Beranda / Romansa / Selena / Jatuhnya Sang Putri dari Pohon

Share

Jatuhnya Sang Putri dari Pohon

Penulis: Bee Yu
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-08 10:45:48

Sebuah tamparan yang keras Selena daratkan di pipi Julia. Membuat semua orang yang ada di pesta teh tercengang. Bukan tanpa alasan, Selena geram karena diamnya justru dijadikan candaan. Julia, bangsawan menengah yang hadir di pesta itu menyiramkan seteko teh berisi air panas ke tubuh Selena.

Selena sebenarnya sangat enggan menghadiri pesta para bangsawan seperti ini jika bukan karena desakan Lynne. Baginya, tidak ada pesta menyenangkan. Karena topik yang dibahas hanyalah dirinya seorang ,yang dikatakan anak tiran dan anak tidak jelas. Padahal keluarga mereka juga menjilat kekuasaan ayahnya. Benar-benar munafik!

Wajah Julia pun menjadi merah padam. Bekas tamparan Selena begitu merah, bahkan melebihi merahnya pewarna pipi yang Julia gunakan. “K-kau...” Julia memandang Selena dengan tatapan penuh kebencian.

Selena hanya tersenyum sinis. “Anggap ini adalah pelajaranmu hari ini.” Ia lalu maju beberapa langkah, memandang tanaman bunga yang mengelilingi taman itu. “Kau mengandalkan status kebangsawananmu untuk menindas orang lain. Merasa paling mendominasi, dan berkuasa. Sampai lupa, bahwa di atas langit masih ada langit. Kau begitu angkuhnya sampai lupa memijak daratan, Julia.”

Selena berbalik dan menatap Julia. “Orang yang hanya mengandalkan nama keluarganya, belum pantas berhadapan denganku!” tegas Selena.

Julia masih memandangnya dengan tatapan kebencian. Ia merasa akan meledak mendengar ucapan Selena. “Kau ... apa bedanya denganmu? Kau bahkan menggoda para pangeran dari kerajaan lain. Bukankah kau begitu hina, Putri?”

Selena memang dekat dengan pangeran dari kerajaan lain, tetapi ia tak pernah benar-benar menerima mereka. Kecuali pangeran dari Evanthe yang merupakan tunangannya. Ia benar-benar memiliki perasaan spesial pada pemuda itu.

“Orang yang iri, sampai kapan pun tidak akan pernah bisa berdiri di puncak. Ia hanya akan semakin tenggelam dalam kekhawatiran dan ketakutannya sendiri. Julia, jika kau memang tertarik dengan salah satu dari mereka, kenapa kau  tidak menanyai mereka langsung, apakah mereka mau bersanding dengan gadis berhati kotor sepertimu?”

Julia mendengkus kesal. Ia melengos dan mengeratkan giginya karena murka.

Selena tersenyum karena merasa berhasil menjatuhkan keangkuhan dari gadis yang masih ada di hadapannya. Ia lalu berbalik dan berjalan kembali. “Ayo, Lyn kita pulang.”

Lynne―pelayan setia yang mengurusi Selena sedari kecil langsung mengekor di belakang Selena. Kereta mereka pun pergi, meninggalkan pesta teh yang menjadi kacau itu.

Sementara itu di dalam kereta, Lynne memandangi Selena yang tampak bengong. “P-putri ... maaf. Jika saja aku tidak memaksamu untuk datang, semua ini pasti tidak akan terjadi.”

Selena memandangi wajah Lynne yang terlihat lesu. “Kau tidak perlu minta maaf. Mereka memang seperti itu. Sudahlah lupakan. Aku ingin cepat pulang dan mengobati punggungku.”

Lynne pun semakin merasa bersalah. Ia masih menatap dengan cemas ke arah Selena.

“Kau jangan melaporkan masalah ini pada ayah. Aku hanya tidak ingin menambah beban untuknya. Dia sudah cukup lelah dengan urusan istana.”

Lynne mengangguk pelan. “B-baik, Putri.”

