Setelah peluk-pelukan penuh haru. Kemudian mereka pun makan bersama yang sudah disediakan sebelumnya oleh orang tua Sekar."Aku nggak habis pikir nih 'kan tadi kamu pulang, kenapa tiba-tiba di sini lagi?" Sekar mantap curiga ke arah Arka yang malah tersenyum aja."Balik lagi. Bunga sudah ada di mobil." Sahutnya sambil menyuapkan makanan ke mulutnya.Sekar mengedarkan pandangan pada semua yang ada di sana. Anak-anak bercanda sambil makan. Senyuman bahagia dari kedua wajah orang tuanya dan senyuman ikut senang dari para asisten yang juga ikut makan bersama.*****Bunga-bunga nan warna-warni indah menghiasi lokasi, dari mulai halaman. Pintu ataupun pelaminan tertata rapi menambah cantik di suasana pernikahan Sekar dan Arka. Juga resepsinya yang dihadiri banyak orang yang turut bahagia dengan pernikahan Arka yang pertama kali dan juga yang terakhir.Wajah-wajah yang penuh bahagia terukir dari semua yang ada di acara itu, suasana yang haru biru berubah tegang di saat Arka sempat gagal meng
"Em ... anak-anak, sebaiknya kalian sekarang Bobo! kembali ke kamar kalian ya. Kan besok pagi-pagi mau pulang ke rumah dan bersiap-siap untuk pergi, sore nya ke Bali. Apa kalian lupa?" Sekar dengan lirih dan mengusap kepala Putra dan putrinya dengan sangat lembut."Ya udah, Bang kita bobok yuk?" Shasa menarik selimut dan siap untuk tidur di sana. Namun Ridho bengong melihat ke arah Arka yang tengah menempelkan dagunya di bahu sang mama.Sejenak Ridho berpikir, bagaimanapun dia sudah mulai beranjak dewasa dan dia mulai mengerti. "Tapi, Shasa ... Sebaiknya kita tidur di kamar kita saja yuk? rasanya kalau Abang di sini tidak leluasa bobonya, sempit apalagi berempat kayak gini. Abang bobo sendiri aja di kamar Abang! kapan lagi abang mau tidur di hotel bintang 5 seperti ini!, kalau bukan sekarang!" Anak itu turun dari tempat tidur yang barusan dia tempati.Arka hanya tersenyum dengan melihat ke arah Ridho yang lebih pengertian, kalau Papa dan Mamanya butuh quality time."Yah ... Abang 'kan
“Biarkan saja mereka pulang lebih dulu dan kita di sni Hanya berdua saja.” Arka menyeringai senang. “Kita nanti siang saja pulangnya, langsung berangkat ke bandara. Soal pakaian dan barang lainnya suruh saja orang rumah menyiapkan.” Sekar yang sedang memeluk Arka dari belakang. Mengangguk pelan dan rasanya malas beranjak dari posisnya yang sekarang. Dia benar-benar di landa bucin. Rasanya takut kehilangan Arka. Tidai ingin kehilangan lagi setelah kehilangan Sanjaya sebelumnya. Arka memeluk tangan Sekar yang melingkar di perutnya. “Kenapa? Apa kau tidak merasa lapar? Kita pesan saja ya. Biar gak harus keluar. Malas juga bila harus keluar.” Membalikan badannya dan kini merangkul tubuh Sekar yang tampak ingin di manja. Sekar menyembunyikan wajahnya di dada Arka yang terdengar hanya detak jantungnya yang berdebar tak menentu. “Sayang. Ada yang ingin ku katakan padamu tentang sesuatu.” Arka sedikit menyandarkan tubuhnya di bahu tempat tidur dengan masih memeluk sang istri.“Soal apa.” S
