Share

Act. 03 Perpustakaan

Author: LlamaTail
last update Last Updated: 2021-09-22 14:22:51

"Terima kasih ..." 

Sebuah pernyataan dengan nada yang sinis, akan tetapi penuh rasa malu di dalamnya. Cleon tersenyum lembut. Telapak tangannya yang besar menepuk puncak tertinggi kepala Anastazja. "Aku akan selalu ada untukmu, Anastazja. Ingatlah itu baik-baik," bisiknya di telinga Anastazja. Tanpa bisa Anastazja hindari, rona merah muncul di kedua pipinya yang berkulit cerah. 

"K-kereta kudamu sudah menunggu. Pergilah!" Tidak seperti Anastazja yang selalu tersenyum mengantar kepulangan Cleon. Kali ini, gadis itu menunduk, menyembunyikan rona merah yang muncul di wajahnya. Melihat sang Dewi dalam kehidupannya malu-malu membuat Cleon merasa gemas. Cleon bermaksud menggodanya dengan menempelkan keningnya ke kening Anastazja. 

"Aku pamit, ya. Hati-hatilah selama perjalanan pulang," ucapnya tenang. Tidak peduli bagaimana pandangan orang-orang, ia hanya ingin memastikan pada mereka semua bahwa Anastazja adalah miliknya. Tidak boleh ada yang menyentuh Anastazja selain dirinya. Itulah pesan tersirat yang ingin Cleon berikan pada semua orang yang melihat mereka di depan gerbang sekolah. 

Sekolah mereka adalah sekolah terusan terbaik. Mulai dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi, semuanya sengaja dibangun dalam satu lingkup wilayah agar memudahkan para siswa ketika mereka naik ke jenjang pendidikan lebih tinggi berikutnya. Pintu gerbang utama terletak di tengah-tengah antara bangunan SMA dengan perguruan tinggi. Karenanya, bukan tidak mungkin orang-orang melihat aksi Cleon. 

Mereka saling berbisik dan melirik dengan tatapan aneh. Namun, saat Cleon melemparkan tatapannya menuju orang-orang yang memperhatikannya, mereka langsung mengalihkan pandangan seolah tidak ada apa pun yang terjadi. Tatapan Cleon memang mematikan, sekali saja ia menandaimu, maka hidupmu akan berada dalam bahaya. 

"Kau tidak segera naik kereta kencanamu? Sopirmu sampai turun untuk menunggumu." Suara Anastazja memecah fokus Cleon. Kali ini, semua orang benar-benar mendapatkan bukti konkret bahwa Cleon memang tergila-gila pada Anastazja. Gadis black blood yang membawa kutukan. 

Cleon melambaikan tangannya pada Anastazja, tetapi gadis itu enggan membalasnya. Ia hanya tersenyum simpul, kemudian melangkah pergi meninggalkan Cleon yang masih sibuk menatap dirinya menjauh. "Tuan Muda, gadis itu ..." 

"Ya, kau benar, Vahmir. Dia adalah black blood," ucap Cleon santai masih terus menatap sosok Anastazja sampai ia tidak terlihat lagi. 

"Tidak perlu menatapku begitu. Ayo, jalan. Jika ayah sampai mengetahui kejadian hari ini, maka aku akan memastikan lehermu tidak akan bertahan sampai bulan depan, Vahmir," tantang Cleon dengan tatapan yang seolah ikut menekan Vahmir, supir pribadinya. Tanpa banyak bicara, Vahmir menjalankan mobilnya dengan tenang. 

***

Anastazja tidak mengerti, mengapa Cleon bersikap seperti itu padanya? 'Apa rumor itu benar? Bahwa Cleon menyukaiku? Ah, sepertinya tidak. Dia memang teman yang baik, dia selalu ada untukku. Aku harus berterima kasih padanya sesekali.' Anastazja menghentikan langkahnya. Menatap pemandangan di luar jendela dari lorong lantai tiga. 

