Share

Terpenggal

Penulis: Esi Apresia
last update Terakhir Diperbarui: 2021-03-09 19:05:00

Ayu tergeletak dengan bersimpuh darah. Jenderal bersamaan dengan Adipati melompat menuju tubuh Ayu yang sudah tergeletak di lantai. Namun, Ayu masih saja tersadar karena hanya lengannya yang terkena.

“Siapa yang melakukannya?!” teriakan Adipati sambil menghunus pedangnya tingi-tinggi. Dia melihat sekitar. Jenderal berlari menyusuri hutan yang berada di sekitar. Semua pengawal berpencar mencari pemanah yang sudah melakukan hal buruk kepada Ayu.

Adipati kembali menatap Ayu yang merintih kesakitan. Dia melempar pedang yang di bawanya. Adipati mengangkat tubuh Ayu hingga di atas kuda. Wajah Ayu semakin pucat. Bibirnya membiru.

“Hiya ….”

Dengan hentakan tangan yang kuat, Adipati membuat kuda segera berlari kencang. Wajah Adipati di penuhi amarah melihat Ayu yang akhirnya pingsan dalam pelukannya. Adipati terus mengendarai kudanya dengan tangan satu. Sementara, tangan satunya memegang tubuh Ayu yang sudah tidak berdaya. Dia semaki

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Selir Adipati   Menyesal

    Rose masih saja kaku diam di tempat. Air matanya masih saja berlinang. Siti mengalami hal yang sama. Dia mencengkeram kebayanya, menahan amarah. Rose akhirnya berjalan lemas menuju tangga. Dia menghentikan langkahnya saat akan menaikinya. Dia berpegangan pada pagar tangga sambil menundukkan kepalanya menahan tangisannya."Aku sangat menyesal, menyuruhnya," suara Rose dengan lemah.Siti menepuk pundak Rose. “Kita harus kuat. Ayo masuk ke dalam!” ucapnya pelan.Rose kembali mengatur nafasnya. Dia berusaha mengangkat kepalanya. Perlahan, dia menapaki tangga hingga akhirnya sampai di dalam kamarnya. Rose duduk tidak bisa menahan air matanya lagi. Dia menangis tersedu-sedu. Air matanya terus mengalir membasahi wajahnya hingga menetes di lantai. Siti segera mengambil air minum dan menyodorkan kepada Rose yang tidak segera menerimanya.“Seharusnya aku tidak memerintahkannya. Aku merasa sangat bersalah kepadanya.” Rose masih saja tidak men

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-09
  • Selir Adipati   Menemukan

    Jenderal masih saja saling berhadapan dengan Patih. Mereka saling diam menatap. Jenderal hanya bisa menarik nafas sangat menyesal atas keputusan terburu-buru yang dia lakukan untuk pelayan yang sudah dia penggal. Dalam hatinya, dia masih saja tidak percaya jika akan salah sasaran menghukum seseorang yang justru sangat berjasa kepadanya atas kesembuhan Ayu.“Jenderal, kita harus kembali ke kamar Adipati. Masalah ini sudah selesai.” Patih segera mengikuti Jenderal yang akhirnya berjalan mendahuluinya menuju aula Adipati. Dia terus berjalan masih dalam tatapan dinginnya. Patih hanya diam melangkah tidak bersuara. Langkah kakinya sangat cepat hingga Jenderal sampai di kamar Adipati dan segera masuk ke dalam."Ayu," batinnya.Jenderal menghela nafas lega saat melihat Ayu sudah siuman. Adipati tidak hentinya membelai wajah Ayu yang masih di penuhi keringat. Adipati mengambil kain halus yang di bawa pelayan dengan mangkok yang berisi air bersih hangat. Dia

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-10
  • Selir Adipati   Terkejut

    Jenderal segera masuk ke dalam ruangan ibu Suri. Dia berdiri tepat di hadapannya. Ibu Suri merasa sangat tegang menatap Jenderal yang mulai memerah di kedua matanya. Dia sangat tahu jika pasti Jenderal akan tahu perbuatannya.Jenderal mulai mengangkat tangannya. Dia memegang kantong khas miliknya. Bola mata ibu Suri mengikuti arah kantong itu. Dia masih saja diam mengatur nafasnya. Dia sebenarnya bergetar melihat Jenderal. Namun, dia menutupinya. Ibu Suri berusaha tenang menghadapinya.“Kau tahu, jika perbuatanmu menyalahi aturan, Jenderal,” katanya kaku.“Maafkan, hamba hanya akan mengembalikan kantong yang hamba temukan. Kantong ini tepat berada di posisi pemanah yang mengenai selir Ayu. Hamba sangat yakin jika ini adalah milik ibu Suri,” ucap Jenderal tegas namun, sedikit pelan.Jenderal berjalan menuju ke depan meja yang berada di antara dia dengan ibu Suri. Dia meletakkan dengan sedikit melempar kantong milik ibu Suri hingga t

