Hanya Kyra yang tidak kaget begitu Eleanor menyahut perkataannya. Ia sudah melihat Eleanor di tempat tersebut sejak pertama kali masuk. Gadis yang bahakn tidak bisa dikatakan makhluk itu berdiri sambil tersenyum di tengah ruangan.
Begitu melihat Eleanor, Linden langsung bergerak ke depan Kyra, melindungi putrinya itu. Walau ia bisa saja kehilangan nyawanya jika bukan Eleanor yang berdiri di sana. “Tetap berada di belakang Papa,” bisik Linden.
Roth ada di sisi Linden dan terlihat sama cemas dengan satu-satunya pria dewasa di sana. Sudah ada pisau dapur yang kemarin dibawa ke mana-mana dengan alasan melindungi Kyra.
“Mereka sangat menyayangimu, ya, aku iri.”
Suara Eleanor masih terdengar halus seperti hari-hari lainnya. Ia mendesah dan mendekat ke arah dua orang yang terlihat waspada. Begitu mereka melayangkan pukulan, pukulan tersebut hanya seperti menembus angin. “Kalian tidak bisa melakukan apapun padaku. Karen
Dekapan Roth terasa hangat dan nyaman. Bahkan jika Linden kemudian menariknya menjauh dari Roth, ia akan kembali ke sana. Namun, kenyataannya saat melihat mereka berpelukan Linden sama sekali tidak berbuat apa-apa. Ia rasa saat ini hanya dukungan seperti ini yang dibutuhkan putrinya.“Apa dulu aku dan Shiena seperti itu?” gumamnya di anak tangga paling bawah. Ia mengeluarkan rokok dan berencana mengisapnya. Namun, kelebat ingatan tentang Shiena hingga. Disimpan kembali rokok segera. Sebagai gantinya ia mengeluarkan permen lollipop.Kyra sedang mengusap air matanya saat ia menoleh kembali untuk memeriksa. Ia putuskan untuk mendekat sekarang. “Semuanya baik-baik saja?” tanya Linden. Diliriknya Roth sedikit yang seperti menyadari kesalahan dan menunduk segera.“Tidak apa-apa, Papa,” jawab Kyra sambil tersenyum manis.Kyra menajamkan pandangan ke arah tangga mereka turun tadi. Ada sesuatu yang datang. Kyra tidak tahu bagaim
Vlad tak percaya. Ia benar-benar yakin menyerap seluruh kekuatan Radk sehingga makhluk itu bahkan tidak akan bisa muncul lagi. Namun, tubuh yang dipilih Radk ada di sini, melayang mendekat mendekati altar batu.“Bangunlah … bangun.” Kyra menguncang tubuh Roth yang mulai dingin. Ia berharap semua yang terjadi hanyalah kebohongan saja. Jika kesempatan yang diberikan pada Roth hanya untuk menjadi tameng hidupnya saja, maka itu sebuah kesalahan. Bukan seperti ini bayangan yang harus dinimati Roth yang diinginkan. Harusnya Roth hidup bebas sebagai manusia. “Maafkan aku ….” Dipeluknya tubuh Roth erat-erat.Radk sama sekali tidak mengindahkan keberadaan Vlad. Ia melewati Vlad begitu saja, seolah-olah makhluk yang sudah merebut kekuatannya itu tak pernah ada dan hanya seperti udara biasa. Ia membelai belakang kepala Kyra lembut, membuat gadis itu menoleh.Air mata Kyra semakin banyak turun, tangisnya menjadi semakin keras.Vl
Vlad tak percaya. Ia benar-benar yakin menyerap seluruh kekuatan Radk sehingga makhluk itu bahkan tidak akan bisa muncul lagi. Namun, tubuh yang dipilih Radk ada di sini, melayang mendekat mendekati altar batu.“Bangunlah … bangun.” Kyra menguncang tubuh Roth yang mulai dingin. Ia berharap semua yang terjadi hanyalah kebohongan saja. Jika kesempatan yang diberikan pada Roth hanya untuk menjadi tameng hidupnya saja, maka itu sebuah kesalahan. Bukan seperti ini bayangan yang harus dinimati Roth yang diinginkan. Harusnya Roth hidup bebas sebagai manusia. “Maafkan aku ….” Dipeluknya tubuh Roth erat-erat.Radk sama sekali tidak mengindahkan keberadaan Vlad. Ia melewati Vlad begitu saja, seolah-olah makhluk yang sudah merebut kekuatannya itu tak pernah ada dan hanya seperti udara biasa. Ia membelai belakang kepala Kyra lembut, membuat gadis itu menoleh.Air mata Kyra semakin banyak turun, tangisnya menjadi semakin ke