Duarr ....Suara Petir saling beriringan. Membuat ngeri yang mendengar. Sekar di gandeng Arka berlari ke mobil setelah sebentar berziarah di makam Sanjaya. Suasa begitu gelap, hujan teramat deras jarak pandangan pun sangat dekat."Ya ... hujan Abang ... gimana ini? Kita kejebak hujan. Jalannya juga hujan, licin ngeri juga dengan petir!" gumam Ridho sambil bengong melihat air hujan yang begitu sangat deras dan bersuara gemuruh."Abang ini gimana sih ... memang hujan, tapi kan kita di dalam mobil. Kita gak akan kehujanan!" Shasa sambil menepuk bahu abangnya."Iya, tapi 'kan jarak penglihatan saja sangat dekat, saking gelapnya dan hujan yang turun sangat deras. Apa mungkin cuaca seperti ini mendukung penerbangan ke sana?" ucap Sita yang ditujukan kepada anak-anak.Sekar yang di jok belakang bersama Arka sedang mengeringkan rambutnya yang basah! barusan terkena hujan begitupun dengan tubuh mereka.Sekar menatap pada sang suami sambil mendengarkan obrolan anak-anak bersama Sita tentang cu
"Gimana sakitnya, masih terasa?" tanya Arka sambil menatap kaki Sekar yang sempat keseleo."Sudah lumayan baik kok. Dan kepulangan kita jadikan saja, anak-anak harus sekolah juga. Begitupun kita yang punya tanggung jawab sendiri-sendiri!" ucap Sekar sambil mengurut kecil kakinya.Arka mengangkat kaki Sekar yang keseleo dan memijatnya dengan lembut. "Yakin mau pulang saja!""Yakin, kita pulang saja anak-anak harus sekolah." Sekar dengan yakinnya."Baiklah, kalau begitu aku akan mengurus kepulangan kita!" Arka mengambil ponselnya. Dan mengurus semuanya melalui benda pipih tersebut."Aku sedang ngurusnya dan besok kita jadi pulang! Sebenarnya aku masih betah di sini dan ingin lebih lama lagi menghabiskan waktu bersama!" Arka duduk di samping sang istri merangkul pinggangnya dan menarik kepalanya ke dalam dada.Tubuh Sekar yang dibawa ke dalam pelukan Arka sedikit miring. "Di Jakarta juga kita bersama! cuman di sini saja--""Tapi di sini suasananya beda sayang ... lebih romantis--""Aah .
Keduanya langsung menoleh ke arah pintu yang membuka, dimana Arka berdiri dan menatap tajam ke arah mereka berdua.Sekar langsung berdiri dan menyambut kedatangan sang suami. "Kok nggak bilang dulu mau datang? Oh iya mau ngajak makan siang ya?" Sambutnya pada Arka yang mengarahkan pandangannya ke arah Zulfan.Arka menatap curiga ke arah Zulfan yang rupanya berada di kantor Sekar. Jangan sampai dia punya niat yang jelek lagi seperti dulu, begitu pikir Arka."Iya sayang, aku menjemputmu untuk makan siang! Itu kenapa ada di sini?" Arka menuding ke arah Zulfan yang kini menatap dirinya."Em ..." Sekar menoleh pada Zulfan yang kini berdiri dan menghampiri ke arah Arka."Saya datang ke sini benar-benar tulus untuk meminta maaf, atas segala kesalahan saya di masa lalu yang telah lama maupun yang baru! saya menyesal Dan saya merasa sangat malu. Malu sama keluarga, malu sama diri sendiri. Makanya saya memberanikan diri itu datang ke sini untuk minta maaf, kepada Sekar dan kebetulan kita juga b
Fitri sangat terkejut tatkala melihat Sekar berada di hadapannya. Mungkin saking antengnya melamun sehingga tidak sadar kalau ada yang mendekat dan menepuk pundaknya."Kenapa. Mbak? gimana kabarnya Mbak? Cukup lama kita tidak jumpa!" sapa Sekar sembari mengulas senyuman ramahnya."I-iya. Baik, Oya kalian sedang makan ya? dan mau kemana?" tanya Fitri sedikit gelagapan."Nggak. Saya cuma ingin ketemu adik saya. Ada gak di ruangannya?" Sekar menuding ke arah dalam, dimana ruangan Lulu berada."Ooh, ada-ada." Jawabnya sambil memegangi nampan bekas mengantar pesanan."Oke, saya ke sana dulu Mbak." Sekar membawa langkahnya menuju ruangan Lulu.Fitri menatap punggung Sekar yang berjalan dengan teratur. Bibir Fitri tersenyum kecut lalu ia berjalan dan entah apa yang membawanya ke meja yang di tempati Arka. Arka menatap ke arah Fitri yang kebingungan. Kenapa jadi ke sini, tapi Fitri segera mengulas senyumnya. "Selamat siang, apa ada yang mau di pesan lagi?" Fitri berbasa-basi pada Arka.Arka