Terhampar sebuah pemandangan yang biasa ia lihat selama bertahun-tahun ia bersekolah di sana. Mulai dari lapangannya, gerbang utamanya, sekumpulan tempat duduk yang biasa ia gunakan untuk menunggu Cleon sepulang dari kelas, sampai beberapa pohon rindang di pinggir-pinggirnya. Tidak banyak pohon di Negeri Selatan ini, karena negeri ini identik dengan negeri bawah. Tempat para iblis berkumpul. 

Anastazja tiba-tiba teringat akan lukisannya yang memenangkan perlombaan nasional dulu. Sebuah lukisan sudut kota yang terasa hangat dan ramah. "Di mana aku pernah melihatnya?" lirihnya menatap langit yang menghampar luas di hadapannya. 

Angin semilir membelai lembut rambut merah Anastazja. Ia melihat sehelai bibit dandelion yang terbang melewatinya. Bibit itu terus terbang menuju perpustakaan. Bersamaan dengan jatuhnya bibit dandelion yang menabrak pintu perpustakaan, saat itu pula sebuah ide menembus kepala Anastazja. 

"Jika kita tidak mengetahui jawabannya, maka kita harus mencari tahu. Benar. Aku akan mencari tahu di perpustakaan," ucapnya pada diri sendiri. Ia pun memulai langkahnya memasuki perpustakaan. 

***

Meski ini adalah kali pertama Anastazja menginjakkan kakinya di sini, ia langsung menyukai tempat yang bernama perpustakaan itu. Dulu, ketika ia masih berada di jenjang SD dan SMP, pihak sekolah melarangnya untuk menggunakan fasilitas sekolah dengan alasan takut siswa lain terbebani jika harus berbagi dengan seorang black blood. Namun, entah bagaimana, di SMA, peraturan tersebut tidak berlaku lagi. 

Anastazja berjalan mengelilingi rak demi rak. Awalnya, ia tidak mengerti buku apa yang harus dicarinya. Namun, kini ia tertarik pada sebuah buku bersampul hijau beludru yang terletak di bagian paling dalam pojokan rak. Buku itu hampir seluruhnya tertutup debu. Bahkan ketika berusaha mengambilanya, Anastazja harus bertarung dengan jaring-jaring lengket milik laba-laba yang sudah lama melekat di antara buku dengan rak. 

Beberapa kali Anastazja terbatuk karena debu yang sangat tebal menerpa wajahnya. Setelah tangannya membersihkan sampul buku dari debu, ia dapat melihat judul buku dengan jelas. "Secret of Five God? Apa maksudnya? Apa ini buku cerita anak? Judul yang sedikit norak," komentarnya dengan tanpa rasa bersalah. 

Meskipun ia merasa judulnya norak, ia tetap mencari tempat yang strategis untuk duduk dan membaca buku itu. Tidak apa meski hanya berisi cerita dongeng, setidaknya hal tersebut akan menghibur hatinya yang terluka karena belum bisa menemui sang ayah yang sangat dirindukannya. 

***

Anastazja berlari secepat yang ia bisa. Wajahnya sangat sumringah. Ia berniat segera menemui Aldephie dan memberitahunya. Mungkin, dengan mengetahui hal ini, pemikiran Aldephie pun akan berubah. Ia tidak akan lagi terus menerus meletakkan nasibnya di tangan pemerintahan yang otoriter ini. 

Dalam bayangan Anastazja, Aldephie akan merasa sangat gembira dengan berita yang dibawanya. Siapa sangka, bahwa rahasia terbesar pemerintahan ternyata berada di dalam buku tua yang tersimpan di antara rak buku perpustakaan sekolah? 

"Anastazja? Ada apa kau berlari seperti itu? Kau sudah pulang? Bantu aku." Tidak peduli meski Anastazja terlihat tiba dengan terengah-engah, Aldephie tetap akan memintanya untuk membantu ibu menjajakan dagangannya. 

Setelah kejadian saat mereka kecil, kini Agaci membuka kedai makanan untuk para pelancong, musafir atau siapa pun yang membutuhkan makanan siap saji. Namun, kini mereka membuka kedainya di daerah yang berbeda dengan sebelumnya. Agaci percaya, bahwa tempat yang sebelumya mendapatkan petaka adalah tempat terlarang. Karenanya, untuk membuang sial dan memulai hidup barunya, Agaci membuka kedai makanan siap saji yang jauh dari pasar. 

