Beranda / Romansa / Seleksi Calon Mantu / 65. Yang Terungkapkan

Share

65. Yang Terungkapkan

Penulis: Renti Sucia
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-20 15:24:00

Dea ketika mendapat pesan-pesan dari pacar yang hilang sejak semalam. Dahinya mengernyit, bibir cemberut, monyong hampir lima senti. Saat itu Dea sedang melakukan cek kesehatan di rumah sakit, makanya ia tak bisa menerima telepon karena antrean dan tanggung, setelah ini bagiannya masuk.

Dea yakin jika diterima panggilannya, percakapan akan sangat panjang sekali meluber ke mana-mana. Tapi didiamkan juga cukup mengganggu, sebab pesan demi pesan masuk ke ponselnya runut.

Membuat kekesalan Dea memuncak. Akhirnya Dea membalas pesan Daffa dengan kalimat singkat, padat, dan bisa dikata jelas.

[Jangan ganggu, lagi di rumah sakit.]

Begitu isinya. Dea tak lagi menyembunyikan soal kesehatannya, karena dia yakin Nana pasti sudah mengatakannya hari ini, terbukti dari pesan Daffa yang mengatakan dia telah mengetahui apa yang terjadi. Memangnya siapa lagi yang akan bisa membeberkan semua jika bukan Nana Banana?

Pesan yang membuat jantung Daffa serasa mau jatuh dari balik rusuknya. Mengira jika Dea a
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Seleksi Calon Mantu   66. Setelah Berdamai

    Ketika kesalahpahaman itu tertumpaskan, tak ada lagi praduga penuh curiga. Sepasang kekasih yang masih dibayang-bayangi takut akan perpisahan itu telah kembali saling bercengkerama.Mereka melupakan hal yang sudah terjadi, memilih untuk saling percaya kembali. Ada pun Daffa, ia telah menyesali semua perbuatannya kepada Dea dan berjanji tak akan pernah mengulangi hal sama.Juga berjanji untuk tidak memaksa Dea untuk segera mempertemukannya dengan keluarganya. Ia akan sabar menunggu hingga Dea bersedia. Selagi itu belum terjadi, Daffa akan bersiap-siap, sebab kata Dea bapaknya sangat galak."Gitu, ya? Jadi Dea itu anak yatim?" Herman tak menyangka setelah mendengar tutur curhat rekan kerja yang kini sudah menjadi teman akrabnya di kantor kecamatan.Ini sudah jam makan siang, mereka baru saja selesai makan di warteg yang letaknya tak jauh dari kantor."Heem." Daffa sibuk dengan ponselnya, jadi menjawab singkat pun sudah untung."Dia punya saudara?""Katanya ada. Tapi nggak bilang berapa-

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-21
  • Seleksi Calon Mantu   67. Perasaan Pak Jhon

    "Aku pergi dulu, ya Na, bye!" pamit Dea Posa setelah dia mulai bosan lama-lama nongkrong di minimarket. Mana para mantan rekannya nanya melulu pula kenapa Dea tiba-tiba berhenti, bahkan pertanyaan apakah benar Dea berhenti bekerja gara-gara gagal nikah itu mampir ke telinganya.Saat ditanya begitu sontak Dea saling kunci pandang dengan Nana, lalu sejurus kemudian tergelak. Bukan, Dea menjawabnya lantang, lalu mengatakan jika apa yang mereka dengar itu adalah kebohongan.Dea memilih merahasiakan soal Rio, meski beberapa dari mereka tahu dan pernah melihat Rio secara langsung. Tapi Dea menyangkal bahwa dia gagal menikah, sebab dari awal tak ada rencana pernikahan. Dan antara Dea dengan Rio, mereka hanya teman biasa.Itu cukup untuk membungkam mulut-mulut penggoreng gosip dan menghentikan beritanya sehingga setelah itu tak ada lagi yang membicarakannya lagi.Dea meraih tas dari meja, hendak pergi. Nana yang baru saja selesai melayani pelanggan, keluar. Hanya separuh tubuhnya yang muncul

