Keduanya langsung menoleh ke arah pintu yang membuka, dimana Arka berdiri dan menatap tajam ke arah mereka berdua.Sekar langsung berdiri dan menyambut kedatangan sang suami. "Kok nggak bilang dulu mau datang? Oh iya mau ngajak makan siang ya?" Sambutnya pada Arka yang mengarahkan pandangannya ke arah Zulfan.Arka menatap curiga ke arah Zulfan yang rupanya berada di kantor Sekar. Jangan sampai dia punya niat yang jelek lagi seperti dulu, begitu pikir Arka."Iya sayang, aku menjemputmu untuk makan siang! Itu kenapa ada di sini?" Arka menuding ke arah Zulfan yang kini menatap dirinya."Em ..." Sekar menoleh pada Zulfan yang kini berdiri dan menghampiri ke arah Arka."Saya datang ke sini benar-benar tulus untuk meminta maaf, atas segala kesalahan saya di masa lalu yang telah lama maupun yang baru! saya menyesal Dan saya merasa sangat malu. Malu sama keluarga, malu sama diri sendiri. Makanya saya memberanikan diri itu datang ke sini untuk minta maaf, kepada Sekar dan kebetulan kita juga b
Fitri sangat terkejut tatkala melihat Sekar berada di hadapannya. Mungkin saking antengnya melamun sehingga tidak sadar kalau ada yang mendekat dan menepuk pundaknya."Kenapa. Mbak? gimana kabarnya Mbak? Cukup lama kita tidak jumpa!" sapa Sekar sembari mengulas senyuman ramahnya."I-iya. Baik, Oya kalian sedang makan ya? dan mau kemana?" tanya Fitri sedikit gelagapan."Nggak. Saya cuma ingin ketemu adik saya. Ada gak di ruangannya?" Sekar menuding ke arah dalam, dimana ruangan Lulu berada."Ooh, ada-ada." Jawabnya sambil memegangi nampan bekas mengantar pesanan."Oke, saya ke sana dulu Mbak." Sekar membawa langkahnya menuju ruangan Lulu.Fitri menatap punggung Sekar yang berjalan dengan teratur. Bibir Fitri tersenyum kecut lalu ia berjalan dan entah apa yang membawanya ke meja yang di tempati Arka. Arka menatap ke arah Fitri yang kebingungan. Kenapa jadi ke sini, tapi Fitri segera mengulas senyumnya. "Selamat siang, apa ada yang mau di pesan lagi?" Fitri berbasa-basi pada Arka.Arka
"Waalaikumsalam ... kamu datang sama siapa Nak?" papanya sambil menatap si sulung dengan seksama anak itu sudah semakin besar saja."Itu, aku sama mama dan papa juga Oma, opah ikut melihat si kembar!" jawabnya sambil menuding ke ruangan lainnya. "Papa sedang menggambar perumahan ya? ih ... bagus, aku mau menggambar juga ah.""Boleh menggambar aja, hasilnya pasti lebih bagus dari papa. Putra papa 'kan pintar dan pandai." Zulfan mengacak rambut putranya. "Adikmu ikut nggak? papa kangen sama adik mu!" Pria itu berdiri dan mendatangi ruangan di mana banyak orang di sana yang tiada lain dan tidak bukan adalah Sekar dan keluarganya.Kemudian Zulfan berbasa-basi kepada tamunya, lantas memeluk Shasa penuh rasa kangen.Hari sudah menunjukkan sore, Sekar sekeluarga pun berpamitan kepada Lulu dan Zulfan. Sementara anak-anak malah pengen menginap, besok pagi-pagi akan diantar Zulfan ke rumah karena besok harus sekolah."Ya sudah, nggak apa-apa mengin
