Jangan lupa komennya ya ... biar author semangat lagi."Sekalipun harus mengorbankan perasaanku sendiri. Iya? ha! kenapa Mas nggak memikirkan itu dari dulu, sebelum Mas berbuat yang macam-macam dengan wanita lain, seharusnya dulu Mas memikirkan itu gimana akibatnya? kalau Mas melakukan hal yang aneh-aneh! akibatnya berpisah atau gimana? anak-anak nanti gimana! Tidak 'kan? tidak pernah memikirkan itu 'kan?" ucap Sekar dengan jelas namun dengan suara pelan.Zulfan mengangkat tangannya yang di arahkan kepada Ridho dan Shasa yang masih berada di dalam kolam renang. Sebelum kembali menoleh pada Sekar. "Mas harus minta maaf seperti apa lagi agar kamu memaafkan Mas? apa harus aku bersujud di kaki kamu untuk meminta maaf atas semua kesalahan yang sudah aku lakukan dahulu?""Tidak perlu. Mas, Mas tidak perlu minta maaf sampai segitunya karena tidak akan merubah keputusan aku yang tidak ingin kembali padamu! sekarang pikirkan saja istri kamu, tidak perlu m
Setelah terdiam beberapa saat. Sekar pun mengiyakan untuk di antar pulang oleh Arka yang langsung mengulas senyum nya. Lantas turun lebih dulu."Jalan sini saja!" Arka meminta Sekar keluar dari jalan yang sama dengannya. Dia berdiri sambil memasang jas nya di atas kepala.Sekar turun, berjalan di depannya. Berpayung jas yang sama dengan Arka sampai naik ke dalam mobil yang ia bukakan.Blugh.Arka berjalan kembali mengitari setengah mobilnya, setelah Sekar berada di dalam mobil.Sekar tampak mengigil. Arka menoleh ke belakang mengambil sebuah jaket yang lalu ia berikan pada Sekar. "Pakailah."Sekar pun mengambil dan memakainya. "Terima kasih banyak!""Sama-sama, lumayan dari pada kedinginan." Arka dengan seulas senyum nya.Kemudian, Arka membuka kemeja nya sehingga hanya meninggalkan kaos dalam saja. Memperlihatkan otot-otot nya yang tampak kekar, dada bidang, perut rata. Biarpun usianya dah lebih kepala empat. Tetapi dia terlihat lebih gagah dan Maco.Penglihatan Sekar tertuju ke luar
"Oh, tidak usah. Makasih." Melanjutkan langkahnya menuju kamar yang sebelumnya mendatangi kamar Ridho dan Shasa. Namun keduanya sudah pada tidur. Sekar melanjutkan langkahnya ke kamar dengan gontai dan di pikirannya berjubel segala macam.Sekar berdiri di kamarnya yang terasa sepi dan lantas manik matanya tertuju pada jaket Arka yang tadi ia pakai. Dan berniat mengembalikannya besok kalau mobil ia sudah kembali.Keesokan hari nya. Sekar mendapat kabar dari salah satu karyawan kalau ada yang memberikan kunci mobilnya dan mobil sudah berada di parkiran."Lho, kan aku belum ngasih bayaran. Bengkel mana dan mana rekeningnya untuk membayar jasa." Gumamnya seraya menatap kunci mobilnya yang tergeletak di meja."Ke mana aku harus mengirimkan jaketnya Arka. Sementara aku nggak tahu alamatnya di mana, nomor teleponnya yang mana?" Sekar sambil kembali menyibukkan tangannya dengan tugas-tugas yang berada di hadapannya tersebut.Ketika pada jam pulang kerja, Sekar pun pergi ke pemakaman, berharap