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-23
  • Seleksi Calon Mantu   68. Pada Akhirnya Pak Jhon Tahu

    Semuanya baik-baik saja ....Menjalani kisah cinta dengan damai dan bahagia.Mereka tertawa, bertemu setiap hari, jalan-jalan, mengunjungi tempat wisata, dan banyak hal lain lagi yang keduanya lakukan bersama. Mereka kompak merajut kenangan, di mana mereka bisa menceritakan di masa depan.Namun, akankah kisah cinta mereka berlabuh di tepian dermaga? Atau justru akan hancur dihantam ganasnya ombak sebelum mata melihat dermaga itu?Tak ada yang tahu apa yang akan terjadi di masa mendatang. Meski sesungguhnya mereka pun takut pada ketidak-pastian, tetapi hati masing-masing selalu saling menguatkan, saling meyakinkan bahwa kisah mereka akan sampai ke tujuan.***Dea sudah berencana akan mencari pekerjaan lagi di sekitar kecamatan agar bisa bebas ketemu ayang setiap harinya. Dengar dari Nana tempat fotocopy di samping sekolah dasar tak jauh dari toko sedang membutuhkan karyawan. Tidak perlu yang berpengalaman asal pekerja keras. Hanya itu syaratnya."Aku bakal buru-buru nyiapin lamaran ke

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-24
  • Seleksi Calon Mantu   69. Dipisah Paksa

    Sesaat sebelum rahasia itu terbongkar ...."Dea, tunggu!" Pak Jhon masih tidak menyerah untuk mengejar anaknya, sampai tak menyadari Pak Jhon sudah dekat ke jalan raya utama. "Aduh, anak itu benar-benar pejalan kaki yang cepat. Apa dia tidak kehabisan nafas berjalan secepat ini?"Pak Jhon celingukan, akhirnya ia menyadari ada yang salah di situ. Ah, pantas kakinya terasa sakit, serta keringat pun sudah deras-derasnya macam gerimis yang datang membasahi tanpa diundang."Sudah jauh-jauh sampai di sini, bagaimana mungkin aku kembali dengan tangan kosong?" Sudah terlanjur capek, Pak Jhon akhirnya memilih untuk pergi ke mart sendiri.Namun, setelah berjalan menuju tujuan, Pak Jhon melihat Dea sedang berlari. "Nah, itu dia si Dea! De—"Ketika baru saja mau memanggilnya, suara Pak Jhon langsung hilang ketika dia melihat Dea memeluk seorang laki-laki. Pak Jhon tremor di tempatnya, sebelum kemurkaan menguasai.Setelah bisa mengendalikan diri, barulah Pak Jhon berjalan mendekat, dan hal itu ben

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-25
  • Seleksi Calon Mantu   70. Kegalauan Tingkat Langit

    BLAAAAM!Pintu rumah ditutup begitu keras, sehingga ketiga kakak Dea yang sudah berkumpul di ruang tengah, membantu Kak Maya menatap ke arah Pak Jhon dan Dea.Mereka tentunya penasaran dengan apa yang terjadi. Tapi hanya mampu diam. Karena bagi mereka, Pak Jhon yang sedang marah bagaikan singa yang sedang lapar, bila di antara mereka mengganggu, bisa-bisa mereka akan ikut menjadi mangsa juga."Duduk! Duduk!" Pak Jhon menunjuk sofa. Tapi Dea malah tak mau, dia berjalan cepat dan masuk ke kamar. Baru saja mau mengunci pintu, Pak Jhon dengan kasar menendang hingga keluar suara keras hasil dari bantingan pintu tersebut.Dea pun terjatuh karenanya.Lalu apa Pak Jhon merasa bersalah? Tidak sama sekali, ia benar-benar kalap seperti sedang dikuasai setan.Kak Maya, Kak Anita, dan Kak Dina berdiri. Melihat."Pantas kamu akhir-akhir ini jadi pembangkang, ternyata kamu punya pacar di luaran sana! Gila kamu, ya! Nggak ngomong sama bapak!" teriak Pak Jhon. Dan karena teriakan itu, semua orang akhi