Kereta yang mereka tunggangi pun melaju menuju istana dengan cepat. Setibanya di Istana Setibanya di kamar, Selena buru-buru melepas bagian atas gaunnya. Ia membalikkan punggungnya hingga bisa terlihat di depan cermin.

Tidak berapa lama kemudian, Lynne datang membawa mangkuk berisi obat. “Putri, biar aku oleskan obatnya ke punggungmu.”

Selena mengangguk. Ia lalu duduk di kursi depan cerminnya.

Obat yang dioleskan Lynne terasa dingin ketika menyentuh kulit Selena yang tadi terkena teh panas.

“Obat ini akan membantu mendinginkan kulitmu yang terkena air panas. Semoga saja tidak melepuh dan meninggalkan bekas luka.”

“Kenapa kau begitu khawatir, Lyn?” tanya Selena.

“Kau adalah seorang putri. Tentu saja aku khawatir denganmu.”

“Apa kau khawatir kalau tidak akan ada lelaki yang tertarik padaku karena luka ini?” 

“E ... i-itu...” Lynne tergagap karena pertanyaan Selena.

Selena menghela napas. “Tidak perlu mengkhawatirkan luka ini, Lyn. Seseorang yang mencintai dengan tulus, akan menerima kekurangan orang yang dicintainya juga. Semua orang tentu lebih suka pada sebuah kelebihan, sangat jarang yang mau menerima kekurangan. Hanya mereka yang benar-benar tulus yang bisa menerima itu.”

Lynne merasa kagum dengan Selena. Ia tak menyangka bahwa putri anehnya itu bisa berkata manis dan bijaksana. “Kau benar putri. Lalu, apa yang akan kau lakukan selanjutnya? Apa kau akan balas dendam pada Nona Julia itu?”

Selena mengedikkan bahunya. “Entahlah. Yang jelas, aku ingin istirahat sekarang.”

“Kalau begitu, aku undur diri, Putri. Jika kau membutuhkan sesuatu, panggil saja aku.” Lynne mengundurkan dirinya. 

Selena mengangguk. Lynne kemudian keluar dan meninggalkan Selena di kamarnya.

Setelah kepergian pelayan itu, Selena merebahkan tubuhnya dengan posisi miring, menghindari obatnya menempel di seprei, juga demi mengurangi rasa sakitnya. Kini, ia sendiri. Kamarnya yang luas terasa begitu hampa dan hening. Hatinya merasa lelah, dan kesepian hingga ia terlelap begitu saja.

••0••

Lucas, Delmar, Calvin, dan beberapa orang terpilih memasuki asrama ksatria. Lucas pun langsung merebahkan tubuhnya begitu mendapati ranjang kosong. Ia menjadikan kedua tangannya sebagai bantalan kepala.

Calvin terduduk di tepi tempat tidurnya di sebelah Lucas. “Hei ... apa kau risau karena besok harus mulai bertugas?” tanya Calvin pelan.

“Bisa dibilang begitu.”

“Tidak biasanya seorang Lucas gugup,” imbuh Delmar. “Apa ini gara-gara putri itu?”

Lucas terduduk begitu mendengar ucapan Delmar, kembali tersenyum meremehkan. “Untuk apa aku gugup dengan putri itu. Aku hanya gugup karena akan mulai menjalankan rencana. Sudahlah, sebaiknya istirahat agar tidak kesiangan besok.”

••0••

“P-putri! Apa yang kau lakukan? Cepat turun!” Lynne terlihat panik ketika melihat Selena berada di atas pohon. 

Selena acuh dengan ucapan Lynne. Ia masih fokus memanjat beberapa dahan pohon di halaman dalam istananya. Selena bermaksud meletakkan kembali anak burung yang jatuh dari sangkarnya. 

“Akhirnya sampai juga di sini,” ucap Selena ketika mendapati dirinya berada hampir di pucuk pohon. Ia tertawa ketika melihat Lynne berada di bawah pohon sedang mencemaskannya. 