Wajah Sekar melongo, menatap ke arah pria yang sudah kepala 4 itu yang katanya belum beristri juga. Ia kira sudah punya istri. Rupanya masih lajang toh."Aku kira ... kau sudah menikah." Kata Sekar sambil menyedot kembali minumnya, menatap ke arah pria yang terlihat sangat tampan itu meskipun sudah berumur.Arka menggeleng seraya mesem. Setelah itu senja semakin memerah dan sebentar lagi menjelang Maghrib menjadikan mereka pun segera pulang. Pergi dari tempat itu.*****"Kamu tidak bisa begini, Mas. Aku merelakan aku di madu sama Fitri, dan sekarang kamu mau duakan aku lagi dengan kakak ku sendiri? Kamu jangan gila, Mas!" Protes Lulu yang tidak terima bila Zulfan menikahi Sekar lagi."Dia itu mantan saya dan ibu dari anak-anak saya, jadi wajar bila saya ingin kembali padanya! bersatu bersama anak-anak." Jelas Zulfan sembari mendelik namun tetap santai seolah keputusannya itu benar."Tidak, Mas. Aku tidak rela bila kamu menikah lagi dengan kakak ku, Sekar! aku tidak mau dimadu, Mas. Bu
Pria tampan itu berdiri menatap Sekar dengan bibir yang terus tersenyum, dan tangan sebelah dilipat ke belakang yang sebelah lagi menyinggung kantong kresek yang berisi buah-buahan."Tidak apa-apa kok, saya ngerti posisi kamu dan Shasa itu pasti lebih penting dibandingkan saya dan saya sangat mengerti!" lantas menunjukkan tangan yang ia lipat ke belakang itu, dia membawa serangkai mawar merah yang diperuntukkan buat Sekar tentunya.Tadinya bunga itu akan dia persembahkan di pertemuannya tadi sore. Namun karena Sekar berhalangan datang! pada akhirnya bunga itu ia bawa saat ini. Sekar mandangin tangan Arka yang memegangi setangkai bunga mawar, bibirnya tersenyum begitu merekah. Dia yakin kalau bunga itu untuk dirinya."I love you sayang, maukah kau menikah denganku? Pria yang sudah berumur ini ingin menjadikan mu permaisuri dalam hidupku untuk yang pertama dan yang terakhir!" begitu so sweet nya perkataan dari Arka, pria yang cukup umur dan belum pernah mera
Selamat membaca dan semoga suka.Pagi-pagi Arka sudah berpamitan pada Sekar. Karena dia harus ngantor! sementara Sekar libur dulu dan dia menunggui Shasa di rumah sakit."Saya pergi dulu, kamu jangan lupa jaga kesehatan dan jangan sampai menunggui anak yang sakit kemudian ikutan sakit!" Arka mengusap pucuk kepala Sekar penuh kasih sayang."Iya, aku ingat itu!" Sekar mengangkat tangan sedikit melambai. Arka berlaku pergi meninggalkan Sekar.Zulfan yang masih tertidur di dalam, karena semalam sulit untuk tidur.Sekar hanya melirik sekilas kemudian menghampiri putrinya yang tampak bergerak. "Sayang udah bangun, mau minum?""Mama lapar, mau makan!" Kata Shasa sembari mendudukkan dirinya menatap sang mama walau kepala keleyengan tetapi lapar."Putri Mama lapar ya ... bentar ya, tungguin dulu sebentar sampai waktunya, sekarang mending Mama lap dulu ya? biar tubuhnya nggak lengket!" Sekar langsung berjalan ke kamar mandi membawa handuk kecil untuk dia basahi.Zulfan terbangun dan menggeliat
"Assalamu'alaikum ... Mah, Pah!" ucap Sekar sembari menyalami kedua orang tuanya.Disusul oleh Arka yang juga menyalami kedua calon mertua. "Assalamu'alaikum ... gimana kabarnya Pah, Mah?" kebetulan Arka baru berapa kali bertemu dengan kedua orang tuanya Sekar."Wa'alaikum salam ... alhamdulillah kabar kami baik, wah ... sudah repot-repot nih jemput Sekar dan Shasa." Balas Papa sembari menepuk bahu sebelah kanan Arka."Tidak apa-apa, tidak repot kok. Kebetulan di kantor pun tidak terlalu sibuk!" Arka mengangguk."Bagaimana nih cucu Oma, sekarang sudah tampak segar nih! tadinya Oma mau jemput Shasa tetapi kata mama sudah dijemput sama Om Arka, jadi nya Oma nggak jadi jemput deh!" Oma memeluk Shasa."Iya Shasa dah sembuh, Abang ke mana sekolah ya!" Kepalanya celingukan mencari Ridho yang tentunya jam segini masih di sekolah."Iya dong ... abang 'kan masih sekolah! Papa juga sangat senang, sekarang Shasa sudah sehat, jangan sakit-sa
