Tidak ada kata yang dapat Anastazja ucapkan lebih lanjut. Ia hanya bisa menikmati hatinya yang terus berdenyut karena luka yang disebabkan oleh tajamnya silat lidah Cerberus. Licik. Jahat. Manipulatif. Cerberus memang tidak melakukannya pada Sean, tetapi ia melakukannya pada semua orang.
Anastazja memandang papan catur dengan bidak-bidak yang telah berantakan. Setelah Cerberus menggunakannya untuk menjelaskan panjang kali lebar hanya untuk memutar kembali film lama yang sepertinya sudah Sean sembunyikan. Karena setelah Cerberus memungut dan memutarnya, kepalanya terasa sakit. Tubuhnya seolah tidak bisa menerima semuanya. Andai saja saat itu bukan Anastazja yang berada di dalam sana, bisa dipastikan Sean akan membunuh Cerberus terlebih dahulu sebelum perang dimulai.
Sudah sekitar tiga puluh menit berlalu sejak Cerberus me
Halo semuanya, terima kasih atas segala perhatian dan cinta yang sudah kalian berikan untuk Secret of Five Gods ini 😊 Jangan lupa beri like, komen dan ulasannya ya. Sampai bertemu di chapter selanjutnya Salam hangat
“Cleon!” Suara yang sangat familiar di telinganya sayup-sayup memanggil-manggilnya. Menjelang pergantian hari di dalam hutan yang gelap, Cleon yang bersembunyi bersama kuda putih yang dicurinya dari kediaman ayahnya, memeriksa sekitar dari belakang semak-semak yang tumbuh di sekitar batu-batu besar. Cleon tidak menanggapi panggilan yang terus meneriakkan namanya. Mungkin Cleon kenal, tapi sebelum melihat wujudnya, Cleon tidak berniat untuk menunjukkan diri pada siapa pun. “Cleon!!!” Suara itu kian mendekat, sampai akhirnya si pemilik suara tiba di tempat Cleon mengalami kegagalan sebelumnya. Rambut merahnya yang panjang tergerai, bergoyang-goyang tertiup angin malam hutan. Terlihat sesekali gadis itu meng
Layaknya sebuah adegan ketika semua pasukan terdiam, mengisi kekosongan dialog untuk menikmati embusan angin, menunggu sesuatu dengan perasaan bergelora untuk maju, begitulah segala rasa yang tercipta dalam hati Anastazja. Semua orang menatap lurus ke depan tujuan mereka persis; menara yang dipercaya sebagai sumber kekuatan klan Phoenix, menara yang katanya didirikan di atas bukit untuk memperkuat komunikasi mereka satu sama lain menuju Kota Central. Anastazja menajamkan semua indra dalam dirinya. Memang benar, dia melakukan semua ini karena dorongan perasaan mau tidak mau, tetapi ia tidak bisa membiarkan Sean dalam masalah dengan menolak permintaan Cerberus dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang penasihat pun komandan pasukan penyihir—kumpulan black blood lainnya, istilah yang selalu diberikan oleh Cerberus.
Sean POV: Kuberitahu kau satu alasan mengapa aku begitu membenci terlahir sebagai Alastor. Cerberus, sebagai satu-satunya orang terkuat sekaligus penguasa Tanah Alastor adalah seseorang yang sangat bodoh dan selalu membanggakan kekuatannya. Hasratnya yang buas selalu membuatnya ingin menjadi yang terbaik. Dia sudah hidup begitu lama, bersama dengan empat Dewa lainnya, mereka membentuk dunia dan memberikan keadilan, perlindungan, juga kesejahteraan bagi semuanya. Tidak hanya Dunia Atas atau pun Dunia Bawah, mereka bahkan memastikan Sektor Laut dan Sektor Bumi mendapatkan hak-haknya dengan baik. Tidak mudah memang, karena itu diperlukan satu area yang digunakan untuk mengontrol segalanya dengan baik. Kami semua menyebutnya sebagai Kota Central. Kota Central tidak memiliki wilayah yang luas. Dragon, pemimpin tertinggi senga