“Aku tidak apa, Lyn. Aku akan baik-baik saja. Kau tunggulah di bawah,” teriak Selena dari atas pohon.

Lynne menatap cemas Selena. Ia berulang kali memerhatikan sekeliling, khawatir jika Kaisar Sirius tiba-tiba datang ke sana. “Putri... Cepatlah! Bagaimana kalau ada bangsawan lain yang melihatmu ada di atas sana?”

Selena paham dengan ucapan Lynne. Ia khawatir kalau image-nya sebagai seorang putri raj rusak karena perilaku selengeannya. Akan tetapi, lagi-lagi dia acuh. Ia hanya fokus pada anak burung yang bulunya belum tumbuh di tangannya. 

“Kau sebaiknya hati-hati. Tunggu ibumu kembali, dan jangan nekat.” Selena meletakkan kembali burung itu di sarangnya dengan lembut. Senyum simpul terlukis diwajah cantiknya.

Tidak jauh dari sana, terlihat Lucas bersama Tristan mengunjungi Istana Sapphire. Tristan memandu Lucas yang mulai bertugas hari ini.

“Ini adalah tempat tinggal Putri Selena. Kau akan bertugas di sini,” kata Tristan.

Lucas menganggukkan kepalanya. Ia lalu memandangi halaman istana itu, dan melihat seorang wanita berbaju pelayan tengah berdiri dengan raut cemas di bawah pohon.

“Wanita itu ...” kata Lucas yang tak melanjutkan ucapannya.

“Dia adalah Lynne. Pelayan yang selalu berada di sisi putri. Sama sepertiku yang selalu ada di sisi Yang Mulia, Lynne adalah orang kepercayaan Selena. Mulai hari ini, kau bisa berkoordinasi dengannya.”

Lucas kembali mengangguk patuh. 

Tristan kemudian memanggil Lynne yang masih menunggu Selena turun dari atas pohon. “Lynne!” teriaknya.

Lynne yang mendengar namanya dipanggil langsung menoleh ke arah sumber suara. Melihat Tristan berdiri di sisi taman Istana Sapphire, Lynne berlari mendekatinya. 

“Ada apa?” tanya Lynne.

“Dia adalah Lucas, ksatria terpilih untuk melindungi putri. Mulai hari ini dia bertugas. Kau bisa berkoordinasi dengannya,” terang Tristan.

Lynne mengangguk pelan.

“Kalau begitu, aku pergi dulu. Masih ada hal yang perlu diurus.” Tristan langsung meninggalkan Lynne dan Lucas. Ia memang orang yang dingin. Seperti halnya raja, Tristan itu seperti kloningnya.

Kini tinggalah Lynne dan Lucas.

Lucas mengamati Lynne sekilas. “Di mana putri? Aku belum tahu dia orang seperti apa?”

Lynne terlihat gugup. Ia hanya meremas jari-jari tangannya. Sesekali netranya menuju pada pohon dengan tinggi empat meter di sudut kanan halaman itu. “Dia ada di sana.” Akhirnya setelah memantapkan hatinya, Lynne menunjuk ke arah pohon tempat Selena berada.

Kedua alis Lucas bertaut. Ia sudah pasti sedang bingung. Batin dan pikirannya mencoba menerka maksud dari ucapan Lynne. Untuk memastikannya, Lucas berjalan menapaki karpet hijau alami. Menuju ke arah pohon yang ditunjuk Lynne.

Sesampainya di bawah pohon itu, Lucas mendongakkan kepalanya dan melihat seseorang dengan gaun ala victoria tengah duduk di atas dahan pohon. “Jadi ini putri yang terkenal kecantikannya itu? Sungguh ... berbeda sekali ekspektasinya,” batin Lucas yang kaget melihat tingkah putri yang harus dijaganya.

Selena menyadari kedatangan seseorang. Ia melihat ke bawah. “Siapa orang itu?” tanyanya dalam hati. Saat Selena akan turun, tiba-tiba saja ranting yang diinjaknya patah.