Saat Kyra membuka mata ia sedang ada dalam gendongan Linden. Ia sendiri tak jelas apa yang sudah terjadi. Namun, ia bisa mendengar suara Roth di belakangnya berteriak untuk mempercepat langkah mereka.Dia selamat! Dia selamat! Hati Kyra bersorak senang. Ia ingin sekali meloncat turun dan mengatakan betapa senangnya melihat Roth tidak apa-apa. Namun, kecerdasannya melarang untuk melakukan itu jika ingin selamat keluar.Langkah kaki Linden bahkan tidak berhenti setelah mereka sampai di atas gua. Mereka terus berlari. Barulah Kyra melihat batu-batu bangunan kastil runtuh. Saat sampai di luar kastil, bangunan itu berdebam rubuh sempurna. Tubhnya juga ikut luruh ke tanah karena lemas.Semuanya berakhir? Kyra bertanya-tanya dalam hati.Ia menoleh menatap Linden dan juga Roth yang kepayahan bernapas karena sudah berlari sekuat tenaga menaiki tangga. Ia menoleh ke arah lain untuk bisa menemukan Radk dan Eleanor dan tidak melihat keduanya
Alvare memperhatikan sekitar dan pemandangan yang dilihat masih sama. Ia tidak ingat benar apa yang sudah terjadi kecuali berada di tempat yang disebut kuil bagi Vlad. Ia melihat asap hitam yang keluar dari tubuh Radk dan tidak sadarkan diri setelah itu.“Berapa lama aku tidur?” tanya Alvare pelan.Dipanggilnya Alden berulang kali, tapi tak ada sahutan. Ia menjadi panik seketika dan meloncat dari tempat tidur. Ia tidak memperkirakan bahwa tubuhnya menjadi lemah sedikit setelah tak sadarkan diri. Akibatnya Alvare terhuyung-huyung dan hampir tersungkur di lantai. Namun, ia berhasil tidak terjatuh dengan memegangi kedua lututnya.Napas Alvare pendek-pendek ketika ia mencoba kembali berdiri. Ia meneguhkan hati untuk bangkit dan melangkah kembali. Alden tidak menyahut, bisa saja saudara kembarnya terlibat sesuatu dan celaka. Ia tak bisa membiarkan hal tersebut terjadi.“Alden! Alden! Kamu bisa mendengarku?” Alvare berteriak kembali saat
Kegelapan bukan aku. Tidakkah kamu sadar kalau manusia sendiri yang menciptakan kegelapan di dalam hatinya?“Apa Radk benar-benar hilang?” tanya Kyra. Ia tidak menanyakan hal tersebut pada satu orang saja. Namun, pada semua yang ada di dekatnya. Pada Linden, Shiena. Pada Radk dan Alden yang berada di sisinya.Namun, hanya desauan angin dari jendela kaca mobil yang menyahuti pertanyaan Kyra. Ia sama sekali tidak ingin memaksa untuk mendapatkan jawaban.“Mungkin.” Roth bergumam pelan dan hampir-hampir tidak terdengar karena kalah oleh suara angin. Ia duduk di samping Kyra dan memandang ke luar jendela.Kyra jadi ingin tahu apa yang terus dipandangi Roth sedari tadi. Ia mengeser sedikit tubuhnya ke depan dan menatap ke arah yang sama dengan Roth. Dilihatnya tanah Mahrazh yang berkabut dari kejauhan.Kyra jadi bertanya-tanya apa yang dirasakan Roth saat ini. Apakah pria tersebut merasa hatinya tergelitik karena tidak ak
Alden mendapatkan beberapa pukulan sebelum mereka sampai ke rumah Kyra. Linden yang duduk di bangku depan sama sekali tidak berkata apa-apa. Ia hanya tetap fokus menyetir dan sampai lebih cepat dari perkiraan orang-orang.“Kenapa kalian melarangku untuk pergi!” teriak Grenada saat kakinya menapaki tanah kembali. “Aku akan pergi menemui tuanku. Tidak ada yang bisa melarang!” tambahnya.Kyra menghalangi Grenada kembali. Sia-sia saja jika Grenada mau mencari Radk sekarang. Pemuda yang merupakan tuan Grenada tersebut tidak akan ditemukan. Setidaknya pada dimensi ini.“Kamu tidak akan ke mana-mana Grenada!” tegas Kyra.Tangan Grenada terkepal menahan amarah. Ia tidak mematuhi siapapun selain Radk biasanya. Namun, jika menyerang Kyra, tuannya akan marah. “Minggirlah!” usirnya dengan suara gemetar.Kyra kukuh di tempatnya. Ia bahkan merentangkan tangan menyambut apapun bentuk serangan yang akan diberik
Grenada sama sekali tidak main-main dengan apa yang diminta. Ia yakin sangat menginginkan hal tersebut sampai-sampai melawan takdir yang seharusnya terjadi sampai saat ini. Ia menerima uluran tangan kegelapan dan menjalani hari-hari memupuk rasa dendam yang sangat. Ia harus membayarnya. Tidak akan membiarkan kesempatan tersebut hilang begitu saja.Alvare menyugar rambutnya dengan tangan kanan. Ia mundur dan bersandar di dinding. “Aku mencintaimu, Amour.” Dilihatnya Grenada sama sekali tidak bergeming dengan pengakuannya. Tatapan gadis itu masih dingin. Seperti hatinya tak pernah ada. “Sejak dulu,” tambah Alvare.Grenada tertawa terbahak-bahak. Ia benar-benar tidak percaya dengan apa yang dikatakan Alvare. Semua yang keluar dari mulut pemuda itu hanya omong kosong belaka.“Cinta?” Grenada tertawa lagi. “Kamu yakin kalau aku akan percaya dengan hal tersebut setelah semua hal yang terjadi?” tanya gadis itu sambil mena