Sekar tersenyum manis pada suaminya. Di dalam otaknya ia punya rencana untuk menemui wanita tersebut."Senyum-senyum punya rencana apa?" tanya Arka sembari memeluknya dengan sangat erat sedari tadi tidak pernah dilepaskan.Selanjutnya mereka mendatangi tempat tidurnya untuk segera beristirahat. Tidak lupa melakukan terlebih dahulu sesuatu yang sangat signifikan dan mengharap sesuatu keajaiban akan segera datang untuk menambah kebahagiaan keluarga kecilnya. Apalagi kalau bukan baby.Sedang di tengah perjalanan. Arka menarik sebuah bantal yang lalu ia pasangkan di bawah pinggul Sekar. "Katanya ini efektif dan sebagai usaha agar kita mendapatkan bayi kembar!"Sekar hanya mengulas senyumnya pada sang suami. Melihat Arka masih sempat-sempatnya, bersikap santai di saat dia pun merasakan ingin segera ke puncaknya. Lantas melanjutkan ritual yang teramat sangat mengasikan yang tak kuasa lagi menahan birahinya yang kian membuncah.Tangan Arka yang begitu aktif mengusap dan meremas benda kenyal
Sekar pergi meninggalkan tempat tersebut dengan perasaan yang sedikit lega, walaupun harus menyisakan rasa sakit dan panas di pipi juga karena tamparan dari Fitri.*****"Sekar ... nanti sore. Ada arisan keluarga dan mereka ingin bertemu sama mantu ibu yang cantik ini." Kata ibu sambil mengusap bahu Sekar yang ia suruh untuk datang."Iya, Bu ... kebetulan aku juga tidak terlalu sibuk. Jadi bisa ke sini." Balas Sekar sambil tersenyum."Mereka ingin sekali bertemu sama kamu dan mereka mau kenal sama kamu." Tambah ibu sembari menyiapkan hidangan untuk acara nanti.Sekar pun dengan cekatan membantu ibu mertuanya menata setiap makanan di meja dengan rapi. Piring-piring berisik kue basah kue kering, sudah berjejer di meja tinggal menunggu acaranya.Pada sore harinya orang-orang berdatangan khususnya para family, sebab namanya juga warisan family. Ya banyak family yang datang dan Sekar langsung dikenalkan oleh ibu mertua."Bagi yang belum ketemu dengan mantu saya alias istrinya Arka, ini dia
Suara ledakan itu membuat semua orang merasa panik. Serta mengarahkan pandangan ke arah sumber suara! dari dalam rumah saling berlarian keluar dan bertanya Ada apa ini? kaget dan shock.Sekar yang sudah berada di dalam mobil dan juga anak-anak saling berpelukan dan menjerit begitu histeris. "Auwwww ...." Mereka sangat ketakutan sekali, karena suara ledakan tersebut itu datangnya dari dalam mobil yang mereka tumpangi. Dengan terburu-buru Sekar keluar dari mobil sambil memeluk kedua Putra dan putrinya."Papa, tolong ... Papa kami takut!" Suara Ridho dan Shasa berbarengan.Arka yang sejak tadi berdiri dia teras langsung menghampiri dan menjauhkan istri dan anak-anaknya dari mobil. "Kalian tenang ya, jangan panik tenang! ada Papa di sini, sekarang kalian masuk. Biar Papa yang mengecek apa yang terjadi!" Arka minta sang istri masuk ke dalam rumah, sama penghuni rumah lainnya! dia sama ayah dan juga security, ada supir sang ayah mendatangi mobil yang b
Arka menepikan mobilnya, karena melihat kerumunan orang-orang di tepi jalan. Sehingga Arka penasaran ada apa dan mungkin saja butuh pertolongannya."Ada apa ya?" Arka turun bergegas menghampiri dan ternyata ada yang kecelakaan.Orang-orang begitu riuh, dan mencari mobil yang mau mengantarkan korban ke rumah sakit, dan tentu saja Arka langsung menyambutnya. Dia langsung menawarkan diri untuk melepaskan ke rumah sakit."Sudah bawa saja ke mobil saya Bu, Pak. Biar saya yang mengantarkan ke rumah sakit dan juga Saya minta berapa orang menemani, karena saya tidak tahu asal usul insiden ini terjadi!" Kakak langsung melupakan pintu mobilnya dan beberapa orang memasukkan korban ke dalam mobil. Juga ada dua orang yang menemani korban tersebut.Korbannya seorang wanita yang kemungkinan. Entah dianiaya entah di tabrak kendaraan? yang jelas berlumuran darah, dan Arka tidak mau banyak bertanya. Yang penting sekarang korban terselamatkan dulu dan di bawanya ke rumah sakit.Mobil Arka melesat dengan