“Uwahhhh!” Selena berteriak karena tubuhnya hilang keseimbangan. Jantungnya terasa seperti akan melompat keluar. Gaunnya robek tersangkut beberapa ranting yang dilewatinya. Ia memejamkan matanya, sambil berharap bisa mengurangi rasa sakit akibat terjatuh dari pohon empat meter itu.

“Eh, kenapa tidak sakit?”

“Kalau kau mau mati, sebaiknya jangan merepotkan orang lain.”

Selena terpaku pada suara itu, matanya pun dibuka. “K-kau siapa?” tanyanya dengan nada tinggi.

“Aroma ini ...” Tiba-tiba batin Lucas masih menerka sesuatu dengan sebuah aroma tak asing yang melintasi indra penciumannya. “Rasanya aku pernah mencium bau ini. Tapi... Di mana?” batin Lucas.

Keduanya lalu saling adu pandang dalam diam. Tidak, sampai Lynne datang mendekati mereka berdua.

“Putri ... Sudah kubilang bukan? Kalau saja Ksatria Lucas tidak datang, tulangmu sudah pasti patah,” katanya dengan nada khawatir.

Selena hanya terdiam. “Rupanya dia ksatria yang ditugaskan menjagaku. Ck! Ini sangat memalukan,” batin Selena. Ia yang masih berada di tangan Lucas ala bridal style berdeham. “Ehem...  bisakah kau turunkan aku?” 

Tanpa menunggu pengulangan aba-aba, Lucas langsung menarik tangannya dan membiarkan tubuh Selena terjatuh ke atas rumput begitu saja.

“Aw!” pekik Selena. Selena kini benar-benar terjatuh. Meski tidak terjatuh dari tempat yang tinggi, ini tetap cukup untuk membuat pantatnya terasa sakit. Terlihat dari ekspresi wajahnya yang meringis menahan sakit.

Lynne yang menyadari perilaku Lucas hanya bisa melongo. Terdiam mematung.

Selena yang teronggok di atas tanah lantas mendongak dan menatap Lucas dengan pandangan tajamnya. “Kau ini tidak mengerti ucapanku ya?” bentak Selena.

“Kau tadi bilang minta diturunkan. Jadi langsung kuberikan cara yang paling cepat.” Lucas tidak memandangi Selena. Ia berkata dengan cueknya dan netra yang memandang bebas ke sisi taman lainnya.

Kening Selena berkerut dalam. Ia lalu bangkit seraya mendengkus, dan berjalan cepat meninggalkan Lucas.

"Dasar ksatria sialan!"

Lucas hanya tersenyum puas melihat kekesalan Selena. Kini ia mengekor pelan di belakang Selena.

Bab terkait

  • Selena   Terbongkar

    Selena berulang kali mendengkus. Jujur, ia sangat risih ketika diikuti terus ke mana-mana oleh Lucas. Hingga detik berikutnya, gadis itu berbalik. “Apa kau bisa berhenti mengikutiku, Ksatria Lucas yang terhormat?” ucapnya dengan nada kesal dan dahi berkerut dalam.Lucas menggeleng dengan wajah datar. “Tidak bisa, Tuan Putri Selena yang cerewet. Tugasku adalah melindungimu, agar tidak terluka barang segores pun.”“Apa kau mau kupenggal?”“Dan membuat semua orang tahu kalau putri yang terlihat baik hati ini ternyata sama seperti ayahnya?”Selena mendelik begitu mendengar ucapan Lucas. “Kau―”Lu

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-09
  • Selena   Insiden

    Selena berulang kali mondar-mandir dan mendengkus di kamarnya. Sebentar lagi akan pagi dan sedikitpun ia belum bisa tidur karena memikirkan kejadian semalam. Seseorang sudah mengetahui identitasnya sekarang. Bagaimana kalau orang itu sampai membocorkannya pada ayahnya? Atau bangsawan lain?“Argh! Kenapa sih, harus orang itu? Ck!” Selena mendaratkan pantatnya di tepi kasur. Kedua tangannya dilipat ke depan dada, mulutnya manyun cemberut. Kemudian mengembuskan napasnya kasar. “Sebaiknya malam ini aku bergerak.”Selena mengambil sebuah kotak dari kolong nakasnya. Kemudian dibuka dengan kunci yang tersembunyi di dalam vas bunga. Diambilnya isi dalam kotak itu berupa kertas yang terlipat-lipat. Lalu dibentangkan. Selena tidak peduli jika posisinya sekarang duduk di lantai, toh itu tidak penting baginya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-10
  • Selena   Istri Sirius

