Home / Fiksi Sejarah / Selir Adipati / Dalam Genggaman

Share

Dalam Genggaman

Author: Esi Apresia
last update Last Updated: 2021-03-05 16:46:53

Ayu bersama Adipati, masih saja bersenang-senang di dalam kamarnya. Jenderal Iblis merenung di ruangannya. Dia selalu saja memikirkan Ayu yang sudah menempati hatinya. Jenderal selama puluhan tahun tidak pernah mencintai wanita. Bahkan, meliriknya saja tidak. Hatinya hanya di penuhi amarah jika semua musuhnya menyerang. Apa lagi, dia yang selalu menjaga Adipati kemanapun berada.

“Aku sudah salah. Aku tidak mungkin akan membuka hatiku untuknya,” batin Jenderal yang masih saja merenung dengan hatinya sendiri.

Adipati kali ini benar-benar merasakan hatinya yang sangat lama hilang. Dia tidak pernah merasakan cinta dengan wanita siapapun. Adipati setiap hari hanya melakukan kegiatan istana yang mengharuskan dia memutuskan semua permasalahan yang ada di dalamnya.

Adipati terus memandang Ayu di hadapannya. Jari jemarinya mengikuti pola wajah Ayu yang sangat cantik. Ayu memejamkan ke dua matanya, menikmati jari kuat yang perlahan membuatnya bergetar. “

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Selir Adipati   Undangan Ibu Suri

    Jenderal masih saja menatap Ayu. Dia kembali memegang pipi Ayu, dan sedikit mengelusnya. “Makan malam, berarti masalah untukmu. Kau akan mendapat masalah baru. Setiap selir yang mendapat undangan ibu Suri, selalu saja akan membuat Adipati marah.”Perkataan Jenderal yang membuat Ayu langsung mengernyit. Namun, dia berusaha terlihat santai. “Lindungi aku!” permintaan singkat dari Ayu yang membuat Jenderal menganggukkan kepalanya.“Kau, dalam perlindunganku.” Ciuman singkat Jenderal kembali dia berikan. Ayu menerimanya dengan senyumannya. Ayu berusaha membuat Jenderal sangat percaya jika dia menginginkan hatinya.Ayu kembali berjalan di belakang Jenderal. Dia masuk ke dalam aula wanita. Semua selir selalu menyambutnya, kecuali selir level atas. “Ayu, kau akan mendapat undangan ibu Suri. Semoga tidak akan ada hal apapun yang terjadi denganmu,” ucap salah satu selir yang mendukung Ayu, bersama dengan semua selir lainnya

    Last Updated : 2021-03-05
  • Selir Adipati   Kalah Dalam Jebakan

    Pintu ruangan dengan kayu jati yang sangat kokoh, di hiasi ukiran khas Jawa di setiap sudutnya, membuat pintu itu sangat indah. Ayu mulai melangkah masuk ketika pengawal membukanya. Adipati berdiri dengan tersenyum, segera mengulurkan tangannya. Dia sedikit menggeleng, mengagumi kecantikan Ayu. Bahkan Ibu Suri dan Intan, sangat terpana tidak berucap. Mereka hanya memandang dari atas sampai bawah di seluruh tubuh Ayu.“Seperti biasanya, wajahmu bagaikan sinar bulan yang menerangi indahnya dunia.” Pujian Adipati yang membuat Ayu semakin tersenyum. Namun, tidak dengan ibu Suri dan Intan, yang hanya diam meliriknya sinis, mendengar perkataan Adipati.Ayu duduk tepat di sebelah Adipati. Ibu Suri dan Intan berada di hadapannya. Meja bulat dengan kain merah sebagai penghias, membuatnya tampak sangat indah. Makanan lezat dan buah-buahan, tersaji dengan lengkap. Tidak lupa bunga mawar yang masih segar dengan aromanya yang khas, membuat ruangan semakin sempurna. Karp