Sekar sejenak mengatupkan bibirnya. Antara mau dan rasa malas, Sebenarnya bukan nggak mau sih ... cuman dia merasa nggak tega saja kalau dia pergi jauh, sementara anak-anak ditinggalkan di rumah."Tapi kalau sayang mau ngajak anak-anak juga nggak apa-apa sih!" Arka meralat omongannya."Biar nanti aku pikirkan lagi ya!" jawabnya Sekar."Baiklah, bagaimana kamu aja! kapanpun istriku mau kita akan berangkat." Arka menganggukkan kepalanya seraya menatap dekat dan mesra pada sang istri.Mereka pun beristirahat setelah memasuki bilik tempat peraduannya mereka. *****Fitri merasa kaget melihat kedatangan Arka dan Sekar. Yang mendatangi dirinya yang masih dirawat di rumah sakit, karena luka-luka di tubuhnya belum sembuh akibat penganiayaan seorang pria yang menjadi teman kencannya tersebut."Assalamu'alaikum, Mbak Fitri ... Gimana keadaanmu sekarang?" ucap Sekar sembari mengulurkan tangan kepada Fitri."Wa'alaikum salam. Sudah agak mendingan, cuman belum maksimal saja!" jawabnya dengan nada
"Ada apa, Bi?" Sekar menatap heran."Itu, Mbak Lulu datang dengan wajah bonyok." Kata bibi dengan suara tergesa-gesa."Apa?" Sekar langsung melonjak naik setengah berlari ke depan.Sekar menatap sang adik yang memang benar yang dikatakan oleh bibi. Kalau Lulu mukanya bonyok. “Kamu kenapa, Lu?” langsung menegur dan mendekat. Lulu berhambur ke dalam pelukan Sekar dan menangis tersedu dalam pelukan sang kakak. Tangis Lulu terdengar begitu pilu. Membuat hati Sekar Terenyuh dan sedih melihat kondisi sang adik dengan perasaan yang bertanya-tanya. “Kak. Aku mau bercerai dengan mas Zulfan. Di sudah selingkuhi aku dengan baby sitter ku.” Kata-kata itu membuat Sekar terkesiap dan setengah tidak percaya. Kok Zulfan dengan tega melakukan hal yang sama dan parahnya lagi tega main tangan segala, sehingga wajah Lulu bonyok. Sekar mengusap punggung Lulu dengan lembut. “Bercerita Lah pada ku. Ada apa yang sebenarnya.” Kemudian, Lulu menceritakan semua pada Sekar yang sebenarnya terjadi, kalau Zul
Sekitar pukul sepuluh malam. Cece baru pulang dengan langkah yang sedikit mengendap. Kepala celingukan. Lulu yang masih berada di ruag Tengah karena menunggu suaminya yang belum pulang, bahkan nomornya pun tidak aktif. Membuat Lulu merasa khawatir dan cemas. “Dari mana kamu? Bukannya saya sudah bilang cukup satu jam saja keluarnya? Maksimal sebelum pukul sepuluh sudah pulang. ini pukul berapa nih? sepuluh lewat.” Lulu merepet dan menuding ke arah jarum jam. Cece menunduk dalam. Dan juga merasa gugup khawatir ketahuan, akan tetapi Zulfan belum pulang dan dia masih menunggu Cece masuk dulu. “Maaf, Bu … saya kebablasan,” ucapnya. “Lain kali … harus tepat waktu. Sebab kalau ada apa-apa. Saya yang akan kena, sebab kamu tinggal di sini.” Jelas Lulu disertai tatapan yang tajam menelisik ke arah Cece yang menunduk. Tetpi dengan ketajaman mata Lulu. Bisa mendapatkan sebuah kejanggalan dari Indera penglihatannya tersebut. “I-iya, Bu! Saya janji … lain kali akan tepat waktu.” Dengan masih me