    “Kediaman Rhodes baru saja kecolongan. Neere berhasil membuka gerbang harta dan membawa sejumlah permata.” Sirius masih tenang mendengarkan penjelasan abdi yang selalu menyertainya itu. Entahlah, ia hanya merasa tertarik dengan topik yang dibawakan Tristan. Neere. Juga penasaran siapa orang di balik nama itu. Meski hatinya juga bertanya, kenapa Neere tidak berniat mencuri di kerajaan? “Oh, ya!” Suara antusias Tristan yang biasanya kaku menyadarkan lamunan Sirius. “Kata para pengawal yang menyergap Neere di kediaman Rhodes, Neere membawa seorang rekan.” “Rekan?” Sirius mengernyit. Bukankah Neere itu independen? Kenapa tiba-tiba membawa rekan? Tristan mengangguk. “Seorang pria. Begitu kata mereka. Hanya saja pria itu juga Sirius diam sesaat. “Ak―” Baru akan bicara ucapan Sirius terpotong kala seorang butler mengetuk pintu ruangannya. “Salam kepada Yang Mulia Agung Kerajaan Blazias.” Sirius mengangguk. “Apa yang ingin kau sampaikan?” “Hamba hanya ingin menyampaikan, kalau semua a

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-13
  • Selena   Sihir Pesona

    Selena duduk di lantai kamar, tak peduli kalau dirinya adalah putri raja. Lucas yang melihatnya pun geleng-geleng kepala.“Apa begini kelakuan putri kerajaan?” celetuk Lucas.Selena menatap tajam Lucas. “Kenapa? Kalau kau tidak suka, kau boleh keluar dari kamarku. Biar aku yang urus ini sendiri.” Gadis itu fokus kembali pada pecahan berlian yang berhasil ia pukul dengan martil. “Dasar manusia merepotkan.”“Apa katamu?” sulut Lucas tak terima. Ia lantas bangkit dari tempat duduk dan berjongkok di hadapan Selena. “Coba katakan sekali lagi.”Selena mendongak, kedua pasang mata itu berserobok. “Dasar kau

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-22
  • Selena   Memanfaatkan Selena?

    Selena mengerjap kala merasakan ada yang memanggil, berikut guncangan ringan di bahunya. Di dapatinya Lynne dengan muka panik.“Astaga, Putri. Ayo bangun. Ini sudah tengah hari dan kau masih saja tertidur?”Selena menguap, ia pun duduk dengan gaun tidurnya. “Oh ayolah, Lyn. Aku masih sangat mengantuk.” Selena mengucek kedua matanya dengan tangan seperti anak kecil baru bangun tidur. Rambut bergelombangnya pun tampak berantakan. Selena lalu memandangi Lynne dengan matanya yang masih setengah terpejam.Tidur dini hari setelah ke panti dan hanya mendapat beberapa jam untuk istirahat. Bahkan kantung matanya pasti sudah mewakili kondisinya saat ini.“Sebenarnya apa yang kau lakukan, Pu

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-24
  • Selena   Kebenaran Lucas

    Selena berjalan mondar mandir di kamarnya. Sesekali diam berpikir, meremas gaun, bahkan duduk lalu mondar-mandir lagi.“Astaga, kenapa ucapan manusia cabul itu masih saja terekam di otakku dengan jelas?” Selena mengutuk dirinya sendiri. Ini salahnya, tidak seharusnya menggoda Lucas yang mata keranjang. Sekarang, ia harus lebih berhati-hati dan berjaga-jaga di saat kesehariannya memang diawasi pemuda itu.Selena dilema. Di samping berusaha menjaga jarak, ia juga ingin agar Lucas menemaninya ke pasar. Ya, meskipun bisa saja dirinya pergi sendiri. Namun, Lucas tetaplah ksatrianya. Memang tugasnya, ‘kan, melindungi Selena?“Ngomong-ngomong, di mana manusia itu?” Selena mengedarkan pandangan kala tak mendapati pemuda itu di sekitar kamarnya. Lalu, di

