Ayu semakin tidak percaya jika apa yang selama ini diberitakan memang benar adanya. Adipati yang selalu berhasrat dengan semua selirnya. Ayu yang merasakan hatinya sedikit rapuh akan cinta kedua penguasa itu, kini hilang seketika. Hati yang semula dia percayaada cinta mulai sirna.
“Ayu, kenapa kau tidak mengetuk pintu?” tanya Adipati segera memakai jubahnya.
Ayu hanya diam saja menatap Selir level atas yang selalu saja membencinya, kini tersenyum puas bisa membalasnya. Adipati mengarahkan tangannya agar Selir itu pergi dari kamarnya.
“Waktuku bersamamu sudah selesai. Keluarlah!” titah Adipati yang segera dilaksanakan Selir itu. Dia berjalan melewati Ayu dengan senyuman kemenangan akan dirinya.
“Masuklah, Ayu!”
Ayu berjalan mendekati Adipati yang menuang minuman tanpa memandangnya.
“Untuk apa kau kemari?” tanyanya masih tidak memandang Ayu sama sekali.
“Hamba hanya ingin melihat ora
Intan membuat Ayu diam bersama Patih. Mereka tidak menyangka jika Intan datang dengan tiba-tiba. Ayu masih saling menatap tegang bersama Patih. Dia berharap Intan tidak mencurigai mereka berdua."Putri Intan," kata Ayu segera menundukkan kepalanya.“Kalian sepertinya sangat akrab sekali. Tapi, aku pikir itu hanya sebatas hubungan biasa,” jelas Intan terus mengamati mereka. Dia mengernyit melihat kedua mata Ayu yang melotot melihatnya. Intan seakan curiga jika memang ada hubungan diantara mereka. Patih segera mendekati Intan dan berusaha meredakan situasi.“Putri, Selir Ayu mengalami banyak cobaan. Kau tahu sendiri jika Selir membantu kita selama ini. Apakah aku akan membiarkannya terlempar dengan mengenaskan seperti itu? Kau sendiri membantunya menempati ruangan yang sering kita gunakan saat bersama,” tegas Patih yang membuat Intan akhirnya diam menatap Ayu. Patih tidak hentinya melempar senyuman kearah Intan yang membuatnya luluh seketik
Jenderal masih saja diam menatap Adipati yang seakan tidak mempedulikannya. Dia kebingungan bagaimana membuat Adipati menjadi sadar. Jenderal menarik perlahan tubuh Adipati yang masih saja tersenyum seakan-akan melihat Ayu di hadapannya menari dengan indah.“Adipati, anda mabuk. Mari saya bantu untuk berebah di ranjang.”Jenderal membawa tubuh Adipati sampai di ranjang. Dia segera keluar kamar dan memanggil Wati untuk membawa beberapa pelayan berjaga di kamar Adipati.“Wati, bawalah beberapa pelayan dan selir untuk merawat Adipati yang masih mabuk di kamarnya. Aku ada urusan yang harus aku selesaikan.”Wati segera melaksanakan perintah Jenderal. Dengan terburu-buru, Jenderal berjalan menuju gudang di mana Ayu berada. Dia membuka pintu dengan sangat keras hingga membuat Rose dan Siti sangat terkejut hingga menumpahkan ramuan yang mereka buat.“Di mana, Ayu?!” tanya Jenderal dengan tegas.“Aku tidak me
Jenderal tidak mengerti dengan dirinya. Dia juga merasakan apa yang Adipati lakukan selalu membayangkan wajah Ayu. Jenderal terus meminum semua air berwarna merah memabukkan di atas mejanya.“Apakah dia memang menggunakan guna-guna?” tanyanya sambil mengatur hatinya.Jenderal duduk sambil tertunduk. Dia membayangkan saat dirinya berada di bukit memadu kasih dengan Ayu. Jenderal membayangkan wajah Ayu yang sangat cantik dengan tersenyum. Tanpa sadar, dia menggerakkan jarinya mengikuti pola meja seakan melihat wajah Ayu dan membelainya.“Kau memang sangat cantik, Ayu,” gumamnya terus tersenyum tanpa sadar.“Brak!”“Jenderal …”Salah satu Selir level bawah yang saat itu berpura-pura memadu kasih dengannya untuk melindungi Ayu, masuk ke dalam kamarnya akan memberitahukan sebuah berita. Namun, Jenderal diam menatapnya. Dia berjalan menghampiri Selir itu. Jenderal mendekapnya.
