"Assalamu'alaikum ... Mah, Pah!" ucap Sekar sembari menyalami kedua orang tuanya.Disusul oleh Arka yang juga menyalami kedua calon mertua. "Assalamu'alaikum ... gimana kabarnya Pah, Mah?" kebetulan Arka baru berapa kali bertemu dengan kedua orang tuanya Sekar."Wa'alaikum salam ... alhamdulillah kabar kami baik, wah ... sudah repot-repot nih jemput Sekar dan Shasa." Balas Papa sembari menepuk bahu sebelah kanan Arka."Tidak apa-apa, tidak repot kok. Kebetulan di kantor pun tidak terlalu sibuk!" Arka mengangguk."Bagaimana nih cucu Oma, sekarang sudah tampak segar nih! tadinya Oma mau jemput Shasa tetapi kata mama sudah dijemput sama Om Arka, jadi nya Oma nggak jadi jemput deh!" Oma memeluk Shasa."Iya Shasa dah sembuh, Abang ke mana sekolah ya!" Kepalanya celingukan mencari Ridho yang tentunya jam segini masih di sekolah."Iya dong ... abang 'kan masih sekolah! Papa juga sangat senang, sekarang Shasa sudah sehat, jangan sakit-sa
"Suara apa itu sayang?" Kaget Arka dengan suara yang baru saja terdengar."Entah, Aku pun tidak tahu!" kata Sekar sembari celingukan.Ridho langsung berlari, dia teringat pada sang adik yang tadi tengah bermain, akan tetapi rupanya gadis kecil itu sedang bersama kakek dan oma dari almarhum Sanjaya! yang mereka turut hadir di situ bukan hanya sebagai keluarga Sekar tapi juga keluarnya dari Arka.Sekar dan Arka pun keduanya berjalan mencari dumber suara, begitupun yang lain! yang turut kaget mendengarnya. Rupanya suara itu datang dari suatu tempat di mana ada Lulu dan Zulfan Tengah bertengkar."Kamu itu sudah gila, Mas. Kamu tidak tahu aturan dan kamu menikahi aku hanya untuk ambisi saja!" teriak Lulu yang ditujukan kepada Zulfan "Halah ... itu cuma menurut kamu saja, kamu itu sangat cemburuan! Terlalu egois beda sama kakakmu yang dulu--""Jangan pernah samakan saya dengan kakak saya. Karena dia sabar, tidak banyak menuntut! tidak
Tidak lama kemudian Zulfan kembali dengan membawa ban mobil tersebut yang langsung dia pasangkan.Tok ....Tok ....Tok ....Sekar menoleh ke arah Zulfan yang sedang mengetuk kaca pintu mobil dan berdiri di sana."Ban nya sudah bagus!" suara Zulfan setelah Sekar membuka kaca jendela setengahnya.Tanpa berkata-kata lagi Zulfan masuk menggeser posisi Sekar yang baru saja mau mengucapkan terima kasih pada Zulfan."Ini kopi lumayan untuk menghangatkan badan." Zulfan memberikan sekantong kopi pada Sekar dan satu lagi untuk nya.Dengan ragu-ragu, Sekar pun menerimanya namun tidak segera meneguknya. Ia malah merasa risih kalau berduaan gini sama Zulfan. Sebenarnya dia ingin segera pergi membawa mobilnya namun bagaimana? ini orang malah masuk.Mau mengusirnya juga tidak enak, di luar hujan masih begitu deras! dia pun tampak kedinginan. "Sorry ya? jadi ngerepotin, masalahnya hujan nih ... jadi aku nggak bisa kem
"Aku dimana nih?" Sekar bergumam sambil memperhatikan suasana sekitar yang terasa asing baginya."Syukurlah kau sudah bangun. Kamu sedang berada di apartemen ku. Aku mau bawa pulang gak enak sama keluarga!" Pria itu merasa lega melihat Sekar siuman.Sekar mengumpulkan kesadarannya. Mengingat yang sudah terjadi, lalu mengamati dirinya setelah sadar sambil memegangi kepala yang masih terasa pusing. Sekar menangis tersedu membuat pria itu yang tiada lain adalah Arka mendekat! menawarkan pundaknya untuk sekarang menangis."Menangislah jika itu membuatmu lega, tetapi jangan khawatir aku yakin b******* itu tidak membuat kamu kehilangan sesuatu!" ucap Arka sembari memeluk dan mengusap punggung Sekar dengan lembut.Tetapi Sekar sadar betul kalau waktu itu Zulfan sempat mencium wajahnya dan menjamah tubuh bagian atas, setelah itu Sekar benar-benar tidak sadarkan diri. Itu yang buat dia tangisi, benar-benar menyesali kenapa dia tidak bisa berontak atau mempertahankan dirinya dari mantan suaminy