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-24
  • Selena   Kesepakatan

    Terkejut? Sudah pasti. Itu yang dirasakan Selena kala tahu siapa Lucas sebenarnya. Berbagai pikiran negatif muncul, terlebih menyangkut balas dendam Lucas. Selena tahu ujungnya, pasti akan ada yang berakhir atau mati dari salah satu pihak. Namun, Selena tidak ingin ayahnya berakhir demikian.Jadi, satu-satunya upaya untuk mencegah itu terjadi adalah dengan membangun kesepakatan.“Kesepakatan apa yang kau inginkan?” tanya Lucas kemudian.Selena mengembuskan napas secara perlahan, lalu menghirup udara kamar Lucas. “Aku akan membantumu melengserkan ayahku.”Kening Lucas mengernyit, seulas senyum tak percaya juga terbit. “Membantuku? Apa kau sedang bergurau? Bagaimana mungkin seorang putri

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-27
  • Selena   Kekhawatiran Sirius

    Lucas hanya terkekeh melihat sikap Selena yang seperti anak kecil. Gadis itu pasti masih marah karena ucapannya. “Hei, apa kau masih marah padaku?” Lucas mengambil tempat duduk di samping Selena.Selena menatapnya tajam. “Jelaskan padaku, bagaimana aku tidak marah saat ada orang lain yang justru mengiakan ucapan orang asing kalau kita berjodoh dan akan punya anak di saat aku sudah punya tunangan?”Selena nyerocos tanpa titik dan koma. Lucas dibuat takjub dengan kecerewetannya. Ia pun menyandarkan punggung seraya bersedekap. “Lagi pula, kekasihmu itu tidak ada di sini. Kau tenang saja.”“Tetap saja aku tidak suka! Jangan harap kau akan dapat maaf dariku!” Selena memperingati. Wajahnya memerah kesal, tetapi justru membuat Lucas m

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-31

Bab terbaru

  • Selena   Meminta Maaf

    Sesuai janjinya, Lucas menemani Selena ke penjara. Namun, pemuda itu memilih menunggu di luar dan Selena justru terbantu.Gadis itu melangkah pelan menyusuri penjara yang gelap. Bau tidak sedap terperangkap dalam indra penciumannya. Setelah selama ini hidup dalam cahaya dan segala fasilitas, kini ayahnya harus tinggal di tempat mengerikan dan kotor seperti ini.Langkah Selena kemudian berhenti, tepat setelah berdiri di depan penjara paling ujung dan gelap. Sosok di dalam penjara itu memunggunginya. Meski begitu dan ruangan gelap, Selena sudah tahu siapa dia."Ayah ...," panggil Selena parau. Sejak tadi ia memang menahan tangisnya. Orang yang dipanggil seketika berbalik. Dari cahaya obor yang temaram Selena bisa melihat jelas raut orang tua satu-satunya itu."Selena?" Sirius langsung berjalan mendekati putrinya yang mematung di depan penjara. Sirius tampak cemas. Matanya membulat lebar, seraya bergerak memindai tubuh putrinya. "Kau baik-baik saja, bukan? O

