Alvare memperhatikan sekitar dan pemandangan yang dilihat masih sama. Ia tidak ingat benar apa yang sudah terjadi kecuali berada di tempat yang disebut kuil bagi Vlad. Ia melihat asap hitam yang keluar dari tubuh Radk dan tidak sadarkan diri setelah itu.
“Berapa lama aku tidur?” tanya Alvare pelan.
Dipanggilnya Alden berulang kali, tapi tak ada sahutan. Ia menjadi panik seketika dan meloncat dari tempat tidur. Ia tidak memperkirakan bahwa tubuhnya menjadi lemah sedikit setelah tak sadarkan diri. Akibatnya Alvare terhuyung-huyung dan hampir tersungkur di lantai. Namun, ia berhasil tidak terjatuh dengan memegangi kedua lututnya.
Napas Alvare pendek-pendek ketika ia mencoba kembali berdiri. Ia meneguhkan hati untuk bangkit dan melangkah kembali. Alden tidak menyahut, bisa saja saudara kembarnya terlibat sesuatu dan celaka. Ia tak bisa membiarkan hal tersebut terjadi.
“Alden! Alden! Kamu bisa mendengarku?” Alvare berteriak kembali saat
Kegelapan bukan aku. Tidakkah kamu sadar kalau manusia sendiri yang menciptakan kegelapan di dalam hatinya?“Apa Radk benar-benar hilang?” tanya Kyra. Ia tidak menanyakan hal tersebut pada satu orang saja. Namun, pada semua yang ada di dekatnya. Pada Linden, Shiena. Pada Radk dan Alden yang berada di sisinya.Namun, hanya desauan angin dari jendela kaca mobil yang menyahuti pertanyaan Kyra. Ia sama sekali tidak ingin memaksa untuk mendapatkan jawaban.“Mungkin.” Roth bergumam pelan dan hampir-hampir tidak terdengar karena kalah oleh suara angin. Ia duduk di samping Kyra dan memandang ke luar jendela.Kyra jadi ingin tahu apa yang terus dipandangi Roth sedari tadi. Ia mengeser sedikit tubuhnya ke depan dan menatap ke arah yang sama dengan Roth. Dilihatnya tanah Mahrazh yang berkabut dari kejauhan.Kyra jadi bertanya-tanya apa yang dirasakan Roth saat ini. Apakah pria tersebut merasa hatinya tergelitik karena tidak ak
Alden mendapatkan beberapa pukulan sebelum mereka sampai ke rumah Kyra. Linden yang duduk di bangku depan sama sekali tidak berkata apa-apa. Ia hanya tetap fokus menyetir dan sampai lebih cepat dari perkiraan orang-orang.“Kenapa kalian melarangku untuk pergi!” teriak Grenada saat kakinya menapaki tanah kembali. “Aku akan pergi menemui tuanku. Tidak ada yang bisa melarang!” tambahnya.Kyra menghalangi Grenada kembali. Sia-sia saja jika Grenada mau mencari Radk sekarang. Pemuda yang merupakan tuan Grenada tersebut tidak akan ditemukan. Setidaknya pada dimensi ini.“Kamu tidak akan ke mana-mana Grenada!” tegas Kyra.Tangan Grenada terkepal menahan amarah. Ia tidak mematuhi siapapun selain Radk biasanya. Namun, jika menyerang Kyra, tuannya akan marah. “Minggirlah!” usirnya dengan suara gemetar.Kyra kukuh di tempatnya. Ia bahkan merentangkan tangan menyambut apapun bentuk serangan yang akan diberik
Grenada sama sekali tidak main-main dengan apa yang diminta. Ia yakin sangat menginginkan hal tersebut sampai-sampai melawan takdir yang seharusnya terjadi sampai saat ini. Ia menerima uluran tangan kegelapan dan menjalani hari-hari memupuk rasa dendam yang sangat. Ia harus membayarnya. Tidak akan membiarkan kesempatan tersebut hilang begitu saja.Alvare menyugar rambutnya dengan tangan kanan. Ia mundur dan bersandar di dinding. “Aku mencintaimu, Amour.” Dilihatnya Grenada sama sekali tidak bergeming dengan pengakuannya. Tatapan gadis itu masih dingin. Seperti hatinya tak pernah ada. “Sejak dulu,” tambah Alvare.Grenada tertawa terbahak-bahak. Ia benar-benar tidak percaya dengan apa yang dikatakan Alvare. Semua yang keluar dari mulut pemuda itu hanya omong kosong belaka.“Cinta?” Grenada tertawa lagi. “Kamu yakin kalau aku akan percaya dengan hal tersebut setelah semua hal yang terjadi?” tanya gadis itu sambil mena