"Waalaikumsalam ... kamu datang sama siapa Nak?" papanya sambil menatap si sulung dengan seksama anak itu sudah semakin besar saja."Itu, aku sama mama dan papa juga Oma, opah ikut melihat si kembar!" jawabnya sambil menuding ke ruangan lainnya. "Papa sedang menggambar perumahan ya? ih ... bagus, aku mau menggambar juga ah.""Boleh menggambar aja, hasilnya pasti lebih bagus dari papa. Putra papa 'kan pintar dan pandai." Zulfan mengacak rambut putranya. "Adikmu ikut nggak? papa kangen sama adik mu!" Pria itu berdiri dan mendatangi ruangan di mana banyak orang di sana yang tiada lain dan tidak bukan adalah Sekar dan keluarganya.Kemudian Zulfan berbasa-basi kepada tamunya, lantas memeluk Shasa penuh rasa kangen.Hari sudah menunjukkan sore, Sekar sekeluarga pun berpamitan kepada Lulu dan Zulfan. Sementara anak-anak malah pengen menginap, besok pagi-pagi akan diantar Zulfan ke rumah karena besok harus sekolah."Ya sudah, nggak apa-apa mengin
"Ada apa, Bi?" Sekar menatap heran."Itu, Mbak Lulu datang dengan wajah bonyok." Kata bibi dengan suara tergesa-gesa."Apa?" Sekar langsung melonjak naik setengah berlari ke depan.Sekar menatap sang adik yang memang benar yang dikatakan oleh bibi. Kalau Lulu mukanya bonyok. “Kamu kenapa, Lu?” langsung menegur dan mendekat. Lulu berhambur ke dalam pelukan Sekar dan menangis tersedu dalam pelukan sang kakak. Tangis Lulu terdengar begitu pilu. Membuat hati Sekar Terenyuh dan sedih melihat kondisi sang adik dengan perasaan yang bertanya-tanya. “Kak. Aku mau bercerai dengan mas Zulfan. Di sudah selingkuhi aku dengan baby sitter ku.” Kata-kata itu membuat Sekar terkesiap dan setengah tidak percaya. Kok Zulfan dengan tega melakukan hal yang sama dan parahnya lagi tega main tangan segala, sehingga wajah Lulu bonyok. Sekar mengusap punggung Lulu dengan lembut. “Bercerita Lah pada ku. Ada apa yang sebenarnya.” Kemudian, Lulu menceritakan semua pada Sekar yang sebenarnya terjadi, kalau Zul
Sekitar pukul sepuluh malam. Cece baru pulang dengan langkah yang sedikit mengendap. Kepala celingukan. Lulu yang masih berada di ruag Tengah karena menunggu suaminya yang belum pulang, bahkan nomornya pun tidak aktif. Membuat Lulu merasa khawatir dan cemas. “Dari mana kamu? Bukannya saya sudah bilang cukup satu jam saja keluarnya? Maksimal sebelum pukul sepuluh sudah pulang. ini pukul berapa nih? sepuluh lewat.” Lulu merepet dan menuding ke arah jarum jam. Cece menunduk dalam. Dan juga merasa gugup khawatir ketahuan, akan tetapi Zulfan belum pulang dan dia masih menunggu Cece masuk dulu. “Maaf, Bu … saya kebablasan,” ucapnya. “Lain kali … harus tepat waktu. Sebab kalau ada apa-apa. Saya yang akan kena, sebab kamu tinggal di sini.” Jelas Lulu disertai tatapan yang tajam menelisik ke arah Cece yang menunduk. Tetpi dengan ketajaman mata Lulu. Bisa mendapatkan sebuah kejanggalan dari Indera penglihatannya tersebut. “I-iya, Bu! Saya janji … lain kali akan tepat waktu.” Dengan masih me
