Share

Act. 02 Badmood

Penulis: LlamaTail
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-22 14:21:55

Bel tanda masuk menjerit-jerit di seluruh halaman sekolah. Menjadi pengingat bagi siswa yang masih berada di luar kelas untuk segera masuk ke dalam kelas. Semua siswa bersemangat, karena esok adalah karyawisata bersama sekolah di akhir pekan. Namun, hal itu tidak berlaku bagi Anastazja. Ia melangkah murung. Rasa marah yang tersimpan dalam dirinya kembali terusik. 

Sudah bertahun-tahun lamanya sejak polisi Alastor menghancurkan kios milik ibunya. Saat itu, segala rencananya untuk membanggakan keluarganya hancur total. Ditambah, pertengkarannya dengan Aldephie yang terjadi setelahnya. Sejak saat itu, segalanya terasa bertambah runyam. Anastazja makin sulit untuk membuka dirinya pada orang lain, bahkan pada keluarganya sendiri. 

"Hei, Tuan Putri. Apa gerangan yang sedang menganggu pikiranmu?" Cleon mengejutkan Anastazja dengan tepukan pundaknya yang lembut. 

"Oh, Astaga. Rupanya itu kau? Pantas saja tidak merasa alergi berada di dekatku," ucap Anastazja sedikit sinis pada dirinya sendiri. 

"Ada apa? Sepertinya mood-mu kurang baik hari ini?" 

Anastazja menatap Cleon kosong. Tidak ada harapan apa pun dalam matanya. Ia bahkan tidak melihat masa depan untuk seorang black blood. Namun, haruskah ia katakan hal seperti itu pada Cleon? Apakah Cleon akan memahaminya? Cleon tidak seperti dirinya. Ia tumbuh dalam lingkungan yang baik. Anastazja membuang muka, berjalan menjauh meninggalkan Cleon di lorong sebelah tangga. 

"Hei, Anastazja! Apa yang terjadi? Ada apa?" Rupanya, Cleon tidak menyerah. Ia terus melangkah mengekori Anastazja dari belakang. Anastazja merasa risih dengan sikapnya. Ia memilih untuk mempercepat langkahnya, meninggalkan Cleon di belakangnya jauh. 

"Ah, hei! Anas—" belum sempat Cleon menyebut namanya dengan benar, Anastazja berbelok masuk ke dalam toilet perempuan. Tempat di mana Cleon tidak bisa mengikutinya.

Awalnya, Cleon berencana untuk menunggunya di depan pintu toilet, tetapi ia mengurungkan hal tersebut saat para siswa yang lewat memperhatikannya. Antara ingin tertawa dan memandangnya dengan tatapan aneh. 

"Ah, sepertinya memang aku harus menunggunya di tempat lain," ucap Cleon pada dirinya sendiri. 

"Oh, Cleon. Apa kau akan pergi ke kelas? Bagaimana kalau kita pergi bersama?" Celine muncul dari dalam toilet, kemudian menggelayut manja di lengan Cleon. Cleon jelas merasa tidak nyaman dengan gadis berambut ungu itu. Ia mencoba melepaskan lengannya beberapa kali dari cengkeraman Celine, tetapi gadis itu selalu mencari kesempatan agar ia bisa menggelayut di lengannya lagi dan lagi. 

"Anu, Celine, bisa kau lepaskan aku? Aku merasa berat dan tidak nyaman dengan ini," Cleon memang lembut. Sebisa mungkin, ia tidak ingin mengatakan hal yang menyinggung perasaan orang lain, terutama wanita. Ia selalu menanamkan dalam dirinya untuk mengatakan hal-hal yang baik, karena gadis yang dicintainya sejak ia masuk sekolah umum adalah seorang black blood. 

***

Hari itu adalah hari pertama Cleon masuk sekolah umum. Setelah sebelumnya, orang tuanya tidak memperbolehkannya untuk bersekolah di luar. Bukan hanya itu, Cleon bahkan tidak diizinkan untuk bermain di luar rumah. Tempat ia paling jauh bepergian adalah taman belakang rumahnya. Di mana sang ayah memerintahkan seseorang untuk menemaninya bermain. 