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-10
  • Selir Adipati   Diam-Diam

    Ayu menatap pelayan yang memanggilnya untuk menemui ibu Suri. Dia kemudian melihat Rose yang mengarahkan kepalanya agar Ayu masuk ke dalam kamarnya. “Aku akan ke sana sebentar lagi,” jawab Ayu kepada pelayan yang masih saja menundukkan kepalanya.Ayu berjalan menuju kamarnya kembali. Dia menaiki tangga berhenti di tengahnya. Dia menatap Bunga bersama Wati yang berpura-pura tidak melihatnya. Ayu terus memandang mereka. “Aku tahu, pasti kalian yang menyebabkan pelayan itu terpenggal,” batinnya kemudian melanjutkan menaiki tangga hingga masuk ke dalam kamarnya.“Apa yang harus aku lakukan, Rose?” tanya Ayu sambil menatap luar jendela kamarnya. Dia menghirup udara yang sangat segar menerpanya. Harumnya embun membuatnya sangat tenang. “Aku tidak akan tepat waktu pergi ke sana. Biarkan ibu Suri menyebalkan itu menunggu,” katanya masih sambil memejamkan kedua matanya. Kali ini dia mengeluarkan kedua tangannya hingga bisa merasak

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-10
  • Selir Adipati   Bisikan Mengejutkan

    Ibu Suri terus memandang Ayu yang sangat membuatnya terkejut. Perkataan yang terlontar di mulut Ayu, membuat seisi ruangan melotot ke arahnya, termasuk semua pelayan. Bahkan Rose dan Siti bersamaan mengernyit dan saling menatap, tidak mengerti dengan maksud perkataan Ayu barusan.“Jadi, kau mencintai Jenderal?” tanya ibu Suri sekali lagi memastikan apa yang dia dengar.“Saya menyayanginya, bukan mencintainya. Bagaimana tidak, saya akan menganggapnya biasa. Jenderal yang selalu membawaku kepada orang yang sangat aku cintai. Anak anda sendiri ibu Suri, Adipati.”Di balik kayu jati pembatas yang merupakan tempat persembunyian Adipati, terlihat senyuman yang terpancar dengan bangga di wajah tampan Adipati. Dia sempat kawatir dengan apa yang di katakan Ayu. Adipati menarik nafas lega.“Aku mencintai dengan hati. Tubuhku sangat damai di dalam pelukannya. Getaran itu sangat membuatku bahagia. Aku seakan menjadi seperti kupu-kupu yan

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-11
  • Selir Adipati   Pertaruhan Membahayakan

    Ayu berjalan meninggalkan Wati yang mengepalkan ke dua tangannya. Semakin berjalan, langkah kaki Ayu melambat. Siti segera menangkap tubuh lemas Ayu. “Ayu, kau masih saja tidak sehat,” ucapnya.Ayu memegang kepalanya yang terasa pening. “Pegangi aku saat akan sampai di pintu aula wanita. Aku tidak mau jika mereka melihat aku lemah. Setelah sampai, aku akan tetap berjalan dengan tegap.” Ayu masih saja berusaha menahan rasa sakit yang berada di dalam tubuhnya.“Baiklah,” jawab Siti.Sementara Rose masih menatap sekitar. Mereka berjalan sambil berpegangan. Wajah Ayu semakin pucat. Langkah kakinya sangat berat untuk melangkah. Namun, keinginannya terlihat kuat, semakin membuat Ayu memaksakan diri melangkah.“Ayu …,” suara serak keras memanggilnya tiba-tiba. Kedua matanya terbelalak lebar melihat Ayu yang sudah tidak bisa lagi menumpu tubuhnya. Jenderal dengan segera menangkap tubuh lemas Ayu. Nafas Ayu se

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-12
  • Selir Adipati   Memenangkan Pertaruhan