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-25
  • Seleksi Calon Mantu   71. Rasa Penasaran Para Kakak Dea

    Daffa menatap diri di pantulan cerminnya. Sambil memegangi HP. Tertegun untuk waktu yang cukup lama. Mendadak darah seperti bergolak dalam tubuhnya, Daffa gemetar."Jadi ... selama ini aku berpacaran dengan anak orang kaya?" Daffa menelan ludah ketika mengetahui Dea anak siapa.Pak Jhon, pemilik perusahaan properti terbesar di Indonesia, bahkan bisnisnya tak hanya satu, tapi banyak dan tak hanya di Indonesia saja, di manca negara pun ada.Hampir saja ponsel pintar itu jatuh ke lantai. Namun, Daffa buru-buru menangkapnya dengan susah payah, sebelum akhirnya duduk pasrah di atas ranjang."Kalau begini, dengan apa aku harus memperjuangkan? Kami tak sepadan. Aku hanya anak petani yang sangat jauh bila dibandingkan dengannya. Ya Allah, beri hamba petunjuk."Hilir mudik wajah Dea menari dalam rongga pikirnya. Entahlah, Daffa sangat tidak bisa konsentrasi apalagi setelah kejadian malam ini.Pantas kalau bapaknya galak. Orang kaya sudah pasti akan mengutamakan soal bibit bebet dan bobot. Seda

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-25
  • Seleksi Calon Mantu   72. Sampai di Villa

    Dea mual setiap kali melihat wajah Pak Jhon. Apalagi saat di mobil duduk bersebelahan. Ketiga kakaknya sengaja membuat Pak Jhon dan Dea duduk bersama. Niatnya, sih memang bagus agar keduanya bisa saling meredam kemarahan masing-masing, atau setidaknya bisa saling meluruskan permasalahan yang sedang terjadi."Bisa geser dikit tidak, sih?!""Ck! Sempit!"Tapi lihat saja, boro-boro bisa saling meluruskan, yang ada dari sejak pergi hingga setengah perjalanan terjadi, keduanya ribut terus seperti kucing dan tikus.Tiga kakak Dea yang duduk di paling belakang saling pandang satu sama lain. Sebenarnya Kak Dina dan Kak Maya ikut tak setuju atas hubungan rahasia Dea dengan laki-laki bernama Daffa itu, apalagi setelah tahu kalau sidianya Dea bukan orang kaya, bahkan kerjanya di kecamatan.Tak selevel!Begitu kata Kak Dina. Malah ia menambahkan, bila Dea sampai nekat menikah dengan Daffa, pasti setiap hari alergi karena dia begitu miskin.Astagfirullah ... Kak Anita yang paling eling di antara m

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-25
  • Seleksi Calon Mantu   73. Mau Bertandang tapi Malah Mau Ditendang

    Langit masih terlihat cerah di sana. Tapi tanpa siapa pun sadari, ada segunduk awan hitam mengarak dari selatan. Pertanda apakah itu? Pastinya bukan pertanda dewi cinta akan turun."Namanya Daffa." Dea memulai. Sedang Pak Jhon memerhatikan dari jarak dekat, mendengarkan dengan saksama.'Daffa ... sudah kutandai nama dan orangnya.'"Pekerjaannya karyawan di kecamatan. Dea nggak tahu bagian apa-apanya, atau berapa gajinya, tapi setiap ketemu, kalau makan dia yang bayarin." Sedikit sombong, soalnya yang dulu-dulu kebanyakan Dea yang bayarin."Ga usah senyam senyum! Cuma dijajanin bakmi lima belas ribu sampai mau dibegoin!" dengus Pak Jhon. Ish ish ... Dea jadi bete."Dia baik, kok. Nggak pernah anggap Dea bego kayak bapak!"Almak skakmat! Pak Jhon seketika sesak nafas. Ia langsung mengambil air di meja, lalu meneguknya. Kamvret si Dea. Pikir Pak Jhon. Bisa-bisanya dia mengatakan hal itu terang-terangan di depannya. Berani sekali anak itu."Lanjut! Jangan belok ke mana-mana. Bikin bapakmu