    Last Updated : 2021-03-06
  • Selir Adipati   Mahkota

    "Aku ingin menikahinya, Ibu," kata Adipati masih dengan memandang Ayu yang terkejut hingga dia mengernyit.Lamaran Adipati saat itu juga, membuat seluruh orang yang berada di dalam ruangan serontak menarik nafas seketika. Ibu Suri segera menyikap selendangnya. Dia mengangkat wajahnya, berjalan mendekati Adipati yang masih saja menatap Ayu tiada henti.“Apa-apaan ini? Kau tidak bisa merubah peraturan istana yang sudah berjalan selama berpuluh-puluh tahun lamanya. Bahkan, ibumu ini menjalani proses yang sangat sulit untuk menjadi ratu di sini. Ibu harus menjalani selama tiga puluh hari lamanya. Ayahmu saat itu menahan hatinya, walaupun ingin sekali menikahi ibumu. Kau tidak akan aku ijinkan menikahi selir Ayu, kecuali dia menjalani peraturan yang seharusnya,” katanya tegas.Perkataan keras, bercampur wajah yang mengkerut akibat kemarahannya, ibu Suri membuat Adipati menatapnya tajam. Itu adalah pertama kalinya Adipati melakukan itu. Selama ini, Adipati

    Last Updated : 2021-03-07
  • Selir Adipati   Kedatangan Selir Lama

    Mahkota dengan sangat indah sudah berada di kepala Ayu. Mahkota yang sama sekali tidak pernah ada selama ini. Mahkota calon ratu yang akan segera menjadi milik Ayu. Mahkota itu menjulang tinggi hingga Ayu merasa berat membawanya. Tapi seakan dia lupakan itu semua. Dia memejamkan ke dua matanya. Ayu menarik nafas perlahan, menghembuskan berirama. Keinginannya untuk mencapai puncak kurang selangkah. Mahkota impian semua selir sudah ada di hadapannya.“Sangat berat, persis dengan beban kehidupan yang akan aku lakukan,” batinnya.Senyuman perlahan mulai dia tunjukkan. Bibirnya melebar perlahan. Nafas yang penuh dengan getaran, dia segera atur dengan baik. Adipati di sebelahnya menatapnya dengan tersenyum tiada henti. Ayu yang sangat cantik, lebih terpancar kecantikannya, dengan mahkota indah bertaburan sembilan puluh sembilan berlian yang mengitarinya.“Kau sangat cantik, ratuku.”Adipati memeluknya dari belakang. Perlahan mengecup leh

    Last Updated : 2021-03-07
  • Selir Adipati   Persaingan Baru

    Ayu datang , memasuki aula wanita. Sebelumnya, di dalam kamar Adipati, Ayu meminta ijin memakai mahkota dengan alasan agar tidak ada selir yang mengganggunya. Adipati tidak berbicara hanya terus menatap Ayu. Kali ini dia merasakan sesuatu yang sangat aneh di dalam tatapan Ayu. “Kau punya hati untukku?” tanyanya serius. Ke dua matanya menyorot tepat di bola mata Ayu yang diam seketika.“Siapa yang tidak memiliki hati untuk penguasa. Apakah hamba harus membukanya untuk orang lain?” jawaban Ayu yang senantiasa membuat Adipati yakin jika Ayu adalah wanita pujaan yang mencintainya. Dia berdiri dari duduknya. Adipati membuka kotak itu, tempat di mana mahkota khusus tersimpan. Dia dengan sangat hati-hati mengambilnya perlahan. Adipati memesannya khusus saat dia bertemu pejabat istana yang memiliki keahlian membuat mahkota jenis apapun.“Kau boleh memakainya jika memang perlu. Ini hanya mahkota sementara. Aku akan membuatkan mahkota yang sebenarny

    Last Updated : 2021-03-08
  • Selir Adipati   Serangan

    Seorang pelayan wanita berada di depan pintu kamar Ayu. Siti mempersilahkannya masuk. Rose dengan cepat segera menghampiri pelayan itu yang masih saja menundukkan kepalanya.“Apa yang mau kau katakan?”Pelayan itu masih saja belum bersuara. Dia seperti bergemetar. Ayu mengernyit menatapnya. Dia akhirnya berdiri dan menghampirinya. “Jangan takut! Aku mau kau berbicara dengan sangat pelan,” kata Ayu sambil memegang pundaknya.Pelayan itu mulai perlahan mengangkat wajahnya yang sangat pucat. “Maafkan aku selir Ayu! Aku sudah lancang menuju kamar selir. Aku hanya tidak mau selir Ayu terkena masalah. Aku melihat wajah selir sangat tulus. Aku sudah berada di sini selama bertahun-tahun, dan aku baru mengetahui jika selir adalah sebenarnya wanita baik. Aku mendengar Wati akan merencanakan hal buruk kepada selir. Dia akan mencegah selir masuk ke kamar Adipati malam ini. Wati akan membuat selir Bunga yang akan bermalam di dalam kamar Adipati.