    Pintu kamar Ayu terbuka sangat lebar. Ayu mengangkat kepalanya. Dia juga menegakkan tubuhnya yang semula agak membungkuk. Rose membuka kedua mata lebar-lebar tidak percaya dengan apa yang di lihat di hadapannya. Kini dia merasa tenang. Bibirnya mulai melebar memperlihatnya senyumannya.Rose, bersama Ayu dan Siti membungkuk seketika. “Selamat datang, Adipati,” ucap Rose dan Siti bersamaan. Sementara Ayu masih saja tersenyum belum mengucap kata apapun juga. Adipati melangkah masuk ke dalam. Pintu kamarnya masih saja terbuka lebar. Semua selir level atas melihat kedatangan Adipati dengan wajah kaku mereka.“Kenapa kau lama sekali tidak datang ke kamarku?” tanya Adipati menarik tubuh Ayu hingga berada dalam pelukannya.Ayu mengangkat tangannya hingga melingkar di leher Adipati. Dia mengeratkannya. Ayu menatap tajam semua selir dengan senyuman sinisnya. Kini dia kembali menatap wajah Adipati. Bibirnya mulai mendekat perlahan. Dia sengaja melak

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-12
  • Selir Adipati   Menunduk

    Mahkota dengan gemerlap masih saja menghiasi meja kamar Ayu. Adipati segera memerintahkan beberapa pengawal untuk membawanya menuju aula wanita. Pengawal membawanya dengan sangat berhati-hati hingga meletakkan di kamar Ayu dengan selamat.“Rose sudah waktunya aku keluar dan menunjukkan diriku. Siapkan semua! Aku dengar ibu Suri bersama semua selir akan mengadakan perjamuan rutin. Aku mau ibu Suri melihatku jika semua selir sudah berada dalam kekuasaanku.”Ayu menatap Rose. Salah satu alisnya terangkat. “Poles aku agak tebal. Aku mau malam ini menjadi yang terbaik.”“Tapi kau tidak sehat, Ayu. Kau sudah melayani Adipati seperti itu. Apa kau akan kuat berjalan dan duduk selama itu?” Rose masih saja kawatir dengan kondisi kesehatan fisik Ayu yang masih saja lemah. Dia kembali memerintahkan Siti untuk membuatkan ramuan agar bisa menguatkan tubuh Ayu dalam waktu singkat. Siti masih saja menyiapkan semua ramuan yang sudah dia ambil

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-14

Bab terbaru

  • Selir Adipati   KEBAHAGIAAN

    Kebahagiaan Ayu semakin merebak. Kelahiran anak laki-laki gagah membuat seluruh rakyat bergembira dan merayakan secara besar-besaran. Mereka meliburkan semua kegiatan hari itu dengan memasak makanan sangat lezat dan mengadakan pawai. Mereka bersorak gembira saling meluapkan perasaan senang. Bahkan, saat malam tiba, lampion dengan nyala api dari obor kecil menyala membuat desa semakin terang. Ayu semakin tersenyum menggendong anaknya. Rose bersama Intan dan semua pelayan selalu memancarkan senyuman tak terkecuali kedua orang tua Ayu dengan kakaknya Sriasih. Mereka meluapkan kebahagiaan dengan kelahiran penguasa baru. “Adipati Karsa, kau akan memimpin semua rakyat ini dengan adil dan bijaksana!” Ayu berucap dengan suara lantang membuat semua orang menundukkan kepalanya. *** Waktu berjalan sangat cepat, Karsa semakin besar berumur tujuh belas tahun. Anak Jenderal yang diberikan nama Gugus menjadi pemuda terkuat dan ahli dalam menggunakan pedang. Tidak ad

  • Selir Adipati   Kelahiran

    Ayu berjalan memasuki kamar di mana benda mati yang berada di dalamnya adalah saksi bisu hubungannya dengan sang penguasa Adipati Wiryo yang kini tinggal kenangan. Dia masih diam menatap pintu megah dengan ukiran khas antik. Napasnya terus dihembuskan dengan perlahan. Hatinya yang bergetar, dia atur dengan baik.“Apa kau siap membukanya, Ayu?” tanya Rose.“Aku siap,” jawab Ayu singkat.Ayu melangkah perlahan masuk ke dalam, berhenti di tengah ruangan. Dia mengamati sekitar. Bahkan, sisa air yang berada di gelas milik suaminya itu masih ada. Jubah kebesarannya tergeletak di sandaran kursi berlapis emas masih tertata rapi.“Rose, tinggalkan aku sendiri!” pinta Ayu.“Baik!”Rose keluar menutup pintu kamar dengan rapat. Ayu masih mengamati semua ruangan dan kembali ke masa lalu. Dia terdiam sedih seakan melihat Adipati berdiri saat menyambut kedatangannya. Sorotan mata tajam Adipati masih membayang