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-26

Bab terbaru

  • Seleksi Calon Mantu   89. Berakhir Bahagia

    Hari-hari berlalu begitu saja. Normal seperti yang kemarin-kemarin. Herman masih berusaha sekuat hati mendapatkan Kak Dina serta perhatiannya.Tapi tak kunjung mendapat respons yang baik."Kamu, tuh ngapain, sih setiap hari ngikutin?! Kulapoin kamu ke polisi kalau gini terus, dasar penguntit!" Bahkan Kak Dina mengancam saking gedeknya dengan kelakuan Herman yang ada setiap kali ia keluar rumah.Seperti ketika ia lari pagi, tiba-tiba muncul dan sok akrab. Ketika ia mau makan di luar, tiba-tiba duduk di belakangnya atau di sebelahnya. Sampai hari ini ... malam ini, ketika Kak Dina keluar untuk membeli sesuatu di mart, dia muncul lagi, malah pake sok-sok'an mau ngebayarin barang belanjaannya segala.Kak Dina semakin ilfeel."Nanti kalau pak polisinya nanya kenapa aku menguntit, aku pasti jawab karena Dina cantik," ujar Herman tidak takut sekali. Kalaupun dia beneran dilaporkan, pikirnya tak akan mungkin bisa dipenjara lama-lama. Toh, kesalahannya hanya jatuh cinta. Tak ada sentuhan tanga

  • Seleksi Calon Mantu   88. Rencana Daffa

    "Saya akan hubungi abah dan nenek saya di kampung, Pak. Segera."Malam itu Daffa berpikir bahwa semuanya sudah selesai, dan ia hanya tinggal membawa keluarganya untuk menghadap Pak Jhon. Tak pikiran bahwa akan ada halangan lain sama sekali."Tapi sebelum itu terjadi, kamu harus meluluhkan hati kakak Dea dulu, Dina. Karena saya tak bisa mengizinkan kalian menyeriusi hubungan ini tanpa restu dari semua anak-anak saya."Sampai ketika Pak Jhon berkata begini, Daffa pun terkejut. Dia menatap Dea yang murung. Pantas saja Dea tak seantusias dirinya.Jantung Daffa yang semula berdentum-dentum penuh dengan pukulan cinta itu perlahan tak sesemangat itu lagi. Dirinya merasa lemas lunglai seketika.***Dea Dan Daffa duduk berdua di teras rumah. Saling diam awalnya."Kak Dina beneran nggak mau nerima aku sebagai calon iparnya, ya?" Sampai detik ini ia tak mengerti, apa yang salah dari dirinya sampai kakak Dea yang sulung itu tak mau bahkan hanya sekadar melirik saja.Dea tertunduk tak kalah lesu.

  • Seleksi Calon Mantu   87. Restu Pak Jhon

    Mentari semakin gencar menyemai cahayanya di jam dua belas siang ini. Panasnya lumayan membakar kulit kepala siapa saja yang ada di bawah cahayanya.Pak Jhon melihat ke luar jendela kaca, menatap betapa indah cuaca hari ini sebab tak mendung seperti kemarin.Pikirnya, mungkin karena hujan sudah puas menghujani bumi semalaman, jadi alam menciptakan cuaca bagus hari ini sebagai gantinya.Hati yang awalnya dipenuhi ragam curiga, prasangka, serta ketakutan itu telah kosong ruang-ruangnya. Semua perasaan semu itu telah lari entah ke mana. Pergi, sejak ia selesai bicara dengan Daffa.***Dea dan Daffa kini sedang bergandengan tangan di pinggir pantai. Tidak dekat airnya, sebab panas. Mereka berjalan-jalan di sepanjang deretan pohon-pohon kelapa.Hari yang cerah, hubungan yang sedikit diberi izin, dua hal itu membuat Dea dan Daffa senang bukan main."Jadi, bapak bilang gitu? Izinkan Mas buat ikut seleksinya?" Antara senang dan resah, keduanya menyatu seperti kopi dan gula.Duh, berbahaya. Ra

