalah!” teriak Intan sambil menahan kesakitan di wajahnya yang terus mengeluarkan darah segar. Adipati akhirnya membuang pedang yang dia pegang dengan wa
“Kau merindukanku, suamiku?”“Kau masih saja sangat cantik, Ratu,” jawab Adipati.Ayu membuat Adipati tersenyum. Dia sangat merindukan Ayu. Kenyataan jika Ayu tidak bersama dengan Jenderal, membuat Adipati semakin bahagia. Senyuman terus menghiasi wajahnya. Jari jemarinya menyentuh pipi Ayu dengan sangat lembut. Dia semakin membuat Ayu menatapnya. Namun, Ayu harus mengingat perkataan Sesepuh jika dia jangan pernah mencintai Adipati. Ayu menarik nafas panjang dan menerima tarikan tangan Adipati yang membuat kepalanya menyandar di dadanya.“Jangan pernah pergi dariku lagi! Aku tidak mau kau pergi dariku, dan aku mau kau selalu berada di sisiku.”“Aku sangat lelah,” jawab Ayu membuat Adipati segera menggendongnya. Dia berjalan melewati semua pelayan yang memandangnya. Putri Seberang dan Wati berdiri berdampingan memandang Adipati dengan serius. Putri Seberang semakin kesal dan mengepalkan kedua
Intan diam tegang sambil menatap cermin. Dia melihat wajahnya yang sangat buruk. “Kakakku yang sangat menyayangiku akhirnya menjadi musuhku, bahkan aku sangat ingin membunuhnya. Aku tidak akan pernah memaafkannya,” batinnya semalaman menatap wajah buruknya di depan cermin oval sebesar dirinya yang berada di sudut ruangan kamarnya.“Aku tidak akan memaafkan siapapun yang terlibat dalam hal ini termasuk, Ratu,” ucapnya dengan amarah bercampur air mata yang berlinang.Di dalam kamarnya, Ayu bersiap untuk melakukan sesuatu yang sangat penting. Dia akan menemui seseorang yang sudah membuatnya terluka dengan sangat parah.“Ratu, apa yang akan kau lakukan?” tanya Adipati menatapnya dengan mengernyit.“Aku akan membalas dendam. Sudah tiba waktunya aku melakukan itu. Dan, aku hanya mau ditemani Jenderal,” ucap Ayu membuat Adipati resah.“Yah, aku akan melakukan pembalasan yang sudah lama ingin aku lakuka
Kebahagiaan Ayu semakin merebak. Kelahiran anak laki-laki gagah membuat seluruh rakyat bergembira dan merayakan secara besar-besaran. Mereka meliburkan semua kegiatan hari itu dengan memasak makanan sangat lezat dan mengadakan pawai. Mereka bersorak gembira saling meluapkan perasaan senang. Bahkan, saat malam tiba, lampion dengan nyala api dari obor kecil menyala membuat desa semakin terang. Ayu semakin tersenyum menggendong anaknya. Rose bersama Intan dan semua pelayan selalu memancarkan senyuman tak terkecuali kedua orang tua Ayu dengan kakaknya Sriasih. Mereka meluapkan kebahagiaan dengan kelahiran penguasa baru. “Adipati Karsa, kau akan memimpin semua rakyat ini dengan adil dan bijaksana!” Ayu berucap dengan suara lantang membuat semua orang menundukkan kepalanya. *** Waktu berjalan sangat cepat, Karsa semakin besar berumur tujuh belas tahun. Anak Jenderal yang diberikan nama Gugus menjadi pemuda terkuat dan ahli dalam menggunakan pedang. Tidak ad
Ayu berjalan memasuki kamar di mana benda mati yang berada di dalamnya adalah saksi bisu hubungannya dengan sang penguasa Adipati Wiryo yang kini tinggal kenangan. Dia masih diam menatap pintu megah dengan ukiran khas antik. Napasnya terus dihembuskan dengan perlahan. Hatinya yang bergetar, dia atur dengan baik.“Apa kau siap membukanya, Ayu?” tanya Rose.“Aku siap,” jawab Ayu singkat.Ayu melangkah perlahan masuk ke dalam, berhenti di tengah ruangan. Dia mengamati sekitar. Bahkan, sisa air yang berada di gelas milik suaminya itu masih ada. Jubah kebesarannya tergeletak di sandaran kursi berlapis emas masih tertata rapi.“Rose, tinggalkan aku sendiri!” pinta Ayu.“Baik!”Rose keluar menutup pintu kamar dengan rapat. Ayu masih mengamati semua ruangan dan kembali ke masa lalu. Dia terdiam sedih seakan melihat Adipati berdiri saat menyambut kedatangannya. Sorotan mata tajam Adipati masih membayang