Adipati merasakan sesuatu kenikmatan dalam diri Ayu. Dia meluapkan hasratnya yang sudah tidak bisa dia tahan lagi. Wajah buruk milik Ayu seakan hilang dari pandangannya. Adipati tidak menghiraukan lagi wajah buruk milik Ayu yang mebuatnya jijik. Rintihannya meluap seketika itu juga. Ayu masih saja diam membiarkan Adipati menikmati tubuhnya."Ah ... ah!"Ayu hanya diam membiarkan bibir Adipati dengan rakus menikmati semua kulit tubuhnya. Ayu mengatur nafasnya agar dia tidak ikut dalam permainan hasrat Adipati. Dia juga tidak memungkiri sedikit merasakan kenikmatan dengan semua sentuhan dari bibir Penguasa yang sudah sangat dibencinya."Aku akan menahan semua kenikmatan ini," batin Ayu memejamkan kedua matanya.Ranjang yang semula jauh dari posisi Ayu, kini semakin dekat dengan dirinya. Adipati mendorong tubuhnya hingga kini terlentang di ranjang yang biasanya sebagai saksi penyatuan tubuh mereka. Ranjang yang Ayu pikir tidak akan dia gunakan lagi, ki
Ayu masih saja diam memejamkan kedua matanya. Dia memikirkan Intan yang sebenarnya tidak ingin dia sakiti. Hati Intan sudah sangat hancur melihat Patih ternyata tidak mencintainya. Padahal hati, jiwa, dan raganya semua sudah Intan serahkan kepada Patih.Intan masih saja menangis tiada henti di kamarnya. Dia mencengkeram dadanya. Air mata terus menetes hingga menghiasi lantai. Tangisannya sudah berjam-jam tiada henti dari kedua matanya. Detakan jantungnya terus berdetak kencang. Sakit, sangat sakit, hingga menusuk hatinya yang terbelah. Suaranya sudah mulai serak.“Aku benci kalian!” teriaknya kencang.“Prang!” Semua barang sudah berserakan di lantai akibat kemarahan Intan yang terluapkan.Nafasnya kembali tersendat akibat tangisan itu. Putri mulai mengatur hatinya. Dia berdiri dalam diam menatap jendela kamarnya yang terarah menuju halaman belakang taman istana yang menjadi tempat kesukaannya. Dia menatap semua itu dengan pandangan
Ayu dengan menunduk siap untuk menerima pedang Iblis yang sudah diarahkan kepadanya. Rose berpegangan tangan dengan Siti menggeleng sambil mengeluarkan deraian air mata. Patih terus mengarahkan tangannya melihat Jenderal yang dengan amarah sudah sangat tinggi akan memisahkan kepala Ayu dari tubuhnya.Ayunan itu sudah sangat dekat dengan leher Ayu, “Srek!”“Patih!”Lengan kanan Patih terlepas dari tubuhnya. Dia segera menghalangi pedang iblis yang sudah hampir mengenai kepala Ayu.“Tidak!” teriak Ayu kencang.Ayu mengangkat wajahnya, berlari menghampiri Patih yang terjatuh di tanah merintih kesakitan. Darah segar berwarna merah pekat, keluar deras dari lengan yang terputus itu. Kulit Patih membiru seketika. Dia tersenyum menatap Ayu yang bisa dia selamatkan dari amarah Jenderal. Namun, Patih kemudian pingsan. Ayu semakin kebingungan. Dia meletakkan kepala Patih di pahanya.“Patih, kenapa kau lakukan i
Intan semakin senang mendengar perkataan Jenderal. Kini dia merasa Panglima Penguasa ada di genggamannya.“Apa kau yakin dengan yang kau katakan?” tanya Intan sekali lagi.Jenderal tanpa berucap menganggukkan kepalanya. Intan semakin tersenyum. “Pelayan, sebaiknya kita menunda menemui Adipati,” kata Intan segera meninggalkan Jenderal yang hanya diam dihadapannya.“Aku sudah melakukan kesalahan. Dan aku sudah terjebak. Adipati tidak boleh mengetahui hubunganku dengan Ayu,” batinnya kemudian menuju kamarnya dengan amarah.“Kau terlihat oleh Putri?” Wati menghadangnya saat Jenderal akan melangkah.“Kau tidak perlu terlibat dalam masalah ini, Wati,” tegasnya menatap tajam Wati yang sekarang tidak takut dengannya.“Aku tidak takut lagi denganmu, Jenderal. Kau sudah akan kalah dengan dirimu sendiri. Kesombonganmu, sudah terkalahkan. Aku memang membenci Ayu. Tapi, aku senang melihatn
"Keluar!"Suara tegas Ayu membuat Patih terkejut. Dia masih diam tidak segera keluar dari kamar Ayu. Patih tidak mau merusak momen romantis malam ini yang mungkin tidak akan dia dapatkan lagi.Patih berjalan mendekati Ayu yang masih memperlihatkan amarahnya. Dia menatapnya lembut. Tangan Patih yang masih utuh, menempel di pipi Ayu. Jari-jemarinya mengusap lembut, membuat Ayu mereda seketika."Maafkan aku! Perampok itu bisa mereda jika kita diam dan menyerahkan diri. Aku sangat tahu bagaimana mereka," kata Patih membuat Ayu sedikit melupakan amarahnya. Ayu mengernyit menatap Patih."Bantu aku, Patih!" pintanya membuat Patih menganggukkan kepalanya dengan senyuman. Patih kembali menuntun Ayu menuju ranjang untuk merebahkan badan. Dia memeluk Ayu hingga terlelap.Suara ayam berkokok bersaut-sahutan menandakan matahari sudah akan muncul menyinari bumi. Rose segera bersiap-siap bersama Siti."Kita akan pergi kemana, Rose?" tanya Siti."Kit