  • Seleksi Calon Mantu   86. Lolos Jadi Kandidat

    Nadewi terhenti ketika melihat Daffa terburu-buru. Ia segera kembali, mengikuti langkah Daffa yang entah mau ke mana. Tapi melihat wajahnya begitu berseri, Nadewi pikir mood Daffa sudah membaik, makanya dia berniat untuk PDKT lagi.Ya ... namanya mental pelakor tak ada urat malunya. Dia akan kembali lagi dan lagi sampai laki orang benar-benar berhasil direbutnya.Namun, ketika melihat apa yang terjadi di luar gedung hotel, niat terselubungnya runtuh sudah.Semua karena Nadewi melihat Dea Posa memeluk Daffa. Tidak, lebih tepatnya mereka berdua saling berpelukan sama-sama."Dasae nggak tahu malu! Nggak tahu tempat! Najis amit-amit ih! Liatnya aja jijik!" umpat kasar Nadewi. Inilah bentuk rasa kecewanya karena berkali-kali melihat Daffa benar-benar hanyut dalam cinta yang Dea beri.Kenapa tidak bisa ke dirinya, sih? Dia cantik dan seksi!Ya, bila dibandingkan dengan Dea, Nadewi unggul. Tapi hanya unggul di badan, tidak di hati dan pikiran. Nadewi terlalu gila untuk bisa menjadi kekasih h

  • Seleksi Calon Mantu   85. Dijemput Ayang Dea

    "Ya Allah ... pagi-pagi ada aja yang membuatku mau julid." Daffa ngelus Dada. Lantas masuk kamar mandi. Akhirnya dia cuci muka saja, lalu berdoa kepada Allah untuk mengampuninya karena tidak salat subuh.Meski Daffa niatkan, nanti di-qodho, tetap saja rasa bersalah itu menghantui. Saking tak biasanya Daffa melewatkan waktu salat seperti hari ini.Daffa membenahi koper, bersiap pulang. Semalam ia dan pak camat sudah sepakat akan langsung pulang menjelang siang karena tugas sudah tak ada lagi.Tapi karena pak camat melewatkan satu tanda tangan di dokumen, mungkin waktu pulang tertunda. Daffa akan menunggu.Ketukan di pintu mengejutkan Daffa yang masih mengemas pakaian. Tak lama menyusul suara Pak Ridwan, salah satu rekan yang pak camat ajak juga.Daffa buru-buru meninggalkan aktivitasnya dulu, lalu menghampiri pintu dan membukanya."Daffa, kamu katanya kecelakaan. Apa kamu baik-baik saja?!" Pak Ridwan memang terlihat galak, tapi aslinya perhatian. Daffa tersenyum, memperlihatkan tangann

  • Seleksi Calon Mantu   84. Pagi-pagi Sudah Dibuat Kesal

    Malam terasa syahdu dan damai. Entah apa yang terjadi setelah Pak Jhon pingsan, dia tidak ingat. Ingatan terakhirnya hanyalah betapa erat Daffa menggenggam tangannya agar ia tak lepas."Ya Allah, aku telah menzalimi anak sebaik itu," gumam Pak Jhon di tengah sesal yang mengungkungnya.Setelah kejadian yang terjadi, banyak hal yang Pak Jhon ketahui tentang seorang Daffa. Dia memang miskin, tapi tidak dengan akal dan hatinya.Jika kelak Pak Jhon menitipkan Dea padanya, mungkin dia akan menjadi sosok yang tepat untuk menjaga anak bontotnya. Memang benar kekayaan tidak bisa menjamin kebahagiaan akan selalu melanda, kadang kesederhanaan pun bila dijalani dengan rasa syukur serta ikhlas, kebahagiaan itu sendiri akan hadir tanpa diminta.Mungkin maksud Dea begitu, hanya saja Pak Jhon selalu dibutakan oleh yang namanya bibit beber bobot. Pria tampan, kaya, berwibawa, berasal dari keluarga jelas dan berpangkat. Selama ini patokan sempurna Pak Jhon begitu adanya. Bukankah itu salah?"Ternyata a