  • Selena   Menolak Kebenaran

    Lucas membaringkan Selena yang masih belum sadarkan diri di atas pembaringan di mansion milik keluarganya dahulu. Diam-diam, Lucas melumpuhkan penjagaan di sana dan merebut kembali apa yang memang jadi miliknya.“Delmar dan Calvin berhasil menerobos istana. Kenapa kau masih saja di sini mengurusi putri musuhmu?” celetuk Antanas yang tiba-tiba muncul dari balik pintu kamar.Ya. Ini adalah kamar Lucas dahulu. Tidak tahu mengapa, tempat ini bahkan masih terjaga. Apakah Sirius sengaja menjaganya? Namun, pendapat itu ia tepis segera.“Dia terluka, Antanas,” jawab Lucas tenang. “Yang bersalah adalah ayahnya. Bukan dia.” Mata Lucas masih memaku tatap wajah Selena yang memang meneduhkan dan sejuk dipandang. Bulu-bulu mata yang lentik, hidung bangir, juga bibir merah mudanya yang menggoda.“Benarkah? Kenapa kau menjadi orang yang melankolis, Kak? Padahal, saat itu kau

  • Selena   Penyergapan Sebaste

    Selena berulang kali mengembuskan napasnya gusar. Malam ini, mereka akan menyerbu kediaman Sebaste. Semoga saja semesta mendukung mereka. Lucas mendapat tahtanya, dan ia akan mendapat kebebasannya.Gadis itu menelentangkan tubuhnya di atas kasur. “Aku benar-benar menantikan hari itu. Tidak perlu ada etiket, tidak perlu menjaga ini dan itu. Aku ... aku akan bisa menjadi diriku sendiri.” Ia tersenyum kala membayangkan hari-hari itu datang.“Tapi ... apakah Evan akan ikut? Atau ... dia akan menetap di Evanthe?” Rautnya mendadak sedih. Selena belum menanyakan hal ini pada Evan. Ia tidak tahu, apakah memaksanya ikut ke luar istana akan membuatnya setuju.Rencana, Selena akan bilang setelah segel berhasil direbut dan Lucas naik tahta.“Selena.”Suara itu menyadarkan lamunan Selena. Buru-buru ia terduduk dan mendapati Sirius sudah ada di dekatnya. Sej

  • Selena   Rencana

    Selena duduk malas di kursi panjangnya. Mulutnya tak henti mengunyah roti sisa semalam. Roti sisa? Selena tak keberatan. Ia sedang kedatangan tamu bulanan. Nafsu makannya bertambah besar dan banyak. Diam-diam, Selena juga mengirimkan makanan di pesta istana pada anak-anak di panti.Saat Selena akan mencomot lagi roti di piring di atas meja. Tangannya tak mendapati makanan itu di posisinya. Sontak ia menoleh, mendapati Lucas yang memegang piring itu dan menjauhkannya dari Selena.“Apa kau ingin menjadi babi? Sejak pagi hobimu makan dan malas-malasan seperti ini.”Selena mengernyit. Lagi-lagi Lucas bertindak menyebalkan seperti ini. Padahal Selena yang sedang kedatangan tamu bulanan, perutnya sakit dan emosinya labil. Lantas kenapa harus Lucas yang terus mengomel?“Cerewet! Sini kembalikan rotiku!” Selena hendak merebutnya, tetapi Lucas malah mengangkat dan menjauhkan piring itu

  • Selena   Cemburu?

    Festival kerajaan sudah dimulai. Para pemuda termahsyur di Blazias dan pangeran kerajaan lain tengah mengadakan festival berburu. Selena duduk dan mengharap dengan cemas.“Ck! Begitu saja kau sudah khawatir!” celetuk Lucas yang menarik perhatian Selena.“Tahu apa kau?” Selena tak terima. Bisa-bisanya Lucas tiba-tiba bicara pedas seperti itu.“Dia itu laki-laki. Tidak mungkin akan sekarat hanya karena festival berburu,” kata Lucas lagi.Selena mendelik. Apa sebenarnya yang terjadi pada ksatria tak bergunanya ini? Kenapa lidahnya begitu ringan bicara?“Sebenarnya kau ini ada masalah apa? Apa kau sedang kedatangan tamu bulanan?” tanya Selena dengan nada meninggi, tetapi terkendali. Tamu bulanan? Selena terkekeh dalam hatinya. Apakah lelaki juga bisa sensitif seperti itu?Lucas hanya bergeming. Bibirnya seolah terka

