Happy Reading*****Andrian duduk di sebelah Tari sambil membaui minyak kayu putih ke hidung perempuan itu. Sesekali, dia memijat telapak kaki si gadis supaya cepat tersadar. Sungguh, lelaki itu sangat khawatir. Berkali-kali, di melihat ponselnya. Barangkali si dokter sudah sampai, tetapi nihil. Sang dokter belum memberinya kabar lagi.Lebih setengah jam sudah terlewat, Tari belum juga menggerakkan anggota tubuhnya. Andrian menghentikan membaui minyak kayu putih pada hidung Tari. Dia mengambil ponsel dan menekan kontak sang dokter. Sudahkah dia menuju alamat yang dikirimkan tadi.Begitu panggilan terangkat, sang dokter berkata. "Saya sudah ada di gerbang lokasi yang Bapak share tadi, tetapi ragu untuk masuk. Alamat yang saya temui adalah sebuah kos-kosan. Apa betul alamat yang Bapak kirimkan?""Betul, Dok. Memang alamat yang saya kirim tadi adalah kos-kosan. Masuk saja, Dok! Saya ada di kamar paling ujung dekat dengan parkiran. Saya tunggu di depan kamar supaya dokter nggak bingung ny
Happy Reading *****Merasa diterima oleh sang sekretaris, Andrian bisa leluasa menyentuh Tari. Dia akan merengkuh dalam dekapannya untuk masuk kamar mandi. "Tidak perlu sampai memeluk, Pak. Cukup dituntun saja," pinta Tari. Terus terang, dia sangat risih jika Andrian sampai memapahnya seperti tadi."Aku cuma pengen membantu untuk menebus semua kesalahanku, Tar. Nggak ada niat apa pun." Wajah Andrian dibuat semelas mungkin agar Tari kembali bersimpati padanya seperti tadi."Tidak harus mencuri kesempatan dalam kesempitan juga Pak." Tari menatap Andrian serius sebelum masuk kamar mandi. "Saya akan membiarkan Bapak menebus semua kesalahan, tapi berjanjilah. Setelah ini Bapak akan pergi jauh dari kehidupan saya.""Ya, nggak bisalah, Tar. Mana mungkin aku pergi jauh. Kamu lupa apa posisimu di kantor. Kita ini bos dan atasan. Ingat itu." Mulut Andrian maju satu sentimeter. Sebenarnya, tidak pantas lelaki setengah matang macam dirinya manja seperti itu."Ish. Bukan itu yang saya maksud. Ba
Happy Reading*****"Makan, Pak. Jangan banyak gombal. Merayu itu tidak akan menyebabkan perut kenyang," balas Tari atas godaan yang dilancarkan Andrian."Kata siapa nggak kenyang? Aku itu, cuma lihat wajahmu saja sudah kenyang, Tar." Andrian malah menambah godaannya."Emang saya makanan apa?" Tari memainkan bibir sambil mengunyah makanan. Ketika mendongak, terlihat Andrian akan membuka suaranya dengan cepat gadis berkerudung dan memiliki alis tebal itu mengangkat kelima jarinya. "Pas lagi makan, jangan banyak omong. Kegigit sama tersedak baru tahu rasa."Andrian kembali tertawa, dia terpaksa tidak meneruskan gombalan pada sang sekretaris karena mata Tari sudah melotot. Mulai menyuapkan makanan, Andrian sesekali melirik gadisnya. "Enak, Tar?" "Alhamdulillah, enak. Bapak makan tadi, sudah baca doa belum?" Tari menyipitkan mata. Dia memang sempat melirik Andrian saat menyuapkan makanan ke mulutnya sendiri. Bibirnya sama sekali tidak bergerak untuk mengucapkan doa. Oleh karena itulah,
Happy Reading*****Gemas, Andrian ingin sekali menelepon sekretarisnya itu. Namun, ponsel Tari sudah tidak aktif. "Mungkinkah HP-nya nge-blank. Tadi saja, dia kesulitan pas mau hidupin. Kayaknya aku harus mengganti dengan yang baru. Susah jika sampai rusak parah. Aku nggak bakal bisa hubungi dia untuk menggoda," gumam Andrian sendirian. Dia pun terlelap setelah bertarung dengan pikirannya sendiri yang tak bisa menghubungi sekretarisnya.Baru sekitar tiga jam Andrian terlelap, suara azan berkumandang dan alarm ponselnya berbunyi. Lelaki itu membuka mata dengan penuh semangat. Di sisinya, sang istri cuma menggeliat, tetapi tak membuka mata. Nina malah menaikkan selimutnya sampai di atas dada.Pria dengan kulit kuning langsat itu tersenyum, lalu mencium kening sang istri sebelum beranjak dari tempat tidur. Sudah berjanji dalam hati akan berubah demi memantaskan diri untuk bersanding dengan Tari. Andrian menuju kamar mandi. Lima belas menit kemudian, Andrian keluar dan langsung menggela