  • Selir Adipati   Jenderal

    Jenderal dengan sangat kuat melepaskan tancapan anak panah salah sasaran yang sama sekali tidak membuatnya tumbang, dan mengenai lengan kuatnya. Ayu semakin menatap tegang di hadapannya.“Kau sengaja akan membunuhku?” tanya Jenderal menatap Ayu heran. Terpancar rasa kecewa sangat dalam di aura wajahnya.“Kau sangat kejam. Aku selama ini hanya memanfaatkan hati kalian berdua, penguasa. Namun, tujuanku hanya satu. Menduduki singasana itu.” Ayu semakin membuat murka Jenderal. Dia melirik pedang iblisnya, hingga membuat Ayu semakin resah. Rose juga menatapnya kaku.“Kau tidak akan aku biarkan menduduki singasana itu!” teriak Jenderal. Pengawal setianya yang berjumlah lima orang, berlari akan melindunginya. Namun, Patih dengan kawanan perampok mencegahnya. Ayu sangat pasrah dengan apa yang akan dilakukan Jenderal kepadanya. Dia menarik napas dan akan menerima hunusan pedang Jenderal, hingga suara wanita tidak asing terdengar cukup

  • Selir Adipati   Pertarungan

    Pagi menjelang dengan indah. Udara diselimuti embun pagi dengan pantulan sinar cahaya mentari yang semakin membuat bumi terang. Senyuman terpancar dari wajah Ayu yang masih memandang taman istana dari jendela kamarnya. Datangnya hari gerhana bulan malam nanti membuat rakyat bergembira. Mereka mempercayai jika gerhana bulan menjadikan malam menjadi indah untuk mereka mengadakan pawai.“Malam nanti, semua sudah disiapkan, Ratu,” ucap Rose mengejutkan Ayu dari belakang. Perlahan tubuhnya membalik. Kedua matanya menyambut pagi dalam tegang. Hatinya bergetar kencang menunggu datangnya malam.“Apakah semua akan hadir?”“Semua nama yang kau sebutkan saat itu akan aku pastikan hadir,” kata Rose mendapatkan secarik kertas bertuliskan beberapa nama yang Ayu berikan setelah dia menuliskan di rumah Sriasih. Sederet nama yang akan menyaksikan pertarungan antara kedua penguasa.“Baiklah. Aku akan melihat lapangan itu,” ka

  • Selir Adipati   Pembalasan Siti

    Jenderal semakin memandang selir yang kini akan dia nikmati untuk tujuan tertentu.“Jika aku mencintainya, Ayu. Aku tidak akan memiliki hasrat dengan wanita lain. Namun, kini aku sadar jika aku hanya terobsesi dengannya. Tapi, ketika aku memandangnya, rasa getaran itu ada hingga ingin menyayanginya. Apakah namanya hatiku? Paling tidak aku akan meninggalkan keturunanku di dunia dan aku akan membuatnya menghabisi anak Adipati itu,” batinnya mulai menikmati tubuh Selir.Jenderal menarik tubuh selir agar terduduk. Dia setengah berdiri di ranjang dengan lutut sebagai penyangga tubuhnya. Tangan kuatnya membelai bibir selir itu yang menikmatinya dengan memejamkan kedua matanya. Kini dia menuju rambut hitam bersanggul yang akhirnya terurai karena jepit bunga mawar sudah dilepaskan oleh Jenderal. Belaian tetap dia berikan hingga leher selir kini berada di tangannya.“Puaskan aku dengan baik,” katanya menarik wajah selir untuk memulai aksi dengan m