"Memang benar. Mereka akan semakin tumbuh dewasa dan mengerti, aku hanya khawatir saja." tambah Arka. Setelah beberapa saat, Arka bangun dan tanpa bicara membawa sang istri di gendongnya. Sekar terkesiap dan langsung merangkul pundak Arka takut jatuh. Arka membawanya ke kamar mandi. Untuk mandi bersama, akan tetapi sebelum membersihkan diri Arka malah melanjutkan pergulatan nya berakhir beberapa waktu lalu. Di dalam bathub pun jadi, mereka bermain cantik.Setelah 30 puluh menit kemudian, mereka pun menyudahi dan gegas membersihkan diri di bawah shower yang hangat.Kini mereka sudah berada di dalam mobil yang melaju dengan kecepatan sedang menuju rumah Sekar. Di Tengah perjalanan mereka mampir di sebuah restoran. Untuk makan malam terlebih dulu, perut terasa sangat lapar apalagi tenaganya sudah terkuras habis dengan permainan tadi.“Aku akan membuat syukuran untuk mendoakan kehamilan ku ini. Apa kau setuju?” Sekar menatap suaminya yang sedang meni
Setelah beberapa saat berada di panti asuhan, pasangan suami istri yang tengah dilanda kebahagiaan menyambut kehamilannya itu pun berpamitan pada penjaga pantai asuhan."Oke, kalau begitu kami pamit dulu!Pak, Bu ... lain kali kami akan datang lagi dan jangan lupa kalau ada keperluan, langsung telepon saja. Insya Allah akan dengan senang hati membantu!" ucap Sekar yang ditambahi oleh sang suami."Insya Allah, kami akan membantu dengan cepat jika memang di panti ini memerlukan suatu ataupun bantuan, kalian bisa datang ke rumah ataupun ke kantor itu sama aja!" Arka mengulurkan tangannya pada pengurus panti asuhan."Iya, kami tidak akan ragu-ragu untuk meminta bantuan jika kami sedang memerlukan, tapi untuk sekarang ini anak-anak sedang membutuhkannya, dan kami mengucapkan sangat banyak-banyak terima kasih! atas semua yang sudah diberikan dan juga tawarannya!" balas seorang lelaki paruh baya."Oke, kalau begitu kami pergi dulu dan mohon doanya untuk kebaikan keluarga kecil kami! Assalamu'
"Aku akan siap sedia menemani istri ku ke bidan dan periksakan kehamilan," ucap Arka dengan nada yang bersungguh-sungguh sebagia suami yang harus bertanggung jawab."Iya, aku tahu kau tidak akan membiarkan ku sendirian. Makasih ya untuk semuanya!" Sekar memeluk mesra suaminya.Kini Sekar sudah berada di kantor menghadapi segudang pekerjaannya yang seharian kemarin terbengkalai begitu saja."Selamat pagi Sekar, saya dengar kemarin kamu tidak masuk kerja?" Tiba-tiba suara itu berada di ruangan Sekar, membuat wanita itu terkesiap."Oh selamat pagi Pak!" Sekar langsung berdiri dan membungkuk hormat kepada pria yang menjadi bosnya itu."Selamat pagi juga! Gimana kabar kamu? Saya dengar kemarin tidak masuk, sakit atau gimana? soalnya tanpa konfirmasi sama saya!" ucap pria yang bernama Alex lantas duduk di kursi yang ada di hadapan meja kerja Sekar."Oh iya, maaf Pak. Saya lupa untuk ngasih konfirmasi bahwa kemarin saya tidak masuk kerja!" Sekar menundukkan kepalanya dengan masih di posisi b
Pagi-pagi Sekar dah deg-degan bagai menunggu sesuatu yang teramat menebarkan. Mondar-mandir di kamar mandi, menanti hasil dari tes peck yang dia gunakan untuk tes kehamilan.Sekar terus mondar-mandir sambil melipat tangannya di dada sesekali mengigit kuku nya. Sambil mengarahkan pandangannya pada wadah kecil yang ada tes peck nya."Ya Allah ... mudah-mudahan ada kabar baik. Semoga aja aku benar hamil!" sesaat wajah Sekar mendongak ke langit-langit.Pada waktu yang diperkirakan sudah tepat, tangan Sekar perlahan mengambil benda kecil tersebut dan mengeceknya, seakan-akan pandangan mata pun tidak ingin berkedip biar jelas sejelas-jelasnya dapat melihat hasil dari usahanya."Bismillah ..." Dalam hati ia berucap. Dan ternyata hasilnya garis 2. Membuat Sekar seakan-akan ingin berjingkrak dan mengucap syukur. Sebab garis 2 itu diyakini kalau memang tanda kehamilan.Lalu Sekar keluar dari kamar mandi dengan sangat tergesa-gesa dan mendatangi suaminya yang sedang nge-gym di ruangannya. Dengan