    Last Updated : 2021-03-09
  • Selir Adipati   Terpenggal

    Ayu tergeletak dengan bersimpuh darah. Jenderal bersamaan dengan Adipati melompat menuju tubuh Ayu yang sudah tergeletak di lantai. Namun, Ayu masih saja tersadar karena hanya lengannya yang terkena.“Siapa yang melakukannya?!” teriakan Adipati sambil menghunus pedangnya tingi-tinggi. Dia melihat sekitar. Jenderal berlari menyusuri hutan yang berada di sekitar. Semua pengawal berpencar mencari pemanah yang sudah melakukan hal buruk kepada Ayu.Adipati kembali menatap Ayu yang merintih kesakitan. Dia melempar pedang yang di bawanya. Adipati mengangkat tubuh Ayu hingga di atas kuda. Wajah Ayu semakin pucat. Bibirnya membiru.“Hiya ….”Dengan hentakan tangan yang kuat, Adipati membuat kuda segera berlari kencang. Wajah Adipati di penuhi amarah melihat Ayu yang akhirnya pingsan dalam pelukannya. Adipati terus mengendarai kudanya dengan tangan satu. Sementara, tangan satunya memegang tubuh Ayu yang sudah tidak berdaya. Dia semaki

    Last Updated : 2021-03-09
  • Selir Adipati   Menyesal

    Rose masih saja kaku diam di tempat. Air matanya masih saja berlinang. Siti mengalami hal yang sama. Dia mencengkeram kebayanya, menahan amarah. Rose akhirnya berjalan lemas menuju tangga. Dia menghentikan langkahnya saat akan menaikinya. Dia berpegangan pada pagar tangga sambil menundukkan kepalanya menahan tangisannya."Aku sangat menyesal, menyuruhnya," suara Rose dengan lemah.Siti menepuk pundak Rose. “Kita harus kuat. Ayo masuk ke dalam!” ucapnya pelan.Rose kembali mengatur nafasnya. Dia berusaha mengangkat kepalanya. Perlahan, dia menapaki tangga hingga akhirnya sampai di dalam kamarnya. Rose duduk tidak bisa menahan air matanya lagi. Dia menangis tersedu-sedu. Air matanya terus mengalir membasahi wajahnya hingga menetes di lantai. Siti segera mengambil air minum dan menyodorkan kepada Rose yang tidak segera menerimanya.“Seharusnya aku tidak memerintahkannya. Aku merasa sangat bersalah kepadanya.” Rose masih saja tidak men

    Last Updated : 2021-03-09

Latest chapter

  • Selir Adipati   KEBAHAGIAAN

    Kebahagiaan Ayu semakin merebak. Kelahiran anak laki-laki gagah membuat seluruh rakyat bergembira dan merayakan secara besar-besaran. Mereka meliburkan semua kegiatan hari itu dengan memasak makanan sangat lezat dan mengadakan pawai. Mereka bersorak gembira saling meluapkan perasaan senang. Bahkan, saat malam tiba, lampion dengan nyala api dari obor kecil menyala membuat desa semakin terang. Ayu semakin tersenyum menggendong anaknya. Rose bersama Intan dan semua pelayan selalu memancarkan senyuman tak terkecuali kedua orang tua Ayu dengan kakaknya Sriasih. Mereka meluapkan kebahagiaan dengan kelahiran penguasa baru. “Adipati Karsa, kau akan memimpin semua rakyat ini dengan adil dan bijaksana!” Ayu berucap dengan suara lantang membuat semua orang menundukkan kepalanya. *** Waktu berjalan sangat cepat, Karsa semakin besar berumur tujuh belas tahun. Anak Jenderal yang diberikan nama Gugus menjadi pemuda terkuat dan ahli dalam menggunakan pedang. Tidak ad

  • Selir Adipati   Kelahiran

    Ayu berjalan memasuki kamar di mana benda mati yang berada di dalamnya adalah saksi bisu hubungannya dengan sang penguasa Adipati Wiryo yang kini tinggal kenangan. Dia masih diam menatap pintu megah dengan ukiran khas antik. Napasnya terus dihembuskan dengan perlahan. Hatinya yang bergetar, dia atur dengan baik.“Apa kau siap membukanya, Ayu?” tanya Rose.“Aku siap,” jawab Ayu singkat.Ayu melangkah perlahan masuk ke dalam, berhenti di tengah ruangan. Dia mengamati sekitar. Bahkan, sisa air yang berada di gelas milik suaminya itu masih ada. Jubah kebesarannya tergeletak di sandaran kursi berlapis emas masih tertata rapi.“Rose, tinggalkan aku sendiri!” pinta Ayu.“Baik!”Rose keluar menutup pintu kamar dengan rapat. Ayu masih mengamati semua ruangan dan kembali ke masa lalu. Dia terdiam sedih seakan melihat Adipati berdiri saat menyambut kedatangannya. Sorotan mata tajam Adipati masih membayang