"Aku tahu, siapa tahu orang bisa berubah! cuman aku bilang ini supaya kamu tahu saja, kamu harus tahu dan paham bahwa aku dulu bercerai dengan mas Zulfan bukan karena materi ataupun permasalahan kecil, dulu aku nggak pernah mempermasalahkan dia yang jarang bekerja, tidak ngasih nafkah ... dan kerjanya pun hanya sebagai kuli bangunan. Aku terima itu, tapi karena pihak ketiga ... aku merasa nggak kuat, makanya aku menggugat cerai dia!" ujar Sekar panjang lebar."Maksud kamu pihak ketiga?" Arka menuding yang entah ke mana?"Aku menggugatnya karena pihak ketiga, yaitu mantan suami berselingkuh dengan pengasuh anak-anak! padahal aku sangat percaya mereka, makan minum pun aku kadang satu piring satu gelas dengannya, saking dekatnya aku sama wanita itu dan ternyata justru suami pun dia menikmatinya. Dan melakukannya pun bukan di mana-mana! melainkan sering di rumah di saat-saat aku tidak ada di rumah, itu paling sangat menyakitkan untukku. Satu tempat tidur yang sama satu atap yang sama. Mer
“Sudahlah Lulu … kalau suami mu sudah bebas dan berada di rumah saat ini. Ya sudahlah, jangan pernah macam-macam lagi sama Sekar. Kalian sudah berbeda dan mau menikah juga, jadi hentikan menggenggu kakak mu!” kata mama sambil menghela nafas dalam-dalam. Papa juga mengembuskan nafas kasar sambil menatap Lulu yang tampak kesal sekali pada suaminya yang terlalu terobsesi pada sang kakak. Tapi Lulu terlalu cinta sama Zulfan yang menjadi suaminya tersebut. Cinta memang bisa membutakan hati setiap insan, sebanyak apapun keburukannya … tidak akan terlihat sedikitpun karena Cinta. Yang ada hanya manis dan baik. Namun akan sebaliknya bila cinta tidak tersisa sedikitpun bertahta dalam jiwa. Secuil belek mata pun akan terasa banyak dan luas tanpa ada kebaikan sedikitpun yang tercatat. Sekar Bersiap pergi setelah sarapan. “Sita. Anak-anak … nanti sepulang sekolah di ajak ke salon ya. Saya tunggu di salon biasa.” Menatap pada Sita yang yang langsung mengangguk pelan. “Dan Bibi tolong belanja ya
"Jangan memandangi ku seperti itu, nanti tambah tambah cinta lho sayang." Arka mesem tanpa menoleh.Sontak Sekar mengalihkan pandangan dari Arka dan merasa malu. Bisa-bisanya ia memandangi calon suaminya itu dengan berlama-lama seolah tidak pernah bertemu saja.“Nggak juga, aku tidak memandangi mu, aku melihat ke seberang sana kok,” elak Sekar sambil mengulum senyumnya juga membuang wajahnya ke samping. “Ahc masa, Sabar ya. Sebentar lagi aku akan menjadi milik mu seutuhnya, jadi setiap hari kita akan bersama dan menghabiskan waktu.” Arka melirik sekilas. Setibanya di apartemen. Sekar membantu mengemas belanjaan Arka dan melihat tidak ada makanan buat makan malam. Sehingga ia berinisiatif memasak buat Arka yang kini sedang mandi. “Hem … wanginya … bau banget ini masakan, jadi tidak sabar untuk segera punya istri agar ada yang memasak dan juga memperhatikan lainnya,” ucap Arka sambil menghampiri. Sekar menoleh sambil menata masakan di meja. “Sabar, sebentar lagi.” “Tapi … rasanya t