"Kau sudah pulang, Nak? Sepertinya hari ini sekolahmu berakhir lebih cepat dari pada biasanya." Senyum Agaci mengembang melihat putri bungsunya pulang dengan bersemangat. 

"Urusanku selesai lebih cepat dari pada biasanya," jawab Anastazja sekenanya. Kemudian masuk ke dalam kedai mencari Aldephie. 

"Apa?" tanya Aldephie tanpa memalingkan wajahnya pada Anastazja. Anastazja mengeluarkan buku bersampul hijau beludru yang dibawanya kabur dari perpustakaan dan menunjukkannya pada Aldephie. 

"Selama ini kita hanya dimanfaatkan oleh pemerintah, Kak. Aku tahu rahasia besar mengenai asal mula black blood."

***

Related chapters

  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 04 Ruangan Rahasia

    "Apa maksudmu? Kau gila, ya?" Pertanyaan tanpa aba-aba. Meski Aldephie memancarkan aura keanggunan, tetapi ia tidak sepenuhnya anggun. Begitulah pendapat Anastazja mengenai kakak satu-satunya itu. "Dalam buku ini, terdapat sebuah cerita mengenai asal mula black blood dan bagaimana nasib orang-orang yang memiliki darah black blood." jelas Anastazja panjang lebar. Berbeda dengan Anastazja yang penuh dengan impian, Aldephie memilih untuk tetap realistis dan melihat pada kenyataan. "Hentikan, Anastazja. Aku tahu, kau mengambil buku itu tanpa izin dari mana pun, bukan?" "A-aku hanya meminjamnya. Besok akan kukembalikan ke tempat semula. Apa untuk meminjam saja, aku tidak boleh?" Aldephie menghela napas panjang. Entah mengapa hingga saat ini, Anastazja masih belum juga sadar bahwa black blood berbeda dengan penduduk setempat lainnya. "Ayo, aku ak

    Last Updated : 2021-09-22
  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 05. Meledak

    Untuk sesaat, suasana tegang menyelimuti kedua kakak beradik itu. Aldephie menatap Anastazja dan buku bersampul hijau beludru secara bergantian. Detak jantungnya seolah ingin mengikat napas yang terus memburunya. Andai Aldephie memiliki penyakit jantung, ia yakin sekali napasnya akan terhenti beberapa saat mendengar ocehan tidak jelas Anastazja.“Haaah ... kau, apalagi buku yang kau baca kali ini, huh? Sebuah cerita fantasi yang mendebarkan? Seperti seorang putri yang jatuh cinta pada pengkhianat negara maksudmu?” Aldephie berkacak pinggang.Tangannya dengan cepat meraih buku yang diacungkan oleh Anastazja, lalu ia mengacungkannya kembali ke hadapan adiknya.“Secret of Five Gods? Kau tahu seberapa norak judulnya, kan? Lihat sampulnya yang ketinggalan zaman. Astaga, Anastazja! Ada apa dengan pikiranmu?”Anastazja kembali merebut buku itu dengan kasar dari tangan kakakn

    Last Updated : 2021-11-01
  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 06. Hitam Pekat

    Apakah keberadaan Dewa benar-benar ada di dunia ini? Sebuah pertanyaan yang terus menerus bergelayut di dalam otak kecil ini. Aku tahu kalau ayah dan ibu tidak akan menyukai gagasanku. Namun, sepertinya ‘dia’ akan menyukainya.Yah, dia memang menyukai segalanya tentang diriku, termasuk keanehan dan keganjilan yang menurut Alastor tidak layak disandang oleh keturunannya. Darah murni katanya? Cerberus memang bajingan lihai ketika berbicara! Apa memang ia hidup hanya untuk berlatih bicara omong kosong?Aku bahkan tahu bahwa ia sangat bodoh! Aku tidak mengerti bagaimana pohon keabadian bisa lebih memilih Cerberus dari pada aku? Bocah bodoh itu bahkan hanya bisa mengayunkan senjata tanpa memikirkan dampak dan risiko jangka panjangnya.***“Tidak, Anastazja! Harus berapa kali kukatakan padamu kalau aku tidak akan menuruti permintaan anehmu! Lebih baik kau memban

    Last Updated : 2021-11-01
  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 07. Pohon Keabadian

    “Apa maksudmu? Kau sedang merundungku, ya?” tantang Anastazja kesal.Ia tidak mengerti apa yang membuat kakaknya menjadi seperti orang gila yang meringkuk ketakutan karena diteriaki oleh seorang polisi. Sangat tidak masuk akal ketika dia menuduh dongeng itu sebagai hal yang menakutkan.