"Suara apa itu sayang?" Kaget Arka dengan suara yang baru saja terdengar."Entah, Aku pun tidak tahu!" kata Sekar sembari celingukan.Ridho langsung berlari, dia teringat pada sang adik yang tadi tengah bermain, akan tetapi rupanya gadis kecil itu sedang bersama kakek dan oma dari almarhum Sanjaya! yang mereka turut hadir di situ bukan hanya sebagai keluarga Sekar tapi juga keluarnya dari Arka.Sekar dan Arka pun keduanya berjalan mencari dumber suara, begitupun yang lain! yang turut kaget mendengarnya. Rupanya suara itu datang dari suatu tempat di mana ada Lulu dan Zulfan Tengah bertengkar."Kamu itu sudah gila, Mas. Kamu tidak tahu aturan dan kamu menikahi aku hanya untuk ambisi saja!" teriak Lulu yang ditujukan kepada Zulfan "Halah ... itu cuma menurut kamu saja, kamu itu sangat cemburuan! Terlalu egois beda sama kakakmu yang dulu--""Jangan pernah samakan saya dengan kakak saya. Karena dia sabar, tidak banyak menuntut! tidak
"Ada apa, Bi?" Sekar menatap heran."Itu, Mbak Lulu datang dengan wajah bonyok." Kata bibi dengan suara tergesa-gesa."Apa?" Sekar langsung melonjak naik setengah berlari ke depan.Sekar menatap sang adik yang memang benar yang dikatakan oleh bibi. Kalau Lulu mukanya bonyok. “Kamu kenapa, Lu?” langsung menegur dan mendekat. Lulu berhambur ke dalam pelukan Sekar dan menangis tersedu dalam pelukan sang kakak. Tangis Lulu terdengar begitu pilu. Membuat hati Sekar Terenyuh dan sedih melihat kondisi sang adik dengan perasaan yang bertanya-tanya. “Kak. Aku mau bercerai dengan mas Zulfan. Di sudah selingkuhi aku dengan baby sitter ku.” Kata-kata itu membuat Sekar terkesiap dan setengah tidak percaya. Kok Zulfan dengan tega melakukan hal yang sama dan parahnya lagi tega main tangan segala, sehingga wajah Lulu bonyok. Sekar mengusap punggung Lulu dengan lembut. “Bercerita Lah pada ku. Ada apa yang sebenarnya.” Kemudian, Lulu menceritakan semua pada Sekar yang sebenarnya terjadi, kalau Zul
Sekitar pukul sepuluh malam. Cece baru pulang dengan langkah yang sedikit mengendap. Kepala celingukan. Lulu yang masih berada di ruag Tengah karena menunggu suaminya yang belum pulang, bahkan nomornya pun tidak aktif. Membuat Lulu merasa khawatir dan cemas. “Dari mana kamu? Bukannya saya sudah bilang cukup satu jam saja keluarnya? Maksimal sebelum pukul sepuluh sudah pulang. ini pukul berapa nih? sepuluh lewat.” Lulu merepet dan menuding ke arah jarum jam. Cece menunduk dalam. Dan juga merasa gugup khawatir ketahuan, akan tetapi Zulfan belum pulang dan dia masih menunggu Cece masuk dulu. “Maaf, Bu … saya kebablasan,” ucapnya. “Lain kali … harus tepat waktu. Sebab kalau ada apa-apa. Saya yang akan kena, sebab kamu tinggal di sini.” Jelas Lulu disertai tatapan yang tajam menelisik ke arah Cece yang menunduk. Tetpi dengan ketajaman mata Lulu. Bisa mendapatkan sebuah kejanggalan dari Indera penglihatannya tersebut. “I-iya, Bu! Saya janji … lain kali akan tepat waktu.” Dengan masih me
