"Makanya saya mau kesana sekarang, nanti saya hubungi mbak lagi ya biar sekalian dijelasin juga yang hilangnya apa." ucapnya yang langsung menutup teleponnya dan bergegas pergi meninggalkan Doni yang terlihat senyam-senyum sendiri. "Ciye yang udah punya gebetan baru. Bilang orang-orang ah." Rian pun sampai dihadapan kontrakannya, agen beras miilk Shanum yang kini kehilangan cukup banyak beras. "Ini gimana ceritanya bisa kemalingan, emang kalian tinggalin toko ini?" tanya Rian cemas. "Kita lagi nyari makan buat sarapan eh pas balik lagi barang udah banyak yang hilang." "Kalian kenapa enggak tutup tokonya sementara dulu atau titipkan ke orang lain? Bukannya main ngeloyor pergi gitu aja. Kita kan enggak tahu namanya orang, apalagi toko dalam keadaan enggak ada yang jaga, ya kesempatan buat mereka." ucap Rian. "Maafin kami den." "Sekarang coba kalian tulis mana saja barang yang hilang, biar nanti saya kasih daftarnya ke mbak Shanum, tapi ngomong-ngomong disini ada CCTV gak sih?" ucap
"Saya sudah melaporkan masalah ini ke polisi, mbak jangan khawatir, saya juga sudah memberikan hasil rekaman CCTV yang tersedia didekat sana." "Alhamdulillah. Terus udah ketemu mas siapa pelakunya?" "Masih proses penyelidikan. Mbak tunggu aja nanti kalau ada info terbaru dari mereka saya yang akan hubungi mbak langsung. Tunggu aja, sebentar lagi polisi bakal kesana dan menyelidiki siapa tersangkanya." "Mudah-mudahan langsung ketahuan siapa tersangkanya dan segera tertangkap. Aamin.""Iya mbak. Oh iya sekarang mbak udah balik lagi ke Puncak?" tanya Rian. "Iya udah. Mas Rian ngomong kayak gitu saya langsung kesini. Ternyata bener mas banyak yang hilang.""Iya mbak, yang sabar ya. Semoga pencurinya segera ketemu. Saya akan memantau terus perkembangan dari kepolisian mengenai hal ini." "Iya. Makasih mas Rian."Setelah tak lama berselang dari Rian menelepon, beberapa anggota kepolisian mendatangi Shanum dan berkata. "Kami dari kepolisian di kota ini ingin bertanya apakah betul ini den
"Oh maaf, mas Rian lagi keluar sebentar. Ini saya temannya, orang yang ngontrak di kiosnya." "O-oh. Iya, kalau begitu nanti saya telepon lagi ya mbak. Makasih." ucapnya yang langsung menutup teleponnya. "Duh dia marah kali ya? Langsung ditutup gitu aja. Atau apa mungkin dia cemburu? Itu barusan pacarnya bukan sih? Duh.... aku lupa bilang kalo aku gak ada hubungan apa-apa lagi sama dia." ucap Shanum khawatir. Mendadak muncul Rian bersama seorang suster, membawa troli makanan. "Makasih sus, biar saya aja yang kasih makanannya." ucap Rian yang langsung mengambil sepiring bubur dan segelas minumannya. Suster itu pergi dan Rian duduk dikursinya. "Mas.... ini hapemu." ucap Shanum memberikan ponselnya. Rian menerimanya. "Oh iya tadi ada yang nelepon mas." ucap Shanum. "Oh, siapa?" tanyanya. "Delia. Maaf ya tadi aku angkat teleponnya. Gak sengaja, soalnya tadi bunyi terus." ucap Shanum tidak enak, Rian tampak terdiam seakan memikirkan sesuatu. Shanum terheran. "Kalau boleh tahu itu pacar
"Dari sekian cowok yang aku temuin, kamu yang paling terbaik menurutku Yan. Kamu yang paling membuatku merasa nyaman dan tenang pada waktu yang bersamaan.""Terima kasih." "Makanya aku sering minta bantuan kamu, curhat, minta saran, minta ini minta itu tuh cuma ke kamu doang, ke cowok lain mana pernah.""Iya."Disaat yang sama Shanum menelepon Jaka. Telepon diangkat. "Tega kamu ya mas! Kamu yang buat aku kehilangan beras-berasku! Biar saja, polisi besok akan langsung ke rumahmu minta pertanggung jawaban atas kasus ini!""Polisi? Kamu lapor polisi? Num maafin aku, aku benar-benar menyesal, aku tidak sengaja melakukan itu." "Kamu sengaja! Jangan memutarbalikkan fakta! Aku tahu semuanya! Kamu penuh intrik dan manipulasi, kamu sengaja melakukan ini semua supaya aku merasa sendirian dan berakhir menyalahkan diriku sendiri kan karena menceraikan kamu? Jangan bohong kamu! Atau kamu mau membalas dendam atas perceraian itu? Tega kamu ya! Kamu ngapain segala bayar orang supaya curi berasku? A