Sean POV: Setelah berita mengenai hilangnya Ramirez tersebar, semua teman-temanku di sekolah mulai mencurigaiku. Ada yang bilang bahwa akulah penyebab Ramirez melarikan diri dari rumah, ada pula yang mengatakan bahwa Ramirez tidak ingin berteman lagi denganku karena merasa malu. Bahkan beberapa lainnya mengatakan bahwa aku membunuh dan menyembunyikan mayat Ramirez. Aku tidak mengerti, bagaimana itu semua bisa terlintas dalam pikiran mereka? Sejak kejadian hilangnya Ramirez, Fleur pun beberapa kali mendapat panggilan dari Divisi Keamanan Alastor. Aku mendapati Fleur pulang tengah malam dengan wajah pucat. Kupikir, mungkin dia sedikit tertekan belakangan. Belum lagi, Nyonya Emma yang terus menerus menangis di rumahnya. Kuberitahu kenapa semua orang mencurigaiku. Pasalnya, malam di mana Ramirez menghilang, kami bermain sampai hari menjelang malam di sungai yang dekat dengan Hutan Terlarang. Ramirez memaksaku untuk per
Terbitnya sang mentari hingga menyentuh batas cakrawala daerah timur, telah sukses menggodok emosi semua orang. Bukan hanya Anastazja atau pun perasaan Sean yang tertinggal di dalam hatinya. Namun, juga puluhan penyihir yang kini berada dalam peleton yang dikomando oleh Anastazja. Semua energi sihir yang mereka tembakkan ke langit, membentuk sebuah barrier besar yang siap melindungi semua pasukan baris depan, terutama Cerberus yang menunggu di singgasananya dengan tenang. Semua energi itu, semuanya, Anastazja bisa merasakan segala rasa yang mereka simpan selama ini. Tidak berbeda jauh dengan Sean, mereka adalah pasukan yang terbentuk dari hasil pembantaian orang tua dan keluarga mereka. Sembari memikul beban dan pedihnya kehilangan, mereka terus menerus melatih diri mereka untuk menjadi lebih dan lebih kuat.
Suara ledakan yang besar memantul melalui kayu-kayu batang pohon hingga menimbulkan gema yang cukup besar. Baik Aldephie maupun Cleon, keduanya memandang tidak percaya apa yang ada di hadapannya kini. Sebuah pondok kayu kecil yang akhirnya bisa terlihat karena sebelumnya terlindungi oleh sihir. “B-Berhasiiilll!!!” teriak Cleon dan Aldephie bersamaan. Sebuah perasaan bangga menyelimuti diri mereka masing-masing. Apa yang selama ini dianggap sesuatu yang mustahil, nyatanya, mereka mampu menghancurkan dinding itu dan melewatinya. Dalam sorak-sorainya yang sangat meriah dalam pikiran mereka, mereka mulai memahami maksud Anastazja. Inikah yang selama ini dia perjuangkan? Inikah yang selama ini menjadi tujuannya? Sesaat Aldephie merasa malu karena pemikiran buruknya mengenai tujuan dari sang adik menginginkan sebuah keadilan—atau sesuatu yang lain dengan mengatasnamakan keadilan. Ia hanya berpikir mengenai Anastazja yang sangat berambisi
“Kau menemukan sesuatu?” Cleon menggeleng. Sudah hampir lima belas menit ia membolak-balikkan buku yang ada di hadapannya, tetapi ia masih belum bisa menemukan petunjuk mengenai cara mencari seseorang yang menghilang. “Bagaimana denganmu?” Cleon balik bertanya pada Aldephie yang sedang meneliti rak buku di bagian kiri. Memikirkan waktu yang sudah cukup banyak terbuang saat mereka membuka barrier, membuat mereka saling bersepakat untuk mencari petunjuk masing-masing dan melaporkannya. “Aku menemukan ini,” ucap Aldephie menyodorkan buku bersampul cokelat. Cleon menerima buku yang Aldephie berikan, lalu membukanya. Sayang, ia tidak bisa memahami satu
“Kau sudah siap, Al?” Aldephie mengangguk. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya perlahan. Meski Aldephie berharap malam itu akan jadi malam yang panjang bagi Aldephie, ia tetap tidak bisa menampik bahwa mereka—ia dan Cleon—harus segera menyelesaikan ini semua. Di samping para penjaga kediaman Hakim tertinggi akan segera menemukan mereka, menurut buku yang dibaca, orang yang menghilang atau melakukan perjalanan ke dimensi lain menggunakan mantra yang tercantum dalam buku akan segera menghilang bila tidak segera kembali setelah hari ke empat. Batas terakhir adalah ketika matahari menyentuh cakrawala bumi. Aldephie memandang Cleon yang berdiri di sisinya. Cleon, ia begitu setia meski Anastazja bukanlah keluarganya. Aldephie tahu Hakim tertinggi baru saja menghajarnya. Karena tidak lama setelah itu, kakaknya, Cesar memerintahkan Polisi Alastor untuk mencari keberadaan black blood. Bersyukur ia dan Agacia