  • Seleksi Calon Mantu   83. Selamat Dari Badai Lautan

    "Bu-bukan begitu, Om. Sa-saya hanya ... aih, ya sedikit—""Dakjaaaaaal! Kamu kurang ajar!" Jelas Pak Jhon murka. Tak ada orang tua yang akan diam saja mengetahui anaknya sudah disentuh pria asing yang bukan pria sah-nya.Pak Jhon melepas kedua sisi perahu yang akhirnya mengakibatkan oleng. Kedua tangan Daffa segera bergerak mencoba menenangkan."Om, tenang dulu. Saya akan jelaskan! Se-semua terjadi begitu saja. Saya mengaku salah, tolong maafkan saya sekali ini saja, saya berjanji tidak akan melakukannya lagi. Sumpah demi Allah!" Ia juga ikut berdiri sekarang, gara-gara takut perahunya terbalik tiba-tiba. Mana hujan belum reda, ombaknya semakin ganas.Wah, kalau sampai nyemplung, untuk selamat rasanya sangat mustahil sekali. Daffa tetap ingin hidup, belum mau mati."Kamu gila?! Terjadi begitu saja?! Bawa-bawa Allah segala! Disambar petir baru tahu rasa!""Haih, Om boleh marah! Boleh memukul saya, tapi tolong jangan sekarang. Sekarang tidak tepat, kita bisa jatuh ke lautan, Om. Saya mo

  • Seleksi Calon Mantu   82. Terjebak di Lautan

    GLEGAAAR!Hujan kembali turun dari angkasa, menyerbu manusia yang ada di muka bumi, termasuk Dea dan lainnya yang kini masih panik melihat pertikaian antara Pak Jhon dan Daffa.Payung yang Dea kenakan akhirnya tak berguna gara-gara dihantam angin kencang. Melayang, terbang, lalu entah mendarat di mana.Pada akhirnya menunggu hujan reda hanya sia-sia, sebab badan Dea tetap saja basah."Kak Anita! Tolong itu gimana ya Allah!" Dea merangkul kakaknya, tapi Kak Anita pun sama tak tahu harus bagaimana. Dia stres hanya dengan melihat pedang itu bergerak ke kanan dan kiri berusaha menebas Daffa."Telepon polisi!""Jangan Dea! Mau mampus bapakmu masuk sel?!"Ya, pilihan sulit. "Tapi kalau sampai Daffa terluka, bapak tetap akan masuk penjara!" kukuhnya."Ya Allah Dea, masih aja kamu bela pacarmu di saat begini. Iya aku tahu ini sangat menakutkan, aku juga takut bapak melukai anak orang, tapi aku lebih takut bapak kenapa-kenapa. Kecapean aja bisa kumat jantungnya!"Kak Anita melepaskan tangan De

  • Seleksi Calon Mantu   81. Keluarnya Samurai Dari Sarungnya

    Dea masih memeluk Daffa, erat. Tak peduli Daffa memaksa untuk melepaskannya, Dea tetap tak mau beranjak jauh darinya."Astagfirullah Dea! Ini udah hampir jam sembilan. Kalau kamu nggak pulang, putus kepalamu!" Bukan hanya Dea saja yang Daffa khawatirkan, tapi dirinya sendiri juga. Alamat putus sungguhan kalau anak gadis Pak Jhon tidak diantar pulang sesegera mungkin."Dea nggak mau putus! Kita kawin lari aja gimana?" ucap Dea sekata-kata. Sambil sesenggukan menangis lara."Innalillahi. Kamu ngomong apa?! Buruan lepas ya Allah! Nggak ada, ya kawin lari. Aku tak mau!" tolak Daffa blak-blakan. "Nggak ada pernikahan yang akan langgeng tanpa restu orang tua! Kalau pun ada, pasti rumah tangganya dihantui rasa bersalah dan tak akan bahagia! Sadarlah dan lepaskan Dea!"Melihat jam berdenting begitu cepat membuat Daffa semakin putus asa. Dia seperti prajurit di tengah gempuran bom dan anak panah. Hanya sendirian, tinggal menunggu waktu saja sampai semua buah senjata itu mengenai dirinya.Bersa

DMCA.com Protection Status