Awalnya Cleon merasa bersyukur karena setidaknya, ia bisa mengistirahatkan dirinya dari latihan berdansa, upacara penyambutan, mempelajari ilmu politik juga segudang kegiatan lainnya yang katanya harus dimiliki sebagai dasar pengetahuan seorang bangsawan. 

Siapa tidak kenal dengan keluarga Cleon? Satu-satunya anggota klan Alastor yang memiliki darah murni dari keturunan langsung Cerberus, makhluk yang dipercaya sebagai nenek moyang sekaligus generasi pertama klan Alastor. Klan yang terkenal akan ketangkasan sekaligus kekejamannya dalam berperang. Namun, itu sudah berlalu lama sekali. Jauh sebelum dunia terpecah belah menjadi lima bagian wilayah. 

Tidak ada yang mengetahui secara pasti alasan pembagian wilayah menjadi lima bagian dengan Kota Central sebagai pusat dari segala sumber kehidupan. Tidak pernah tercatat dalam kitab mana pun di Negeri Selatan ini mengenai asal mula pecahnya daratan menjadi lima bagian. 

Setelah selesai pembelajarannya, Cleon kecil berpikir untuk berpetualang lebih jauh dari biasanya. Di sanalah ia bertemu sosok Dewi yang seperti ia lihat dalam buku cerita ketika ia masih kecil. Dewi yang cantik juga kuat. Kecerdasannya tidak diragukan lagi meski ia perempuan. Dewi Fotiá, sebagaimana namanya, Dewi Fotiá memiliki rambut bergelombang cantik dengan warna merah menyala. Matanya yang hitam pekat sekelam langit malam. Hidungnya kecil mancung, dengan alis tebal dan bibir tipis mungil. Sekali melihatnya, Cleon tidak mampu mengalihkan pandangannya sama sekali. 

Ibarat hutan yang gelap, sosok gadis itulah penerangnya. Begitulah makna keberadaan Anastazja bagi Cleon. Namun, sepertinya Anastazja tidak menyadarinya. Atau mungkin dia memang lupa tentang janji mereka saat masih kecil dulu? 

***

Anastazja merapikan kursinya. Ia segera mengambil tas sekolah dan melangkah keluar kelas. Saat itulah tatapannya terpaku pada sosok yang sudah berubah tampan di hadapannya. "Ada apa? Apa kelasmu sudah selesai?" Anastazja memang kurang pintar berbasa-basi. Namun, Cleon tetap senang, karena ia mau berbicara lagi padanya. "Kau tidak menunggu kereta kudamu, Tuan Muda?" tambahnya dengan nada sinis. 

"Aku tidak tahu apa kesalahanku, tapi jika itu menyakitimu, maka tolong maafkan aku," pinta Cleon memasang wajah yang melas. 

Anastazja menatap Cleon tajam. Namun, siapa yang bisa mengalahkan pesona ketampanan Cleon sekarang? Ia sudah berubah dari bocah cengeng menjadi setampan super idol. Ia menghela napas panjang. Tanda sudah menyerah dengan aksi kesalnya terhadap Cleon.

"Baiklah, aku memaafkanmu." 

Anastazja tidak mengerti, kenapa Cleon segembira itu hanya dengan sebuah maaf kecil darinya? 

"Lalu, apa yang membuatmu badmood belakangan ini?" 

"Aku hanya merasa sedikit kesal." 

"Aku mengenalmu dengan baik. Kau bukan orang yang merasa kesal tanpa alasan. Apa Celine mengganggumu lagi seperti waktu itu?" 

Anastazja menggeleng. Meski pertanyaan Cleon memang bukan untuk tujuan buruk, tetapi rasa tidak nyaman itu selalu menghantui. Anastazja melangkahkan kakinya menuju pintu gerbang utama. Mungkin memang sebaiknya, dia tidak berdekatan dulu dengan Cleon. 

"Kalau begitu, apa ada seseorang yang mengataimu?" Tebakan Cleon tepat. Meski bukan terhitung mengatai secara terang-terangan, Anastazja merasa petugas pemakaman tempo hari telah melecehkan keluarganya. Anastazja menghentikan langkahnya tepat sebelum ia keluar gerbang sekolah. Diikuti Cleon yang terus menerus mengekorinya sejak masih berada di kelasnya tadi. Hingga akhirnya Anastazja menyerah.

"Aku berniat mengunjungi ayah minggu lalu. Aku pergi bersama ibuku juga Aldephie ..." 