Jenderal dengan sangat kuat melepaskan tancapan anak panah salah sasaran yang sama sekali tidak membuatnya tumbang, dan mengenai lengan kuatnya. Ayu semakin menatap tegang di hadapannya.“Kau sengaja akan membunuhku?” tanya Jenderal menatap Ayu heran. Terpancar rasa kecewa sangat dalam di aura wajahnya.“Kau sangat kejam. Aku selama ini hanya memanfaatkan hati kalian berdua, penguasa. Namun, tujuanku hanya satu. Menduduki singasana itu.” Ayu semakin membuat murka Jenderal. Dia melirik pedang iblisnya, hingga membuat Ayu semakin resah. Rose juga menatapnya kaku.“Kau tidak akan aku biarkan menduduki singasana itu!” teriak Jenderal. Pengawal setianya yang berjumlah lima orang, berlari akan melindunginya. Namun, Patih dengan kawanan perampok mencegahnya. Ayu sangat pasrah dengan apa yang akan dilakukan Jenderal kepadanya. Dia menarik napas dan akan menerima hunusan pedang Jenderal, hingga suara wanita tidak asing terdengar cukup
Pagi menjelang dengan indah. Udara diselimuti embun pagi dengan pantulan sinar cahaya mentari yang semakin membuat bumi terang. Senyuman terpancar dari wajah Ayu yang masih memandang taman istana dari jendela kamarnya. Datangnya hari gerhana bulan malam nanti membuat rakyat bergembira. Mereka mempercayai jika gerhana bulan menjadikan malam menjadi indah untuk mereka mengadakan pawai.“Malam nanti, semua sudah disiapkan, Ratu,” ucap Rose mengejutkan Ayu dari belakang. Perlahan tubuhnya membalik. Kedua matanya menyambut pagi dalam tegang. Hatinya bergetar kencang menunggu datangnya malam.“Apakah semua akan hadir?”“Semua nama yang kau sebutkan saat itu akan aku pastikan hadir,” kata Rose mendapatkan secarik kertas bertuliskan beberapa nama yang Ayu berikan setelah dia menuliskan di rumah Sriasih. Sederet nama yang akan menyaksikan pertarungan antara kedua penguasa.“Baiklah. Aku akan melihat lapangan itu,” ka
Jenderal semakin memandang selir yang kini akan dia nikmati untuk tujuan tertentu.“Jika aku mencintainya, Ayu. Aku tidak akan memiliki hasrat dengan wanita lain. Namun, kini aku sadar jika aku hanya terobsesi dengannya. Tapi, ketika aku memandangnya, rasa getaran itu ada hingga ingin menyayanginya. Apakah namanya hatiku? Paling tidak aku akan meninggalkan keturunanku di dunia dan aku akan membuatnya menghabisi anak Adipati itu,” batinnya mulai menikmati tubuh Selir.Jenderal menarik tubuh selir agar terduduk. Dia setengah berdiri di ranjang dengan lutut sebagai penyangga tubuhnya. Tangan kuatnya membelai bibir selir itu yang menikmatinya dengan memejamkan kedua matanya. Kini dia menuju rambut hitam bersanggul yang akhirnya terurai karena jepit bunga mawar sudah dilepaskan oleh Jenderal. Belaian tetap dia berikan hingga leher selir kini berada di tangannya.“Puaskan aku dengan baik,” katanya menarik wajah selir untuk memulai aksi dengan m