  • Selir Adipati   Jenderal

    Jenderal dengan sangat kuat melepaskan tancapan anak panah salah sasaran yang sama sekali tidak membuatnya tumbang, dan mengenai lengan kuatnya. Ayu semakin menatap tegang di hadapannya.“Kau sengaja akan membunuhku?” tanya Jenderal menatap Ayu heran. Terpancar rasa kecewa sangat dalam di aura wajahnya.“Kau sangat kejam. Aku selama ini hanya memanfaatkan hati kalian berdua, penguasa. Namun, tujuanku hanya satu. Menduduki singasana itu.” Ayu semakin membuat murka Jenderal. Dia melirik pedang iblisnya, hingga membuat Ayu semakin resah. Rose juga menatapnya kaku.“Kau tidak akan aku biarkan menduduki singasana itu!” teriak Jenderal. Pengawal setianya yang berjumlah lima orang, berlari akan melindunginya. Namun, Patih dengan kawanan perampok mencegahnya. Ayu sangat pasrah dengan apa yang akan dilakukan Jenderal kepadanya. Dia menarik napas dan akan menerima hunusan pedang Jenderal, hingga suara wanita tidak asing terdengar cukup

  • Selir Adipati   Pertarungan

    Pagi menjelang dengan indah. Udara diselimuti embun pagi dengan pantulan sinar cahaya mentari yang semakin membuat bumi terang. Senyuman terpancar dari wajah Ayu yang masih memandang taman istana dari jendela kamarnya. Datangnya hari gerhana bulan malam nanti membuat rakyat bergembira. Mereka mempercayai jika gerhana bulan menjadikan malam menjadi indah untuk mereka mengadakan pawai.“Malam nanti, semua sudah disiapkan, Ratu,” ucap Rose mengejutkan Ayu dari belakang. Perlahan tubuhnya membalik. Kedua matanya menyambut pagi dalam tegang. Hatinya bergetar kencang menunggu datangnya malam.“Apakah semua akan hadir?”“Semua nama yang kau sebutkan saat itu akan aku pastikan hadir,” kata Rose mendapatkan secarik kertas bertuliskan beberapa nama yang Ayu berikan setelah dia menuliskan di rumah Sriasih. Sederet nama yang akan menyaksikan pertarungan antara kedua penguasa.“Baiklah. Aku akan melihat lapangan itu,” ka

  • Selir Adipati   Pembalasan Siti

    Jenderal semakin memandang selir yang kini akan dia nikmati untuk tujuan tertentu.“Jika aku mencintainya, Ayu. Aku tidak akan memiliki hasrat dengan wanita lain. Namun, kini aku sadar jika aku hanya terobsesi dengannya. Tapi, ketika aku memandangnya, rasa getaran itu ada hingga ingin menyayanginya. Apakah namanya hatiku? Paling tidak aku akan meninggalkan keturunanku di dunia dan aku akan membuatnya menghabisi anak Adipati itu,” batinnya mulai menikmati tubuh Selir.Jenderal menarik tubuh selir agar terduduk. Dia setengah berdiri di ranjang dengan lutut sebagai penyangga tubuhnya. Tangan kuatnya membelai bibir selir itu yang menikmatinya dengan memejamkan kedua matanya. Kini dia menuju rambut hitam bersanggul yang akhirnya terurai karena jepit bunga mawar sudah dilepaskan oleh Jenderal. Belaian tetap dia berikan hingga leher selir kini berada di tangannya.“Puaskan aku dengan baik,” katanya menarik wajah selir untuk memulai aksi dengan m