    Last Updated : 2021-11-01
  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 08. Cemburu

    Pada satu malam di musim gugur, aku mengingat bagaimana Cerberus mengetuk pintu rumahku dengan sangat kasar. Dengan perlengkapan perang yang masih menempel di badannya, ia datang dan memintaku untuk bergabung bersamanya. Membentuk persatuan dari klan Alastor untuk memboikot dia.Aku mulai mengerti. Mungkin saja Cerberus lelah menjadi bayangannya terus menerus. Sedangkan dia selalu mengandalk

    Last Updated : 2021-11-01
  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 09. Menjanjikan

    Langkah kakinya terasa berat. Penghujung musim gugur memang sedikit mengerikan bagi Anastazja. Segalanya terasa suram dan menyedihkan saat musim dingin tiba. Anastazja tidak mengerti, kenapa banyak anak-anak yang suka bermain dan bergembira ketika musim dingin tiba? Apa mereka tidak tahu bahwa tumpukan butiran salju jahat itu bisa membekukan mereka?

    Last Updated : 2021-11-06
  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 10. Sosok

    Hari itu cuaca sangat cerah. Di perkampungan tempat para black blood tinggal, Anastazja kecil sedang membantu Aldephie menganyam rotan. Sebuah pemandangan yang sangat menyenangkan. Meskipun beberapa kali tangan kecilnya terbeset pinggiran rotan yang sedikit tajam, ia tetap berbahagia. Senandung kecilnya s

    Last Updated : 2021-11-08
  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 11. Bolos

    Aku terus mengingat bagaimana Cerberus tertawa kencang seraya mengatakan bahwa aku adalah ‘pekat kebenaran’. Ia selalu mengatakan betapa ia bangga padaku. Ketika aku memberitahukannya bahwa aku tidak suka dengan panggilan yang diberikan itu, tawanya semakin kencang. Betapa menjijikkan ketika aku melihat liurnya yang muncrat dan menempel memenuhi meja. Aku tidak mengerti, apa yang bisa kau banggakan dari panggilan “pekat kebenaran”? Apa karena aku menyukai warna hitam? Hei, kupikir hitam adalah warna yang bagus! Salah besar bila kau menempelkan stigma negatif pada warna hitam. Warna hitam adalah permulaan sekaligus akhir. Warna hitam berdiri sendiri. Karenanya, ketika kau mencampurkannya dengan warna lain, hitam akan mendominasi segalanya. Benar, hitam akan mendominasi segalanya! *** “Jadi, bisa kau ceritakan padaku? Ke mana dan apa yang kau lakukan tadi malam?” Anastazj

    Last Updated : 2021-11-09

Latest chapter

  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 135. Epilogue

    Shi yang memasuki ruangan, disambut oleh dongakan kepala Aldephie. Dengan wajah berhiaskan senyum puas, Shi berjalan mendekat. Tidak ada reaksi penolakan yang biasanya Aldephie keluarkan. Hanya sebuah tatapan kosong. Matanya seperti seekor ikan yang mati. "Kekasih yang kau cintai itu sudah tidak lagi di sini. Dia hanya menitipkan ini untukmu," ungkap Shi seraya mengeluarkan sepucuk surat dari saku dalam jas hitamnya. Aldephie tidak mengatakan apa pun. Hanya menerima uluran sepucuk surat dan mengambilnya dari tangan Shi. Kepergian Cleon untuk menemani Anastazja cukup memukul habis kekuatan batinnya. Bukankah seharusnya seseorang memberitahu mereka jika Anastazja sudah kembali? Kenapa justru memisahkan mereka semua dan mengirimnya ke tempat yang tidak dikenalinya? Aldephie paham, seharusnya ia merasa lebih tenang kar