"Mau minuman mbak? Teh atau kopi?""Ah enggak kok, saya cuma sebentar disini enggak akan lama-lama." ucap Delia tersenyum, Shanum melakukan hal yang sama. Mendadak Delia menelepon Rian. Dirinya mengatakan kalau dirinya ada di kiosnya, toko beras Shanum. Tentu saja membuat Shanum cukup kaget seakan memancing Rian untuk segera kesana. Ah tapi mana mungkin dia kesana, dia kan bekerja. Seusai dirinya menelpon, Delia langsung mengajak kembali Shanum mengobrol. "Saya kebetulan kesini mau menegaskan sesuatu ke mbak. Saya rasa saya kembali menyukai mas Rian, mbak enggak keberatan kan saya dekat dengan mas Rian?" "O-oh tentu, silahkan. Enggak kok, tapi kenapa kok mbak sampai minta persetujuan saya? Emangnya saya kenapa ya? Menurut mbak saya cukup mengganggu apa ya kehadirannya?" tanya Shanum. "Ah enggak, saya hanya khawatir mbak punya perasaan khusus semenjak mas Rian sering membantu mbak disini. Padahal setahu saya mas Rian memang begitu sifatnya, suka nolongin orang." "Bukan kok, enggak
"Iya gampang lah urusannya. Intinya om enggak dipenjara aja. Udah yuk kita pulang." ucap Jaka mengajaknya pulang, Ghea mengikutinya menuju parkiran, duduk di motor kemudian motor pun jalan. Disaat yang sama Diana sedang dibonceng oleh Gavin, mereka saling berbalas kata ditengah kecepatan motor yang cukup pelan itu. "Maaf ya, gue jadi ngerepotin lu. Segala dianterin, tau aje motor gue lagi diservis.""Iya gpapa, lagian gue sekalian mau pergi ke tempat lain.""Lo mau kemana tadi?""Gue mau nyari loker.""Eh, gue ada loker.""Jadi apaan?""Tukang cuci kaki gue.""Dikira lo emak gue!""Hahaha! Tapi beneran, nanti gue gaji serebu sehari." "Gak! Masih banyak kerjaan yang lebih berfaedah." "Eh katanya tadi bapak lo mau dipenjara ya? Kok bisa sih?" tanya Diana. "Bapak gue yang jadi dalang pencurian beras di toko emak gue.""Oh gitu, tapi gila sih itu. Nekat." "Makanya." Tiba-tiba saja Gavin berpapasan langsung dengan Jaka dan Ghea. Tentu saja Diana dan Gavin langsung menoleh kembali k
Tapi kok tiba-tiba? Apa mungkin ada tanggul sungai yang jebol? Atau air dari atas gunung? Untungnya masih belum sampai ke dekat mereka saat itu. Shanum merasa sangat khawatir, apalagi ada beberapa orang yang tadi jalan didekat sana dan kini menghilang. Rian juga tampak khawatir. Ia bahkan menyuruh Shanum untuk bergegas makan. "Ayo mbak dipercepat makannya, khawatir banjirnya kesini." ucap Rian. Shanum mengiyakannya. Tapi suara teriakan beberapa orang tampak terdengar bersahut-sahutan, mewarnai adu makan diantara mereka saat itu. Rian tidak menghabiskan buburnya, lain hal dengan Shanum yang sampai habis. Ia tampaknya kelaparan sejak tadi. Shanum dan Rian mencoba melihat ke arah jalanan, berkumpul bersama banyak orang yang memilih untuk melihat kejadian "tak biasa" itu bahkan sampai merekamnya. Kejadian yang termasuk mengerikan. Terlihat beberapa orang bahkan sampai anak perempuan yang terlepas dari jangkauan ibunya, ibunya menghilang ketika sedang mengendarai motor dan kini tersis
Ghea sedang berada di perpustakaan, ia tak sengaja mendengar beberapa orang menggosip tentangnya. "Tapi serius deh, dia kok aneh banget ya malah suka sama bapaknya. Itu bapaknya loh, calon mertuanya, malah diembat juga. Hanya karena bapaknya pns dan banyak duitnya, dia malah incer yang usianya jauh dari dia, parah-parah.""Menurut gue sih bener deh, dia tuh ngincer duit bapaknya doang, matre. Ya lo tahu sendiri, biaya kuliahnya yang sering nunggak aja sekarang lunas terus. Kayaknya itu ada pengaruh dari orang tuanya Gavin deh yang cerai. Parah kan?""Cantik-cantik kok doyan bapak-bapak sih ya, matre pula." "Cantik dari hongkong, dia tuh cuma kebetulan aja disukain sama dua cowok yang sedarah, maruk! Gue heran sumpah, kenapa dua temannya itu masih aja ngebela dia, udah ketahuan dia kayak gitu orangnya. Atau mungkin mereka setipe? Sama-sama cewek matre yang suka porotin duit orang?" "Salah, tapi cewek yang suka porotin duit orang dan ngembat bapak pacarnya. Pelakor kelas atas." "Hah