  • Selir Adipati   Racun Raja

    Ibu Suri menahan Ayu melangkah. Langkah yang akan melaju, terhenti dengan mendadak. Ayu menolehkan pandangannya seketika. Hingga akhirnya tubuh Ayu ikut membalik dan membuatnya bisa menatap kembali Ibu Suri di hadapannya.“Apa yang membuatmu menghentikanku?” tanya Ayu.“Aku tidak akan membiarkanmu memenangkan ini semua. Dan, kau akan aku siksa dengan perlahan. Semua kehancuran istana ini adalah ulahmu. Kau yang menyebabkan istana ini menjadi lemah sekarang,” kata Ibu Suri yang kali ini membuat Ayu naik pitam. Ayu semakin mendekati Ibu Suri yang mengangkat wajahnya dengan sangat tinggi sebagai ciri khasnya.“Kalah? Kau pikir, siapa yang membongkar permaisuri yang jelas-jelas ingin membunuhmu? Jika dia menang, apakah kau masih akan hidup? Justru aku yang menyelamatkan istana ini dan akhirnya menjadi lebih kuat. Sudahlah, kesempatanmu sampai gerhana bulan datang. Jika kau masih keras kepala, aku akan memikirkan hukuman apa yang cocok b

  • Selir Adipati   Tatapan Sengit

    Pertarungan kedua mata penguasa masih saja terjadi. Mereka saling membalas tatapan tajam satu sama lain, seakan pertarungan sudah dimulai antara keduanya. Obsesi dengan pengakuan kehebatan, sudah membuat mereka menjadi musuh. Sifat asli dari keduanya yang mulai terbukti.Ayu mengambil ramuan, dan akhirnya meminumnya sendiri karena pelayan yang tidak akan kunjung datang. Dia meneguk hingga habis mencampurnya dengan air segar yang sudah tersedia di dalam kamar. Sementara, kedua penguasa masih saja tidak berbicara. Ayu perlahan melangkah mendekati mereka.“Apa yang kalian masalahkan. Anak dalam kandunganku?” tanya Ayu sambil menatap santai keduanya.“Kalian adalah kedua penguasa terhebat, buktikan jika salah satu kalian memang tidak terkalahkan. Itu adalah pembuktian yang jelas. Hadiahnya adalah satu, terhebat,” kata Ayu membuat keduanya melihat dirinya yang masih diam di antara mereka.Ayu berjalan meninggalkan mereka yang akhirnya b

  • Selir Adipati   Kecemburuan

    Di dalam kamarnya, Adipati mulai mendekati Ayu yang merentangkan tubuhnya di ranjang. Dia menelusuri tubuh Ayu dari bawah hingga daerah rawan yang sudah lama tidak dia sentuh. Kedua matanya memejam menikmati kulit yang selalu diimpikannya setiap malam.“Kau sangat nikmat …”Ayu mengeliat mencengkeram kain ranjang berwarna merah jingga mengatasi hasratnya yang juga muncul. Titik tengah daerah sensitivnya yang sudah dinikmati Adipati, membuatnya terus berhembus. “Hah!” teriaknya membuat Adipati tersenyum.“Aku akan membuktikan jika aku yang bisa memuaskanmu, bukan Jenderal keparat itu!” teriak Adipati terus memainkan dengan ujung lidahnya hingga Ayu semakin mendesah.“Ah!”“Teriaklah! Aku semakin menyukainya!” balas Adipati kini memainkan jarinya di daerah itu dengan gerakan berirama, membuat Ayu semakin tidak kuasa menahannya.“Ah, ah!”Adipati semakin terse

  • Selir Adipati   Malam Terakhir

    “Tang!”Wanita perampok melompat tinggi, sekuat tenaga mengangkat tangannya mengarahkan pedang dengan cepat dari arah samping. Namun pengawal hebat Adipati menangkisnya hingga pedang itu bersentuhan mengakibatkan suara nyaring terdengar jelas. Sinar matahari yang sangat gagah menyinari bumi tepat di ubun-ubun, membuat mereka semakin bersemangat walaupun buliran keringat bercucuran deras menyelimuti tubuh mereka.“Hah!”“Tang!”Pengawal yang terus menyerang, dengan mudah wanita perampok kalahkan. Keahlian menggunakan pedang dari kecil yang sudah dilatih ayahnya mantan kepala perampok, bisa dengan mudah dia lakukan.“Rasakan ini!”Pedang di tangan kanan wanita itu terus dengan lihai dia hentakkan membuat pengawal kwalahan tidak bisa menandingi kecepatannya.“Aku tidak akan membiarkanmu menang!” teriaknya membuat pengawal melotot melihatnya. Ditambah gerakan serangnya yang super

DMCA.com Protection Status