"Memang benar. Mereka akan semakin tumbuh dewasa dan mengerti, aku hanya khawatir saja." tambah Arka. Setelah beberapa saat, Arka bangun dan tanpa bicara membawa sang istri di gendongnya. Sekar terkesiap dan langsung merangkul pundak Arka takut jatuh. Arka membawanya ke kamar mandi. Untuk mandi bersama, akan tetapi sebelum membersihkan diri Arka malah melanjutkan pergulatan nya berakhir beberapa waktu lalu. Di dalam bathub pun jadi, mereka bermain cantik.Setelah 30 puluh menit kemudian, mereka pun menyudahi dan gegas membersihkan diri di bawah shower yang hangat.Kini mereka sudah berada di dalam mobil yang melaju dengan kecepatan sedang menuju rumah Sekar. Di Tengah perjalanan mereka mampir di sebuah restoran. Untuk makan malam terlebih dulu, perut terasa sangat lapar apalagi tenaganya sudah terkuras habis dengan permainan tadi.“Aku akan membuat syukuran untuk mendoakan kehamilan ku ini. Apa kau setuju?” Sekar menatap suaminya yang sedang meni
Setelah beberapa saat berada di panti asuhan, pasangan suami istri yang tengah dilanda kebahagiaan menyambut kehamilannya itu pun berpamitan pada penjaga pantai asuhan."Oke, kalau begitu kami pamit dulu!Pak, Bu ... lain kali kami akan datang lagi dan jangan lupa kalau ada keperluan, langsung telepon saja. Insya Allah akan dengan senang hati membantu!" ucap Sekar yang ditambahi oleh sang suami."Insya Allah, kami akan membantu dengan cepat jika memang di panti ini memerlukan suatu ataupun bantuan, kalian bisa datang ke rumah ataupun ke kantor itu sama aja!" Arka mengulurkan tangannya pada pengurus panti asuhan."Iya, kami tidak akan ragu-ragu untuk meminta bantuan jika kami sedang memerlukan, tapi untuk sekarang ini anak-anak sedang membutuhkannya, dan kami mengucapkan sangat banyak-banyak terima kasih! atas semua yang sudah diberikan dan juga tawarannya!" balas seorang lelaki paruh baya."Oke, kalau begitu kami pergi dulu dan mohon doanya untuk kebaikan keluarga kecil kami! Assalamu'
"Aku akan siap sedia menemani istri ku ke bidan dan periksakan kehamilan," ucap Arka dengan nada yang bersungguh-sungguh sebagia suami yang harus bertanggung jawab."Iya, aku tahu kau tidak akan membiarkan ku sendirian. Makasih ya untuk semuanya!" Sekar memeluk mesra suaminya.Kini Sekar sudah berada di kantor menghadapi segudang pekerjaannya yang seharian kemarin terbengkalai begitu saja."Selamat pagi Sekar, saya dengar kemarin kamu tidak masuk kerja?" Tiba-tiba suara itu berada di ruangan Sekar, membuat wanita itu terkesiap."Oh selamat pagi Pak!" Sekar langsung berdiri dan membungkuk hormat kepada pria yang menjadi bosnya itu."Selamat pagi juga! Gimana kabar kamu? Saya dengar kemarin tidak masuk, sakit atau gimana? soalnya tanpa konfirmasi sama saya!" ucap pria yang bernama Alex lantas duduk di kursi yang ada di hadapan meja kerja Sekar."Oh iya, maaf Pak. Saya lupa untuk ngasih konfirmasi bahwa kemarin saya tidak masuk kerja!" Sekar menundukkan kepalanya dengan masih di posisi b
Pagi-pagi Sekar dah deg-degan bagai menunggu sesuatu yang teramat menebarkan. Mondar-mandir di kamar mandi, menanti hasil dari tes peck yang dia gunakan untuk tes kehamilan.Sekar terus mondar-mandir sambil melipat tangannya di dada sesekali mengigit kuku nya. Sambil mengarahkan pandangannya pada wadah kecil yang ada tes peck nya."Ya Allah ... mudah-mudahan ada kabar baik. Semoga aja aku benar hamil!" sesaat wajah Sekar mendongak ke langit-langit.Pada waktu yang diperkirakan sudah tepat, tangan Sekar perlahan mengambil benda kecil tersebut dan mengeceknya, seakan-akan pandangan mata pun tidak ingin berkedip biar jelas sejelas-jelasnya dapat melihat hasil dari usahanya."Bismillah ..." Dalam hati ia berucap. Dan ternyata hasilnya garis 2. Membuat Sekar seakan-akan ingin berjingkrak dan mengucap syukur. Sebab garis 2 itu diyakini kalau memang tanda kehamilan.Lalu Sekar keluar dari kamar mandi dengan sangat tergesa-gesa dan mendatangi suaminya yang sedang nge-gym di ruangannya. Dengan