  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 134. Ending

    Tidak ada seorang pun dari mereka saling berbicara. Mereka bahkan tidak saling menatap satu sama lain. Waktu yang mereka yang telah hilang, kini memang kembali meski tidak seperti semula. Namun, pikiran mereka sudah tidak saling terpaut. Dengan helaan napas panjang, Cleon memandang laut luas sembari menbayangkan wajah Aldephie terakhir kali sebelum semuanya berakhir seperti ini. Aldephie yang baru bangun dan entah sudah diberitakan apa oleh Shi, berlari masih dengan mengenakan piama orang sakit menemui Cleon yang sedang diringkus karena terus menerus memberontak. Ia memasuki ruang interogasi nomor dua dan memeluk Cleon sambil menangis tersedu-sedu. Gadis itu bahkan memintakan maaf untuk adiknya. Sikap Aldephie yang seperti itu, memberitahu Cleon bahwa tidak ada lagi perlawanan yang bisa ia berikan pada Cesar. Kalah. Begitulah bagaimana akhirnya Cleon harus men

  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 133. Babak Akhir

    Memasuki sebuah ruangan besar yang gelap dan pencahayaan seadanya. Terdapat sebuah meja dengan dua kursi di sisi kanan dan satu kursi di sisi kiri, juga lampu yang menggantung di atasnya. Anastazja mengira pendingin ruangan disetel dengan suhu sekitar delapan belas sampai dua puluh derajat. Terlalu dingin baginya. Apalagi dengan kondisi tubuh yang terus menerus memproduksi keringat dingin. Awalnya, ia ragu-ragu untuk masuk, tetapi salah satu polisi Alastor mendorong punggungnya dengan kasar hingga ia terjerembab mencium lantai yang dingin, lalu menutup pintu dengan cara membantingnya. Kesal mulai menggelayuti wajahnya. Andai dia tidak mengikuti rencana Hakim, dia tidak perlu lagi mendapat perlakuan kasar seperti ini! Namun, apa gunanya dia tetap di sana jika Hakim itu juga di sana? Ah, Hakim tertinggi sudah merusak esensi dari tempat kenangannya bersama Helio.

  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 132. Akhir dari Pelarian

    Bau menyengat, udara pengap, juga hawa yang memuakkan menebar keluar melalui pintu kayu yang berwarna samar. Anastazja melihat ke dalam ruangan dengan perasaan bingung. Kenapa Helio tidak pernah menceritakannya? Hakim tertinggi segera menyalakan korek api gasnya untuk penerangan. Tidak seperti dirinya yang tenang dan seolah tahu apa yang tersimpan di dalam ruangan aneh ini. Anastazja justru merasa mual dan pusing. Sebuah tubuh yang membusuk. Seperti baru, tetapi karena dia berada di pondok dan tidak seorang pun antara dia dan Helio melakukan itu, artinya tubuh itu sudah lama berada di sana! Pembunuhankah? "Kau tahu siapa ini?" Sembari menutup hidung kencang, Anastazja menggeleng lemah. "Kakek buyutku."

  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 131. Sisi Lain Hakim Tertinggi

    Kedua kaki tangannya bergetar hebat. Dia bahkan bisa merasa bulu-bulu halusnya meremang, seolah alarm alaminya tahu bahwa bahaya di hadapannya tidak bisa ditolerir lagi. Di saat yang sama, tenaganya hilang entah ke mana. Lenyap tersapu riuh badai kepanikan diri. Bulir demi bulir keringat dingin mengucur tiada henti. Mati aku! Hanya itu kalimat yang terus berdentum di telinga dan otaknya. Selama lima detik, Anastazja mengusap dada, berharap jantungnya tenang agar napasnya tidak terlalu memburu. Ia tidak ingin terjebak pada lingkaran jawaban atas pertanyaan "bagaimana". Yang ia ketahui sekarang, dirinya sudah tertangkap basah dan tidak bisa lagi melarikan diri. Hatinya merintih, tidak pernah hal seperti ini terjadi kala Helio berada di sisinya. Namun, setelah lelaki yang dicintainya itu pergi, tiba-tiba mimpi buruk kembali datang.