"Memang benar. Mereka akan semakin tumbuh dewasa dan mengerti, aku hanya khawatir saja." tambah Arka. Setelah beberapa saat, Arka bangun dan tanpa bicara membawa sang istri di gendongnya. Sekar terkesiap dan langsung merangkul pundak Arka takut jatuh. Arka membawanya ke kamar mandi. Untuk mandi bersama, akan tetapi sebelum membersihkan diri Arka malah melanjutkan pergulatan nya berakhir beberapa waktu lalu. Di dalam bathub pun jadi, mereka bermain cantik.Setelah 30 puluh menit kemudian, mereka pun menyudahi dan gegas membersihkan diri di bawah shower yang hangat.Kini mereka sudah berada di dalam mobil yang melaju dengan kecepatan sedang menuju rumah Sekar. Di Tengah perjalanan mereka mampir di sebuah restoran. Untuk makan malam terlebih dulu, perut terasa sangat lapar apalagi tenaganya sudah terkuras habis dengan permainan tadi.“Aku akan membuat syukuran untuk mendoakan kehamilan ku ini. Apa kau setuju?” Sekar menatap suaminya yang sedang meni
Setelah beberapa saat berada di panti asuhan, pasangan suami istri yang tengah dilanda kebahagiaan menyambut kehamilannya itu pun berpamitan pada penjaga pantai asuhan."Oke, kalau begitu kami pamit dulu!Pak, Bu ... lain kali kami akan datang lagi dan jangan lupa kalau ada keperluan, langsung telepon saja. Insya Allah akan dengan senang hati membantu!" ucap Sekar yang ditambahi oleh sang suami."Insya Allah, kami akan membantu dengan cepat jika memang di panti ini memerlukan suatu ataupun bantuan, kalian bisa datang ke rumah ataupun ke kantor itu sama aja!" Arka mengulurkan tangannya pada pengurus panti asuhan."Iya, kami tidak akan ragu-ragu untuk meminta bantuan jika kami sedang memerlukan, tapi untuk sekarang ini anak-anak sedang membutuhkannya, dan kami mengucapkan sangat banyak-banyak terima kasih! atas semua yang sudah diberikan dan juga tawarannya!" balas seorang lelaki paruh baya."Oke, kalau begitu kami pergi dulu dan mohon doanya untuk kebaikan keluarga kecil kami! Assalamu'
"Aku akan siap sedia menemani istri ku ke bidan dan periksakan kehamilan," ucap Arka dengan nada yang bersungguh-sungguh sebagia suami yang harus bertanggung jawab."Iya, aku tahu kau tidak akan membiarkan ku sendirian. Makasih ya untuk semuanya!" Sekar memeluk mesra suaminya.Kini Sekar sudah berada di kantor menghadapi segudang pekerjaannya yang seharian kemarin terbengkalai begitu saja."Selamat pagi Sekar, saya dengar kemarin kamu tidak masuk kerja?" Tiba-tiba suara itu berada di ruangan Sekar, membuat wanita itu terkesiap."Oh selamat pagi Pak!" Sekar langsung berdiri dan membungkuk hormat kepada pria yang menjadi bosnya itu."Selamat pagi juga! Gimana kabar kamu? Saya dengar kemarin tidak masuk, sakit atau gimana? soalnya tanpa konfirmasi sama saya!" ucap pria yang bernama Alex lantas duduk di kursi yang ada di hadapan meja kerja Sekar."Oh iya, maaf Pak. Saya lupa untuk ngasih konfirmasi bahwa kemarin saya tidak masuk kerja!" Sekar menundukkan kepalanya dengan masih di posisi b
Pagi-pagi Sekar dah deg-degan bagai menunggu sesuatu yang teramat menebarkan. Mondar-mandir di kamar mandi, menanti hasil dari tes peck yang dia gunakan untuk tes kehamilan.Sekar terus mondar-mandir sambil melipat tangannya di dada sesekali mengigit kuku nya. Sambil mengarahkan pandangannya pada wadah kecil yang ada tes peck nya."Ya Allah ... mudah-mudahan ada kabar baik. Semoga aja aku benar hamil!" sesaat wajah Sekar mendongak ke langit-langit.Pada waktu yang diperkirakan sudah tepat, tangan Sekar perlahan mengambil benda kecil tersebut dan mengeceknya, seakan-akan pandangan mata pun tidak ingin berkedip biar jelas sejelas-jelasnya dapat melihat hasil dari usahanya."Bismillah ..." Dalam hati ia berucap. Dan ternyata hasilnya garis 2. Membuat Sekar seakan-akan ingin berjingkrak dan mengucap syukur. Sebab garis 2 itu diyakini kalau memang tanda kehamilan.Lalu Sekar keluar dari kamar mandi dengan sangat tergesa-gesa dan mendatangi suaminya yang sedang nge-gym di ruangannya. Dengan