“Alvare ada di kamarnya?” tanya Kyra.Ia berpura-pura perlu bertemu dengan Alvare karena itu menyuruh Alden memanggil saudara kembar pemuda itu. Lalu dilihatnya Alden mengeleng pelan.“Kalau Grenada?” tanya Kyra kali ini mulai khawatir.Ia mendengar pembicaraan kedua orang itu tadi saat akan memanggil Alvare ke atas. Begitu Alvare terlihat tidak bersemangat dan hanya mengikuti Alden dengan pandangan matanya saja. Kyra yakin akan terjadi sesuatu. Makanya ia semakin cemas karena sudah cukup lama kedua orang tersebut tak tampak.“Apa aku harus memeriksanya?” tanya Roth yang sejak tadi hanya menikmati gelas berisi coklat panas yang dibagi-bagikan Shiena.“Bisakah?” tanya Kyra.Entah kenapa untuk saat ini Kyra tidak mau berpapasan dengan Grenada. Ada sesuatu pada gadis itu yang tidak disukainya. Karena itu mendengar Roth menawarkan diri ia sangat senang. Ia mengucapkan terima kasih pada Roth dan men
“Alvare ada di kamarnya?” tanya Kyra.Ia berpura-pura perlu bertemu dengan Alvare karena itu menyuruh Alden memanggil saudara kembar pemuda itu. Lalu dilihatnya Alden mengeleng pelan.“Kalau Grenada?” tanya Kyra kali ini mulai khawatir.Ia mendengar pembicaraan kedua orang itu tadi saat akan memanggil Alvare ke atas. Begitu Alvare terlihat tidak bersemangat dan hanya mengikuti Alden dengan pandangan matanya saja. Kyra yakin akan terjadi sesuatu. Makanya ia semakin cemas karena sudah cukup lama kedua orang tersebut tak tampak.“Apa aku harus memeriksanya?” tanya Roth yang sejak tadi hanya menikmati gelas berisi coklat panas yang dibagi-bagikan Shiena.“Bisakah?” tanya Kyra.Entah kenapa untuk saat ini Kyra tidak mau berpapasan dengan Grenada. Ada sesuatu pada gadis itu yang tidak disukainya. Karena itu mendengar Roth menawarkan diri ia sangat senang. Ia mengucapkan terima kasih pad
Grenada tidak mengatakan apapun. Bahkan saat Alden menguncangnya berkali-kali. Ia tetap bungkam ketika pertugas keamanan meringkusnya. Begitu jenazah Alvare telah dibawa ambulans untuk autopsy kepolisian, Linden memaksa Alden untuk ikut pulang bersama Kyra, Roth, dan dirinya. Mereka tidak bisa membiarkan Alden sendirian di depan kamar mayat menunggu tubuh Alvare selesai diautopsi.Sama dengan Grenada, Alden juga tidak mengatakan apa-apa. Ia berjalan seolah tidak melihat apapun. Bahkan tidak merasakan ketika menabrak Shiena saat melewati pintu masuk.“Ada apa dengan dia?” tanya Shiena kesal. “Mana Alvare?”Linden menepuk bahu Shiena dan mengeleng. “Akan aku jelaskan di dalam. Ayo kitam masuk,” ajak Linden.Kyra dan Roth juga terlihat tidak semangat. Gadis di samping Roth masih sesegukan karena menangis. Ia tak menyangka harus melihat hal mengerikan seperti itu setelah banyak hal selama ini.“Kamu baik-baik s
Kehidupan Normal mulai datang perlahan-lahan kini. Sekolah walaupun belum secara penuh telah berjalan kembali. Kyra mulai sibuk mengejar pelajaran yang dari awal sudah tertinggal. Roth benar-benar membantunya dalam mengerjakan catatan.Alden belum bisa seperti biasa. Sesekali ia termenung di suatu sudut dan kemudian menangis. Kyra bisa memaklumi hal tersebut, tapi tidak bisa membantu apa-apa. Ia tidak memiliki saudara dan selalu terbiasa sendiri. Tania, sahabatnya tidak pernah meninggalkannya. Namun, kehilangan seorang sahabat tentu berbeda dengan kehilangan saudara kembar.“Aku benar-benar ingin membantu,” kata Kyra pada Roth yang datang setelah bel berbunyi.Roth melirik ke arah Alden yang diam saja sejak tadi. “Kita akan membantu jika sementara waktu menjauh darinya,” kata pemuda tersebut cukup yakin. Ia melihat Tania mendekati tempat duduk Alden kini.Kyra bertupang dagu, tatapannya mengatakan ketidaksetujuan, tapi ia tak menye
Kehidupan Normal mulai datang perlahan-lahan kini. Sekolah walaupun belum secara penuh telah berjalan kembali. Kyra mulai sibuk mengejar pelajaran yang dari awal sudah tertinggal. Roth benar-benar membantunya dalam mengerjakan catatan.Alden belum bisa seperti biasa. Sesekali ia termenung di suatu sudut dan kemudian menangis. Kyra bisa memaklumi hal tersebut, tapi tidak bisa membantu apa-apa. Ia tidak memiliki saudara dan selalu terbiasa sendiri. Tania, sahabatnya tidak pernah meninggalkannya. Namun, kehilangan seorang sahabat tentu berbeda dengan kehilangan saudara kembar.“Aku benar-benar ingin membantu,” kata Kyra pada Roth yang datang setelah bel berbunyi.Roth melirik ke arah Alden yang diam saja sejak tadi. “Kita akan membantu jika sementara waktu menjauh darinya,” kata pemuda tersebut cukup yakin. Ia melihat Tania mendekati tempat duduk Alden kini.Kyra bertupang dagu, tatapannya mengatakan ketidaksetujuan, tapi ia tak menye