  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 130. Tertangkap! (3)

    "Cesar ...." Tidak ada keceriaan dalam nada suara Cleon. Tenggorokannya tercekat. Dadanya berdentum-dentum tak karuan. Habis sudah! "Wah, wah, kau tidak ingin memberiku pelukan rindu? Aku bahkan sudah merindukanmu meski kau hanya meninggalkan kediaman selama tiga hari lamanya!" Tawa Cesar menggaung bengis baik di telinga Cleon ataupun Aldephie. Tidak ada doa dan pinta lain selain dijauhkannya Cesar dari mereka. Cleon memang sudah tahu Cesar mencarinya, tapi kenapa? Bukankah Aldephie sudah merapal mantranya? Bukankah seharusnya jejak mereka menghilang? Kedua bola mata Cleon melirik Aldephie yang sedang tegang di tempatnya. Kemudian, kembali menatap Cesar yang sedang tertawa seraya mengacungkan moncong senapannya tepat di d

  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 129. Ketahuan (2)

    Apa yang paling mengiris hati selain duka karena kenyataan yang terlalu pahit untuk ditelan? Tentu saja Anastazja akan menjawab paling lantang kenangan dan harapan kosong. Menggambarkan kesedihannya hingga jarum detik terus berputar sampai matahari kembali muncul dan menyinari dunia, gadis itu masih terduduk di sebelah dipan milik kekasih hatinya yang baru saja meninggalkannya semalam. Ia membungkukkan setengah badannya di atas tempat tidur dan separuh tengah ke bawah masih setia mencium lantai kayu yang tidak lagi hangat. Pondok ini memang indah, tetapi tanpa Helio, rasa sepi lebih banyak mencengkeram suasana hatinya. Membuat aura pondok menjadi kelam dan menyedihkan. Entah bagaimana wajahnya saat ini, ia tidak berani menatap cermin. Kacau. Satu kata yang ada dalam pikirannya. Matanya sembab, bahkan mungkin bengkak dan memerah. Seperti baru saja dicium oleh p

  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 128. Hadiah Terakhir

    Helio tersentak. Lamunannya buyar ketika Anastazja menyentuh pipinya. Isakan yang sebelumnya memenuhi wajahnya berkurang. Anastazja kini memandang Helio dengan rasa cemas. "Helio ... kau baik-baik saja?" "Tentu. Tentu saja. Aku baik." "Tapi kau memelukku dengan erat. Kau yakin?" "Ya, aku yakin. Aku hanya sedang menangisi takdir." "Menangisi takdir?" Anggukan Helio menjadi tanda tanya besar. Namun, Helio peka dengan hal itu. Tidak perlulah sang dewi memintanya untuk bercerita, Helio segera membeberkan apa yang pernah Sean katakan padanya. Kini, bukan hanya Helio, tetapi Anastazja juga ikut terharu dan terbawa suasana. Cinta yang k

  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 127. Semangat yang Bertumbuh karena Luka

    "Sayang." Helio melangkah mendekati Anastazja yang sedang mencuci piring. Memeluk dan mencium bagian belakang leher kekasih hatinya adalah salah satu hal yang menjadi favoritnya sejak mereka resmi menjadi pasangan. Bukan hanya itu, Helio sangat suka dengan reaksi Anastazja yang merasa kegelian. Ia akan mengangkat bahu kirinya dan menempelkannya pada telinga di bagian yang sama. Kemudian, ia juga akan terkikik pelan. "Hentikan! Aku sedang mencuci piring," ujarnya melarang Helio untuk mendekat. Namun, alih-alih menjauh, Helio justru semakin mengeratkan pelukannya. Seraya bersenandung pelan, Helio menumpukan dagunya di bahu Anastazja. Sangat suka dengan kelakuan Helio, Anastazja menyerah dan mencoba menikmati kegiatannya yang menggelikan. "Hei, aku ingin bicara sesuatu p

DMCA.com Protection Status