Setelah peluk-pelukan penuh haru. Kemudian mereka pun makan bersama yang sudah disediakan sebelumnya oleh orang tua Sekar."Aku nggak habis pikir nih 'kan tadi kamu pulang, kenapa tiba-tiba di sini lagi?" Sekar mantap curiga ke arah Arka yang malah tersenyum aja."Balik lagi. Bunga sudah ada di mobil." Sahutnya sambil menyuapkan makanan ke mulutnya.Sekar mengedarkan pandangan pada semua yang ada di sana. Anak-anak bercanda sambil makan. Senyuman bahagia dari kedua wajah orang tuanya dan senyuman ikut senang dari para asisten yang juga ikut makan bersama.*****Bunga-bunga nan warna-warni indah menghiasi lokasi, dari mulai halaman. Pintu ataupun pelaminan tertata rapi menambah cantik di suasana pernikahan Sekar dan Arka. Juga resepsinya yang dihadiri banyak orang yang turut bahagia dengan pernikahan Arka yang pertama kali dan juga yang terakhir.Wajah-wajah yang penuh bahagia terukir dari semua yang ada di acara itu, suasana yang haru biru berubah tegang di saat Arka sempat gagal meng
"Ada apa, Bi?" Sekar menatap heran."Itu, Mbak Lulu datang dengan wajah bonyok." Kata bibi dengan suara tergesa-gesa."Apa?" Sekar langsung melonjak naik setengah berlari ke depan.Sekar menatap sang adik yang memang benar yang dikatakan oleh bibi. Kalau Lulu mukanya bonyok. “Kamu kenapa, Lu?” langsung menegur dan mendekat. Lulu berhambur ke dalam pelukan Sekar dan menangis tersedu dalam pelukan sang kakak. Tangis Lulu terdengar begitu pilu. Membuat hati Sekar Terenyuh dan sedih melihat kondisi sang adik dengan perasaan yang bertanya-tanya. “Kak. Aku mau bercerai dengan mas Zulfan. Di sudah selingkuhi aku dengan baby sitter ku.” Kata-kata itu membuat Sekar terkesiap dan setengah tidak percaya. Kok Zulfan dengan tega melakukan hal yang sama dan parahnya lagi tega main tangan segala, sehingga wajah Lulu bonyok. Sekar mengusap punggung Lulu dengan lembut. “Bercerita Lah pada ku. Ada apa yang sebenarnya.” Kemudian, Lulu menceritakan semua pada Sekar yang sebenarnya terjadi, kalau Zul
Sekitar pukul sepuluh malam. Cece baru pulang dengan langkah yang sedikit mengendap. Kepala celingukan. Lulu yang masih berada di ruag Tengah karena menunggu suaminya yang belum pulang, bahkan nomornya pun tidak aktif. Membuat Lulu merasa khawatir dan cemas. “Dari mana kamu? Bukannya saya sudah bilang cukup satu jam saja keluarnya? Maksimal sebelum pukul sepuluh sudah pulang. ini pukul berapa nih? sepuluh lewat.” Lulu merepet dan menuding ke arah jarum jam. Cece menunduk dalam. Dan juga merasa gugup khawatir ketahuan, akan tetapi Zulfan belum pulang dan dia masih menunggu Cece masuk dulu. “Maaf, Bu … saya kebablasan,” ucapnya. “Lain kali … harus tepat waktu. Sebab kalau ada apa-apa. Saya yang akan kena, sebab kamu tinggal di sini.” Jelas Lulu disertai tatapan yang tajam menelisik ke arah Cece yang menunduk. Tetpi dengan ketajaman mata Lulu. Bisa mendapatkan sebuah kejanggalan dari Indera penglihatannya tersebut. “I-iya, Bu! Saya janji … lain kali akan tepat waktu.” Dengan masih me