  • Selir Adipati   Racun Raja

    Ibu Suri menahan Ayu melangkah. Langkah yang akan melaju, terhenti dengan mendadak. Ayu menolehkan pandangannya seketika. Hingga akhirnya tubuh Ayu ikut membalik dan membuatnya bisa menatap kembali Ibu Suri di hadapannya.“Apa yang membuatmu menghentikanku?” tanya Ayu.“Aku tidak akan membiarkanmu memenangkan ini semua. Dan, kau akan aku siksa dengan perlahan. Semua kehancuran istana ini adalah ulahmu. Kau yang menyebabkan istana ini menjadi lemah sekarang,” kata Ibu Suri yang kali ini membuat Ayu naik pitam. Ayu semakin mendekati Ibu Suri yang mengangkat wajahnya dengan sangat tinggi sebagai ciri khasnya.“Kalah? Kau pikir, siapa yang membongkar permaisuri yang jelas-jelas ingin membunuhmu? Jika dia menang, apakah kau masih akan hidup? Justru aku yang menyelamatkan istana ini dan akhirnya menjadi lebih kuat. Sudahlah, kesempatanmu sampai gerhana bulan datang. Jika kau masih keras kepala, aku akan memikirkan hukuman apa yang cocok b

  • Selir Adipati   Tatapan Sengit

    Pertarungan kedua mata penguasa masih saja terjadi. Mereka saling membalas tatapan tajam satu sama lain, seakan pertarungan sudah dimulai antara keduanya. Obsesi dengan pengakuan kehebatan, sudah membuat mereka menjadi musuh. Sifat asli dari keduanya yang mulai terbukti.Ayu mengambil ramuan, dan akhirnya meminumnya sendiri karena pelayan yang tidak akan kunjung datang. Dia meneguk hingga habis mencampurnya dengan air segar yang sudah tersedia di dalam kamar. Sementara, kedua penguasa masih saja tidak berbicara. Ayu perlahan melangkah mendekati mereka.“Apa yang kalian masalahkan. Anak dalam kandunganku?” tanya Ayu sambil menatap santai keduanya.“Kalian adalah kedua penguasa terhebat, buktikan jika salah satu kalian memang tidak terkalahkan. Itu adalah pembuktian yang jelas. Hadiahnya adalah satu, terhebat,” kata Ayu membuat keduanya melihat dirinya yang masih diam di antara mereka.Ayu berjalan meninggalkan mereka yang akhirnya b

  • Selir Adipati   Kecemburuan

    Di dalam kamarnya, Adipati mulai mendekati Ayu yang merentangkan tubuhnya di ranjang. Dia menelusuri tubuh Ayu dari bawah hingga daerah rawan yang sudah lama tidak dia sentuh. Kedua matanya memejam menikmati kulit yang selalu diimpikannya setiap malam.“Kau sangat nikmat …”Ayu mengeliat mencengkeram kain ranjang berwarna merah jingga mengatasi hasratnya yang juga muncul. Titik tengah daerah sensitivnya yang sudah dinikmati Adipati, membuatnya terus berhembus. “Hah!” teriaknya membuat Adipati tersenyum.“Aku akan membuktikan jika aku yang bisa memuaskanmu, bukan Jenderal keparat itu!” teriak Adipati terus memainkan dengan ujung lidahnya hingga Ayu semakin mendesah.“Ah!”“Teriaklah! Aku semakin menyukainya!” balas Adipati kini memainkan jarinya di daerah itu dengan gerakan berirama, membuat Ayu semakin tidak kuasa menahannya.“Ah, ah!”Adipati semakin terse

  • Selir Adipati   Malam Terakhir

    “Tang!”Wanita perampok melompat tinggi, sekuat tenaga mengangkat tangannya mengarahkan pedang dengan cepat dari arah samping. Namun pengawal hebat Adipati menangkisnya hingga pedang itu bersentuhan mengakibatkan suara nyaring terdengar jelas. Sinar matahari yang sangat gagah menyinari bumi tepat di ubun-ubun, membuat mereka semakin bersemangat walaupun buliran keringat bercucuran deras menyelimuti tubuh mereka.“Hah!”“Tang!”Pengawal yang terus menyerang, dengan mudah wanita perampok kalahkan. Keahlian menggunakan pedang dari kecil yang sudah dilatih ayahnya mantan kepala perampok, bisa dengan mudah dia lakukan.“Rasakan ini!”Pedang di tangan kanan wanita itu terus dengan lihai dia hentakkan membuat pengawal kwalahan tidak bisa menandingi kecepatannya.“Aku tidak akan membiarkanmu menang!” teriaknya membuat pengawal melotot melihatnya. Ditambah gerakan serangnya yang super

DMCA.com Protection Status