  • Selena   Ciuman Pertama

    Matahari sudah berada di sudut empat puluh lima derajat dari permukaan bumi. Istana sibuk mempersiapkan festival panen tahun ini. Namun, Selena masih belum beranjak dari tempat tidurnya. Ia baru kembali fajar tadi. Wajar, bukan, jika masih mengantuk?Lelapnya kemudian terusik, ketika mendengar suara pintu kamarnya diketuk begitu kerasnya. Ia akhirnya mengerjapkan matanya dan duduk dengan kondisi rambut yang masih acak-acakan, Selena melangkah dengan gontai menuju pintu.Ketika ia membuka, tampak Lynne sudah berdiri tegap di sana.Selena menguap dan menutup mulutnya dengan telapak tangan. “Ada apa, Lyn? Kenapa kau mengusikku di pagi buta seperti ini?” kata Selena dengan suara serak khas bangun tidur.“Putri, apa yang barusan kau katakan? Ini sudah hampir siang, dan kau malah belum bangun?” Lynne menggelengkan kepalanya heran. “Sebaiknya kau bersiap sekarang, atau Pangeranmu itu akan mati berdiri melihatmu seperti ini?”

  • Selena   Ksatriamu

    “Kau yakin adikmu ada di sini?” tanya Selena yang sedang dalam mode penyamaran, mencari keberadaan adik Lucas yang bernama Antanas Cauliz Yevgeny di Zenas.“Ya. Adikku dijadikan budak pekerja di sini.” Zenas adalah wilayah bagian barat kerajaan Blazias. Banyak bangsawan mendiami tempat itu selain ibu kota.Selena melihat ke arah yang dimaksud. Dalam saujananya, pemuda yang mungkin seumuran dengannya tengaha memanggul kendi berisi air. Rupanya mirip Lucas, tetapi tubuhnya kurus juga penuh luka.“Budak bisa ditebus jika kita punya harga yang lebih tinggi dari pembelian mereka semula. Jadi ... aku minta bantuanmu untuk melakukannya,” kata Lucas. Wajahnya terlihat sendu. Barang kali terluka hati sebab mendapati anggota keluarganya

  • Selena   Kekhawatiran Sirius

    Lucas hanya terkekeh melihat sikap Selena yang seperti anak kecil. Gadis itu pasti masih marah karena ucapannya. “Hei, apa kau masih marah padaku?” Lucas mengambil tempat duduk di samping Selena.Selena menatapnya tajam. “Jelaskan padaku, bagaimana aku tidak marah saat ada orang lain yang justru mengiakan ucapan orang asing kalau kita berjodoh dan akan punya anak di saat aku sudah punya tunangan?”Selena nyerocos tanpa titik dan koma. Lucas dibuat takjub dengan kecerewetannya. Ia pun menyandarkan punggung seraya bersedekap. “Lagi pula, kekasihmu itu tidak ada di sini. Kau tenang saja.”“Tetap saja aku tidak suka! Jangan harap kau akan dapat maaf dariku!” Selena memperingati. Wajahnya memerah kesal, tetapi justru membuat Lucas m

  • Selena   Kesepakatan

    Terkejut? Sudah pasti. Itu yang dirasakan Selena kala tahu siapa Lucas sebenarnya. Berbagai pikiran negatif muncul, terlebih menyangkut balas dendam Lucas. Selena tahu ujungnya, pasti akan ada yang berakhir atau mati dari salah satu pihak. Namun, Selena tidak ingin ayahnya berakhir demikian.Jadi, satu-satunya upaya untuk mencegah itu terjadi adalah dengan membangun kesepakatan.“Kesepakatan apa yang kau inginkan?” tanya Lucas kemudian.Selena mengembuskan napas secara perlahan, lalu menghirup udara kamar Lucas. “Aku akan membantumu melengserkan ayahku.”Kening Lucas mengernyit, seulas senyum tak percaya juga terbit. “Membantuku? Apa kau sedang bergurau? Bagaimana mungkin seorang putri

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status