"Memang benar. Mereka akan semakin tumbuh dewasa dan mengerti, aku hanya khawatir saja." tambah Arka. Setelah beberapa saat, Arka bangun dan tanpa bicara membawa sang istri di gendongnya. Sekar terkesiap dan langsung merangkul pundak Arka takut jatuh. Arka membawanya ke kamar mandi. Untuk mandi bersama, akan tetapi sebelum membersihkan diri Arka malah melanjutkan pergulatan nya berakhir beberapa waktu lalu. Di dalam bathub pun jadi, mereka bermain cantik.Setelah 30 puluh menit kemudian, mereka pun menyudahi dan gegas membersihkan diri di bawah shower yang hangat.Kini mereka sudah berada di dalam mobil yang melaju dengan kecepatan sedang menuju rumah Sekar. Di Tengah perjalanan mereka mampir di sebuah restoran. Untuk makan malam terlebih dulu, perut terasa sangat lapar apalagi tenaganya sudah terkuras habis dengan permainan tadi.“Aku akan membuat syukuran untuk mendoakan kehamilan ku ini. Apa kau setuju?” Sekar menatap suaminya yang sedang meni
Setelah beberapa saat berada di panti asuhan, pasangan suami istri yang tengah dilanda kebahagiaan menyambut kehamilannya itu pun berpamitan pada penjaga pantai asuhan."Oke, kalau begitu kami pamit dulu!Pak, Bu ... lain kali kami akan datang lagi dan jangan lupa kalau ada keperluan, langsung telepon saja. Insya Allah akan dengan senang hati membantu!" ucap Sekar yang ditambahi oleh sang suami."Insya Allah, kami akan membantu dengan cepat jika memang di panti ini memerlukan suatu ataupun bantuan, kalian bisa datang ke rumah ataupun ke kantor itu sama aja!" Arka mengulurkan tangannya pada pengurus panti asuhan."Iya, kami tidak akan ragu-ragu untuk meminta bantuan jika kami sedang memerlukan, tapi untuk sekarang ini anak-anak sedang membutuhkannya, dan kami mengucapkan sangat banyak-banyak terima kasih! atas semua yang sudah diberikan dan juga tawarannya!" balas seorang lelaki paruh baya."Oke, kalau begitu kami pergi dulu dan mohon doanya untuk kebaikan keluarga kecil kami! Assalamu'
"Aku akan siap sedia menemani istri ku ke bidan dan periksakan kehamilan," ucap Arka dengan nada yang bersungguh-sungguh sebagia suami yang harus bertanggung jawab."Iya, aku tahu kau tidak akan membiarkan ku sendirian. Makasih ya untuk semuanya!" Sekar memeluk mesra suaminya.Kini Sekar sudah berada di kantor menghadapi segudang pekerjaannya yang seharian kemarin terbengkalai begitu saja."Selamat pagi Sekar, saya dengar kemarin kamu tidak masuk kerja?" Tiba-tiba suara itu berada di ruangan Sekar, membuat wanita itu terkesiap."Oh selamat pagi Pak!" Sekar langsung berdiri dan membungkuk hormat kepada pria yang menjadi bosnya itu."Selamat pagi juga! Gimana kabar kamu? Saya dengar kemarin tidak masuk, sakit atau gimana? soalnya tanpa konfirmasi sama saya!" ucap pria yang bernama Alex lantas duduk di kursi yang ada di hadapan meja kerja Sekar."Oh iya, maaf Pak. Saya lupa untuk ngasih konfirmasi bahwa kemarin saya tidak masuk kerja!" Sekar menundukkan kepalanya dengan masih di posisi b
Pagi-pagi Sekar dah deg-degan bagai menunggu sesuatu yang teramat menebarkan. Mondar-mandir di kamar mandi, menanti hasil dari tes peck yang dia gunakan untuk tes kehamilan.Sekar terus mondar-mandir sambil melipat tangannya di dada sesekali mengigit kuku nya. Sambil mengarahkan pandangannya pada wadah kecil yang ada tes peck nya."Ya Allah ... mudah-mudahan ada kabar baik. Semoga aja aku benar hamil!" sesaat wajah Sekar mendongak ke langit-langit.Pada waktu yang diperkirakan sudah tepat, tangan Sekar perlahan mengambil benda kecil tersebut dan mengeceknya, seakan-akan pandangan mata pun tidak ingin berkedip biar jelas sejelas-jelasnya dapat melihat hasil dari usahanya."Bismillah ..." Dalam hati ia berucap. Dan ternyata hasilnya garis 2. Membuat Sekar seakan-akan ingin berjingkrak dan mengucap syukur. Sebab garis 2 itu diyakini kalau memang tanda kehamilan.Lalu Sekar keluar dari kamar mandi dengan sangat tergesa-gesa dan mendatangi suaminya yang sedang nge-gym di ruangannya. Dengan