"Wow, pasti menyenangkan akhirnya kau bisa bertemu lagi dengan ayahmu setelah sekian lama, kan?" 

Tidak perlu Anastazja menjawabnya, Cleon mengerti bahwa kepergian ia dan keluarganya mendapat kesulitan besar. Cleon melihat binar kesedihan dari dalam mata Anastazja. Reflek, ia langsung menarik gadis itu masuk ke dalam pelukannya. Bukan hanya Anastazja yang terkejut dengan tindakan barusan, Cleon, sebagai subjek yang melakukannya pun tidak kalah terkejutnya dengan Anastazja. 

Beberapa saat, ia sempat linglung dengan apa yang terjadi. Ia tidak mengerti, kenapa Anastazja berada dalam pelukannya? Padahal sebelumnya, Cleon bisa dengan sempurna mengatasi emosinya yang campur aduk ketika bertemu dengan Anastazja. Namun, bagaimana dengan kali ini? Rasanya, bukan hanya hatinya, tapi juga segalanya. Segalanya yang menyakiti Anastazja, telah menyakiti Cleon. Segalanya yang membuatnya bersedih, telah membuat sedih Cleon. 

***

Bab terkait

  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 03 Perpustakaan

    "Terima kasih ..." Sebuah pernyataan dengan nada yang sinis, akan tetapi penuh rasa malu di dalamnya. Cleon tersenyum lembut. Telapak tangannya yang besar menepuk puncak tertinggi kepala Anastazja. "Aku akan selalu ada untukmu, Anastazja. Ingatlah itu baik-baik," bisiknya di telinga Anastazja. Tanpa bisa Anastazja hindari, rona merah muncul di kedua pipinya yang berkulit cerah. "K-kereta kudamu sudah menunggu. Pergilah!" Tidak seperti Anastazja yang selalu tersenyum mengantar kepulangan Cleon. Kali ini, gadis itu menunduk, menyembunyikan rona merah yang muncul di wajahnya. Melihat sang Dewi dalam kehidupannya malu-malu membuat Cleon merasa gemas. Cleon bermaksud menggodanya dengan menempelkan keningnya ke kening Anastazja. "Aku pamit, ya. Hati-hatilah selama perjalanan pulang," ucapnya tenang. Tidak peduli bagaimana pandangan orang-orang, ia hanya ingin memastikan pada mereka semua bahwa Anastazja

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-22
  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 04 Ruangan Rahasia

    "Apa maksudmu? Kau gila, ya?" Pertanyaan tanpa aba-aba. Meski Aldephie memancarkan aura keanggunan, tetapi ia tidak sepenuhnya anggun. Begitulah pendapat Anastazja mengenai kakak satu-satunya itu. "Dalam buku ini, terdapat sebuah cerita mengenai asal mula black blood dan bagaimana nasib orang-orang yang memiliki darah black blood." jelas Anastazja panjang lebar. Berbeda dengan Anastazja yang penuh dengan impian, Aldephie memilih untuk tetap realistis dan melihat pada kenyataan. "Hentikan, Anastazja. Aku tahu, kau mengambil buku itu tanpa izin dari mana pun, bukan?" "A-aku hanya meminjamnya. Besok akan kukembalikan ke tempat semula. Apa untuk meminjam saja, aku tidak boleh?" Aldephie menghela napas panjang. Entah mengapa hingga saat ini, Anastazja masih belum juga sadar bahwa black blood berbeda dengan penduduk setempat lainnya. "Ayo, aku ak

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-22
  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 05. Meledak

    Untuk sesaat, suasana tegang menyelimuti kedua kakak beradik itu. Aldephie menatap Anastazja dan buku bersampul hijau beludru secara bergantian. Detak jantungnya seolah ingin mengikat napas yang terus memburunya. Andai Aldephie memiliki penyakit jantung, ia yakin sekali napasnya akan terhenti beberapa saat mendengar ocehan tidak jelas Anastazja.“Haaah ... kau, apalagi buku yang kau baca kali ini, huh? Sebuah cerita fantasi yang mendebarkan? Seperti seorang putri yang jatuh cinta pada pengkhianat negara maksudmu?” Aldephie berkacak pinggang.Tangannya dengan cepat meraih buku yang diacungkan oleh Anastazja, lalu ia mengacungkannya kembali ke hadapan adiknya.“Secret of Five Gods? Kau tahu seberapa norak judulnya, kan? Lihat sampulnya yang ketinggalan zaman. Astaga, Anastazja! Ada apa dengan pikiranmu?”Anastazja kembali merebut buku itu dengan kasar dari tangan kakakn