Sekar terdiam mengingat yang dikatakan oleh suaminya barusan. Teringat dia memang sudah telat 1 minggu, tapi dia pikir ah cuma satu minggu ini. Nggak mungkin juga dia hamil."Kenapa kok diam, sudah telat kan?" Arka kembali bertanya dan penasaran karena istrinya malah diam."Nggak tau juga, perasaan memang telat seminggu! tapi apa mungkin aku hamil?" Sekar menatap sang suami dengan datar."Lho ... mana ku tahu, kan aku belum pernah hamil? Sayang 'kan sudah dua kali hamil masa nggak ngeh. Gitu!" Arka mengusap bahu sang istri dengan lembut."Apa Iya ya, kan?" Sekar bertanya pada dirinya sendiri sembari bengong. Apa mungkin dia sedang mengidam. Apalagi akhir-akhir ini kepala terasa sering pusing sedikit mual juga dan pengennya banyak rebahan, bekerja pun kurang bersemangat."Gimana kalau kita ke bidan aja ya? periksakan biar jelas!" Ajak Arka dengan sangat penasaran dan kalau memang iya, berarti itu kabar yang sangat baik, membahagiakan untuknya dan keluarga."Em ... Jangan dulu deh, nant
"Aku pun ikhlas dan Ridho jika memang ditakdirkan tidak punya anak dari benih ku sendiri dan aku tidak akan pernah mau menikah lagi atau pun berpisah darimu!" ucap Arka dengan sangat serius dan menggenggam kedua tangan Sekar.Bibir Sekar tampak tersenyum getir. Lalu kembali memeluk Arka dengan sangat erat.*****Suatu saat Sekar merasa kurang fit dan bermalas-malasan di rumah. Dan kini dia sedang menemani anak-anak berenang. Setelah dari pagi kerjaan cuma baringan saja."Mama, ayo ke sini berenangnya. Jangan di pinggir malu." Teriak Shasa sambil berenang ke tengah."Hooh. Cemen ... berenangnya di situ Mulu ach. Sini dong yang jauh seperti aku sama kalau dengan papa Arka." Tambah Ridho seraya mencipratkan air ke arah mamanya."Ahc, Mama 'kan cuma nemenin kalian saja. Jadi tak apa lah di pinggir juga kalian yang ke tengahnya tapi jangan sampai ke tempat yang lebih dalam ya takut!" Jawab Sekar sambil naik dan duduk di tepi kolam renang."Aku kemarin renang sama papa Zul, ke tempat yang d
Selamat membaca.Zulfan berlari mendatangi sumber suara yang begitu riuh dan mengagetkan sambil menggendong putranya. Dan ternyata sambil memangku Putri kecilnya, barang yang ada di hadapannya dilempar sehingga di ruangan tersebut seperti tak ubahnya kapal pecah. Lulu berteriak-teriak seiring suara tangisan putrinya.Zulfan langsung memberikan putranya kepada bibi dan dia mendatangi Lulu yang tampak stres. Lantas mengambil putri kecilnya takut kenapa-napa, suasana di sana tidak karuan dengan apa yang harus didengar, teriakan Lulu dan tangisan anak-anak sungguh mengacaukan pendengaran."Bi, tolong bawa anak-anak jauh dari sini. Biar saya mengurus mamanya!" Pinta Zulfan sembari memberikan putri kecilnya kepada Bibi agar membawa balita itu menjauh dari ruangan tersebut.Lantas jawaban kembali mendekati sang istri yang sedang meraung menangis, melemparkan pas foto, vas bunga. "Kamu apa-apaan sih? ini bisa bahaya!" langsung Zulfan merangkul bahu Lulu dan membawanya jauh dari tempat itu."K