Sekar terdiam mengingat yang dikatakan oleh suaminya barusan. Teringat dia memang sudah telat 1 minggu, tapi dia pikir ah cuma satu minggu ini. Nggak mungkin juga dia hamil."Kenapa kok diam, sudah telat kan?" Arka kembali bertanya dan penasaran karena istrinya malah diam."Nggak tau juga, perasaan memang telat seminggu! tapi apa mungkin aku hamil?" Sekar menatap sang suami dengan datar."Lho ... mana ku tahu, kan aku belum pernah hamil? Sayang 'kan sudah dua kali hamil masa nggak ngeh. Gitu!" Arka mengusap bahu sang istri dengan lembut."Apa Iya ya, kan?" Sekar bertanya pada dirinya sendiri sembari bengong. Apa mungkin dia sedang mengidam. Apalagi akhir-akhir ini kepala terasa sering pusing sedikit mual juga dan pengennya banyak rebahan, bekerja pun kurang bersemangat."Gimana kalau kita ke bidan aja ya? periksakan biar jelas!" Ajak Arka dengan sangat penasaran dan kalau memang iya, berarti itu kabar yang sangat baik, membahagiakan untuknya dan keluarga."Em ... Jangan dulu deh, nant
"Aku pun ikhlas dan Ridho jika memang ditakdirkan tidak punya anak dari benih ku sendiri dan aku tidak akan pernah mau menikah lagi atau pun berpisah darimu!" ucap Arka dengan sangat serius dan menggenggam kedua tangan Sekar.Bibir Sekar tampak tersenyum getir. Lalu kembali memeluk Arka dengan sangat erat.*****Suatu saat Sekar merasa kurang fit dan bermalas-malasan di rumah. Dan kini dia sedang menemani anak-anak berenang. Setelah dari pagi kerjaan cuma baringan saja."Mama, ayo ke sini berenangnya. Jangan di pinggir malu." Teriak Shasa sambil berenang ke tengah."Hooh. Cemen ... berenangnya di situ Mulu ach. Sini dong yang jauh seperti aku sama kalau dengan papa Arka." Tambah Ridho seraya mencipratkan air ke arah mamanya."Ahc, Mama 'kan cuma nemenin kalian saja. Jadi tak apa lah di pinggir juga kalian yang ke tengahnya tapi jangan sampai ke tempat yang lebih dalam ya takut!" Jawab Sekar sambil naik dan duduk di tepi kolam renang."Aku kemarin renang sama papa Zul, ke tempat yang d
Selamat membaca.Zulfan berlari mendatangi sumber suara yang begitu riuh dan mengagetkan sambil menggendong putranya. Dan ternyata sambil memangku Putri kecilnya, barang yang ada di hadapannya dilempar sehingga di ruangan tersebut seperti tak ubahnya kapal pecah. Lulu berteriak-teriak seiring suara tangisan putrinya.Zulfan langsung memberikan putranya kepada bibi dan dia mendatangi Lulu yang tampak stres. Lantas mengambil putri kecilnya takut kenapa-napa, suasana di sana tidak karuan dengan apa yang harus didengar, teriakan Lulu dan tangisan anak-anak sungguh mengacaukan pendengaran."Bi, tolong bawa anak-anak jauh dari sini. Biar saya mengurus mamanya!" Pinta Zulfan sembari memberikan putri kecilnya kepada Bibi agar membawa balita itu menjauh dari ruangan tersebut.Lantas jawaban kembali mendekati sang istri yang sedang meraung menangis, melemparkan pas foto, vas bunga. "Kamu apa-apaan sih? ini bisa bahaya!" langsung Zulfan merangkul bahu Lulu dan membawanya jauh dari tempat itu."K