Sekar terdiam mengingat yang dikatakan oleh suaminya barusan. Teringat dia memang sudah telat 1 minggu, tapi dia pikir ah cuma satu minggu ini. Nggak mungkin juga dia hamil."Kenapa kok diam, sudah telat kan?" Arka kembali bertanya dan penasaran karena istrinya malah diam."Nggak tau juga, perasaan memang telat seminggu! tapi apa mungkin aku hamil?" Sekar menatap sang suami dengan datar."Lho ... mana ku tahu, kan aku belum pernah hamil? Sayang 'kan sudah dua kali hamil masa nggak ngeh. Gitu!" Arka mengusap bahu sang istri dengan lembut."Apa Iya ya, kan?" Sekar bertanya pada dirinya sendiri sembari bengong. Apa mungkin dia sedang mengidam. Apalagi akhir-akhir ini kepala terasa sering pusing sedikit mual juga dan pengennya banyak rebahan, bekerja pun kurang bersemangat."Gimana kalau kita ke bidan aja ya? periksakan biar jelas!" Ajak Arka dengan sangat penasaran dan kalau memang iya, berarti itu kabar yang sangat baik, membahagiakan untuknya dan keluarga."Em ... Jangan dulu deh, nant
"Aku pun ikhlas dan Ridho jika memang ditakdirkan tidak punya anak dari benih ku sendiri dan aku tidak akan pernah mau menikah lagi atau pun berpisah darimu!" ucap Arka dengan sangat serius dan menggenggam kedua tangan Sekar.Bibir Sekar tampak tersenyum getir. Lalu kembali memeluk Arka dengan sangat erat.*****Suatu saat Sekar merasa kurang fit dan bermalas-malasan di rumah. Dan kini dia sedang menemani anak-anak berenang. Setelah dari pagi kerjaan cuma baringan saja."Mama, ayo ke sini berenangnya. Jangan di pinggir malu." Teriak Shasa sambil berenang ke tengah."Hooh. Cemen ... berenangnya di situ Mulu ach. Sini dong yang jauh seperti aku sama kalau dengan papa Arka." Tambah Ridho seraya mencipratkan air ke arah mamanya."Ahc, Mama 'kan cuma nemenin kalian saja. Jadi tak apa lah di pinggir juga kalian yang ke tengahnya tapi jangan sampai ke tempat yang lebih dalam ya takut!" Jawab Sekar sambil naik dan duduk di tepi kolam renang."Aku kemarin renang sama papa Zul, ke tempat yang d
Selamat membaca.Zulfan berlari mendatangi sumber suara yang begitu riuh dan mengagetkan sambil menggendong putranya. Dan ternyata sambil memangku Putri kecilnya, barang yang ada di hadapannya dilempar sehingga di ruangan tersebut seperti tak ubahnya kapal pecah. Lulu berteriak-teriak seiring suara tangisan putrinya.Zulfan langsung memberikan putranya kepada bibi dan dia mendatangi Lulu yang tampak stres. Lantas mengambil putri kecilnya takut kenapa-napa, suasana di sana tidak karuan dengan apa yang harus didengar, teriakan Lulu dan tangisan anak-anak sungguh mengacaukan pendengaran."Bi, tolong bawa anak-anak jauh dari sini. Biar saya mengurus mamanya!" Pinta Zulfan sembari memberikan putri kecilnya kepada Bibi agar membawa balita itu menjauh dari ruangan tersebut.Lantas jawaban kembali mendekati sang istri yang sedang meraung menangis, melemparkan pas foto, vas bunga. "Kamu apa-apaan sih? ini bisa bahaya!" langsung Zulfan merangkul bahu Lulu dan membawanya jauh dari tempat itu."K