Ibu Suri menahan Ayu melangkah. Langkah yang akan melaju, terhenti dengan mendadak. Ayu menolehkan pandangannya seketika. Hingga akhirnya tubuh Ayu ikut membalik dan membuatnya bisa menatap kembali Ibu Suri di hadapannya.“Apa yang membuatmu menghentikanku?” tanya Ayu.“Aku tidak akan membiarkanmu memenangkan ini semua. Dan, kau akan aku siksa dengan perlahan. Semua kehancuran istana ini adalah ulahmu. Kau yang menyebabkan istana ini menjadi lemah sekarang,” kata Ibu Suri yang kali ini membuat Ayu naik pitam. Ayu semakin mendekati Ibu Suri yang mengangkat wajahnya dengan sangat tinggi sebagai ciri khasnya.“Kalah? Kau pikir, siapa yang membongkar permaisuri yang jelas-jelas ingin membunuhmu? Jika dia menang, apakah kau masih akan hidup? Justru aku yang menyelamatkan istana ini dan akhirnya menjadi lebih kuat. Sudahlah, kesempatanmu sampai gerhana bulan datang. Jika kau masih keras kepala, aku akan memikirkan hukuman apa yang cocok b
Pertarungan kedua mata penguasa masih saja terjadi. Mereka saling membalas tatapan tajam satu sama lain, seakan pertarungan sudah dimulai antara keduanya. Obsesi dengan pengakuan kehebatan, sudah membuat mereka menjadi musuh. Sifat asli dari keduanya yang mulai terbukti.Ayu mengambil ramuan, dan akhirnya meminumnya sendiri karena pelayan yang tidak akan kunjung datang. Dia meneguk hingga habis mencampurnya dengan air segar yang sudah tersedia di dalam kamar. Sementara, kedua penguasa masih saja tidak berbicara. Ayu perlahan melangkah mendekati mereka.“Apa yang kalian masalahkan. Anak dalam kandunganku?” tanya Ayu sambil menatap santai keduanya.“Kalian adalah kedua penguasa terhebat, buktikan jika salah satu kalian memang tidak terkalahkan. Itu adalah pembuktian yang jelas. Hadiahnya adalah satu, terhebat,” kata Ayu membuat keduanya melihat dirinya yang masih diam di antara mereka.Ayu berjalan meninggalkan mereka yang akhirnya b
Di dalam kamarnya, Adipati mulai mendekati Ayu yang merentangkan tubuhnya di ranjang. Dia menelusuri tubuh Ayu dari bawah hingga daerah rawan yang sudah lama tidak dia sentuh. Kedua matanya memejam menikmati kulit yang selalu diimpikannya setiap malam.“Kau sangat nikmat …”Ayu mengeliat mencengkeram kain ranjang berwarna merah jingga mengatasi hasratnya yang juga muncul. Titik tengah daerah sensitivnya yang sudah dinikmati Adipati, membuatnya terus berhembus. “Hah!” teriaknya membuat Adipati tersenyum.“Aku akan membuktikan jika aku yang bisa memuaskanmu, bukan Jenderal keparat itu!” teriak Adipati terus memainkan dengan ujung lidahnya hingga Ayu semakin mendesah.“Ah!”“Teriaklah! Aku semakin menyukainya!” balas Adipati kini memainkan jarinya di daerah itu dengan gerakan berirama, membuat Ayu semakin tidak kuasa menahannya.“Ah, ah!”Adipati semakin terse
“Tang!”Wanita perampok melompat tinggi, sekuat tenaga mengangkat tangannya mengarahkan pedang dengan cepat dari arah samping. Namun pengawal hebat Adipati menangkisnya hingga pedang itu bersentuhan mengakibatkan suara nyaring terdengar jelas. Sinar matahari yang sangat gagah menyinari bumi tepat di ubun-ubun, membuat mereka semakin bersemangat walaupun buliran keringat bercucuran deras menyelimuti tubuh mereka.“Hah!”“Tang!”Pengawal yang terus menyerang, dengan mudah wanita perampok kalahkan. Keahlian menggunakan pedang dari kecil yang sudah dilatih ayahnya mantan kepala perampok, bisa dengan mudah dia lakukan.“Rasakan ini!”Pedang di tangan kanan wanita itu terus dengan lihai dia hentakkan membuat pengawal kwalahan tidak bisa menandingi kecepatannya.“Aku tidak akan membiarkanmu menang!” teriaknya membuat pengawal melotot melihatnya. Ditambah gerakan serangnya yang super