Happy Reading*****Setelah mencium ketiga buah hatinya, Andrian keluar rumah ditemani sang istri sampai di teras. Lalu, lelaki itu mengecup kening, setelah Nina mencium punggung tangannya."Jaga anak-anak, ya, Bun. Malam ini, jadwal Ayah menginap di rumah Lita. Kalau masih ada kesempatan, sore nanti Ayah pulang ke sini dulu." Sekali lagi, Andrian mencium kening Nina cukup lama. Lalu, berbalik dan masuk mobil. Sengaja, hari ini Andrian tidak menggunakan sopir. Dia ingin menikmati waktu berduaan dengan si gadis pujaan. Ya, sebelum ke kantor, lelaki itu akan ke kosan Tari untuk menjenguk sekaligus memberikan sarapan sesuai janjinya tadi malam.Andrian mengeluarkan ponsel dan memencet kontak sang sekretaris. Namun, lagi-lagi gawai gadis itu tidak aktif. "Mungkinkah HP-nya rusak? Ah, bodoh sekali aku. Semalam, saat Tari menghidupkan, benda pipih itu memang berkedip-kedip tak mau menyapa. Apa sebaiknya aku langsung ke kosnya? Nanti kalau dia sudah berangkat gimana?" Banyak pertanyaan mu
Happy Reading*****"Bapak ingin menyuap saya dengan barang ini?" kata Tari dengan suara naik satu oktaf.Andrian sudah memprediksi bahwa hal itu pasti akan terjadi. Namun, tak menyangka jika ponsel yang diberikan dianggap sebagai suap oleh sang sekretaris. "Buat apa aku menyuap kamu, Tar. Nggak usah ngomong yang aneh-aneh. HP itu dibeli sebagai bentuk pertanggungjawaban karena aku sudah merusakkan punyamu semalam." Andrian menatap Tari yang terlihat benci dengan sikapnya."Bukannya semalam saya sudah berkata bahwa tidak perlu bertanggung jawab seperti ini. Bapak pasti sengaja memberikan ponsel ini kepada saya. Supaya saya makin terikat, benar begitu, kan. Maaf, saya bukan perempuan bodoh yang dengan mudah akan terjebak rayuan Anda."Emosi Tari meledak. Akan tetapi hal tersebut tak lantas membuat Andrian takut atau mundur. Dia makin terkekeh dengan kemarahan gadisnya. "Mengikat bagaimana, Tar? Kamu mau segera aku halalkan? Oke, dengan senang hati aku kabulkan."Andrian makin membuat
Happy Reading*****"Kenapa kalau Papa pulang lagi? Bukankah rumah ini masih rumahku juga?" tanya balik Andrian.Sedikit gugup, Lita meneguk teh hangat yang disediakan Nina. "Tidak apa-apa, Pa. Aku cuma tanya aja.""Bun, ada berkas yang tertinggal. Bisa minta tolong ambilkan ke kemar," suruh Andrian.Nina tersenyum dan menangguk. Lalu, meninggalkan sang suami dengan madunya. "Bentar, Mas. Bunda ambilkan. Warna map-nya apa?""Map hitam. Ada di atas meja. Sudah tak siapin tadi. Cuma lupa bawa saja,"terang sang suami.Sebenarnya, Andrian bisa mengambilnya sendiri tanpa meminta bantuan sang istri. Namun, karena tadi mendengar perkataan sekilas dari Lita. Maka, lelaki itu berniat untuk mengorek apa tujuan istri kedua datang ke rumah Nina pagi-pagi begini. Samar, lelaki itu mendengar nama Tari disebut.Andrian duduk di sebelah Lita. Tatapannya mulai tajam dengan mimik tidak suka. "Kamu kurang kerjaan. Sampai pagi-pagi gini mendatangi Nina. Katanya, kamu nggak suka sama bundanya anak-anak
Happy Reading*****Andrian sengaja membiarkan dua insan itu berbincang tanpa menyadari keberadaannya. Tentu hal itu sangat menguntungkan bagi si bos. Dia menjadi tahu apa yang akan Tio lakukan saat mengajak Tari nonton nanti."Jam makan siang nanti, kita keluar, ya," ajak Tio. Setelah mengatakan hal tersebut, sang manajer melihat ke belakang. Cepat Andrian masuk lift sebelum keberadaannya terdeteksi oleh dua insan itu."Telpon saja nanti, Mas. Aku takut banyak kerjaan, jadi tidak bisa makan siang bareng. Hari ini, Pak Andri ada dua meeting penting. Entah sampai jam berapa," terang Tari."Ya, sudah. Aku telpon nanti pas mau jam, ya. Aku duluan, ya," pamit Tio setelah selesai melakukan sidik jari.Baru akan duduk, telepon di ruangan Tari sudah berbunyi. Sang sekretaris langsung mengangkat."Meeting dengan Pihak Roxy mall nanti, kamu harus ikut, Tar. Materi meeting ada di ruanganku. Cepat kamu ambil dan pelajari," perintah Andrian tanpa menggoda dan mengucapkan kata-kata manis seperti