Sekar terdiam mengingat yang dikatakan oleh suaminya barusan. Teringat dia memang sudah telat 1 minggu, tapi dia pikir ah cuma satu minggu ini. Nggak mungkin juga dia hamil."Kenapa kok diam, sudah telat kan?" Arka kembali bertanya dan penasaran karena istrinya malah diam."Nggak tau juga, perasaan memang telat seminggu! tapi apa mungkin aku hamil?" Sekar menatap sang suami dengan datar."Lho ... mana ku tahu, kan aku belum pernah hamil? Sayang 'kan sudah dua kali hamil masa nggak ngeh. Gitu!" Arka mengusap bahu sang istri dengan lembut."Apa Iya ya, kan?" Sekar bertanya pada dirinya sendiri sembari bengong. Apa mungkin dia sedang mengidam. Apalagi akhir-akhir ini kepala terasa sering pusing sedikit mual juga dan pengennya banyak rebahan, bekerja pun kurang bersemangat."Gimana kalau kita ke bidan aja ya? periksakan biar jelas!" Ajak Arka dengan sangat penasaran dan kalau memang iya, berarti itu kabar yang sangat baik, membahagiakan untuknya dan keluarga."Em ... Jangan dulu deh, nant
"Aku pun ikhlas dan Ridho jika memang ditakdirkan tidak punya anak dari benih ku sendiri dan aku tidak akan pernah mau menikah lagi atau pun berpisah darimu!" ucap Arka dengan sangat serius dan menggenggam kedua tangan Sekar.Bibir Sekar tampak tersenyum getir. Lalu kembali memeluk Arka dengan sangat erat.*****Suatu saat Sekar merasa kurang fit dan bermalas-malasan di rumah. Dan kini dia sedang menemani anak-anak berenang. Setelah dari pagi kerjaan cuma baringan saja."Mama, ayo ke sini berenangnya. Jangan di pinggir malu." Teriak Shasa sambil berenang ke tengah."Hooh. Cemen ... berenangnya di situ Mulu ach. Sini dong yang jauh seperti aku sama kalau dengan papa Arka." Tambah Ridho seraya mencipratkan air ke arah mamanya."Ahc, Mama 'kan cuma nemenin kalian saja. Jadi tak apa lah di pinggir juga kalian yang ke tengahnya tapi jangan sampai ke tempat yang lebih dalam ya takut!" Jawab Sekar sambil naik dan duduk di tepi kolam renang."Aku kemarin renang sama papa Zul, ke tempat yang d
Selamat membaca.Zulfan berlari mendatangi sumber suara yang begitu riuh dan mengagetkan sambil menggendong putranya. Dan ternyata sambil memangku Putri kecilnya, barang yang ada di hadapannya dilempar sehingga di ruangan tersebut seperti tak ubahnya kapal pecah. Lulu berteriak-teriak seiring suara tangisan putrinya.Zulfan langsung memberikan putranya kepada bibi dan dia mendatangi Lulu yang tampak stres. Lantas mengambil putri kecilnya takut kenapa-napa, suasana di sana tidak karuan dengan apa yang harus didengar, teriakan Lulu dan tangisan anak-anak sungguh mengacaukan pendengaran."Bi, tolong bawa anak-anak jauh dari sini. Biar saya mengurus mamanya!" Pinta Zulfan sembari memberikan putri kecilnya kepada Bibi agar membawa balita itu menjauh dari ruangan tersebut.Lantas jawaban kembali mendekati sang istri yang sedang meraung menangis, melemparkan pas foto, vas bunga. "Kamu apa-apaan sih? ini bisa bahaya!" langsung Zulfan merangkul bahu Lulu dan membawanya jauh dari tempat itu."K