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-01
  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 06. Hitam Pekat

    Apakah keberadaan Dewa benar-benar ada di dunia ini? Sebuah pertanyaan yang terus menerus bergelayut di dalam otak kecil ini. Aku tahu kalau ayah dan ibu tidak akan menyukai gagasanku. Namun, sepertinya ‘dia’ akan menyukainya.Yah, dia memang menyukai segalanya tentang diriku, termasuk keanehan dan keganjilan yang menurut Alastor tidak layak disandang oleh keturunannya. Darah murni katanya? Cerberus memang bajingan lihai ketika berbicara! Apa memang ia hidup hanya untuk berlatih bicara omong kosong?Aku bahkan tahu bahwa ia sangat bodoh! Aku tidak mengerti bagaimana pohon keabadian bisa lebih memilih Cerberus dari pada aku? Bocah bodoh itu bahkan hanya bisa mengayunkan senjata tanpa memikirkan dampak dan risiko jangka panjangnya.***“Tidak, Anastazja! Harus berapa kali kukatakan padamu kalau aku tidak akan menuruti permintaan anehmu! Lebih baik kau memban

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-01
  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 07. Pohon Keabadian

    “Apa maksudmu? Kau sedang merundungku, ya?” tantang Anastazja kesal.Ia tidak mengerti apa yang membuat kakaknya menjadi seperti orang gila yang meringkuk ketakutan karena diteriaki oleh seorang polisi. Sangat tidak masuk akal ketika dia menuduh dongeng itu sebagai hal yang menakutkan.

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-01
  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 08. Cemburu

    Pada satu malam di musim gugur, aku mengingat bagaimana Cerberus mengetuk pintu rumahku dengan sangat kasar. Dengan perlengkapan perang yang masih menempel di badannya, ia datang dan memintaku untuk bergabung bersamanya. Membentuk persatuan dari klan Alastor untuk memboikot dia.Aku mulai mengerti. Mungkin saja Cerberus lelah menjadi bayangannya terus menerus. Sedangkan dia selalu mengandalk

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-01
  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 09. Menjanjikan

    Langkah kakinya terasa berat. Penghujung musim gugur memang sedikit mengerikan bagi Anastazja. Segalanya terasa suram dan menyedihkan saat musim dingin tiba. Anastazja tidak mengerti, kenapa banyak anak-anak yang suka bermain dan bergembira ketika musim dingin tiba? Apa mereka tidak tahu bahwa tumpukan butiran salju jahat itu bisa membekukan mereka?

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-06
  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 10. Sosok

    Hari itu cuaca sangat cerah. Di perkampungan tempat para black blood tinggal, Anastazja kecil sedang membantu Aldephie menganyam rotan. Sebuah pemandangan yang sangat menyenangkan. Meskipun beberapa kali tangan kecilnya terbeset pinggiran rotan yang sedikit tajam, ia tetap berbahagia. Senandung kecilnya s

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-08

Bab terbaru

  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 135. Epilogue

    Shi yang memasuki ruangan, disambut oleh dongakan kepala Aldephie. Dengan wajah berhiaskan senyum puas, Shi berjalan mendekat. Tidak ada reaksi penolakan yang biasanya Aldephie keluarkan. Hanya sebuah tatapan kosong. Matanya seperti seekor ikan yang mati. "Kekasih yang kau cintai itu sudah tidak lagi di sini. Dia hanya menitipkan ini untukmu," ungkap Shi seraya mengeluarkan sepucuk surat dari saku dalam jas hitamnya. Aldephie tidak mengatakan apa pun. Hanya menerima uluran sepucuk surat dan mengambilnya dari tangan Shi. Kepergian Cleon untuk menemani Anastazja cukup memukul habis kekuatan batinnya. Bukankah seharusnya seseorang memberitahu mereka jika Anastazja sudah kembali? Kenapa justru memisahkan mereka semua dan mengirimnya ke tempat yang tidak dikenalinya? Aldephie paham, seharusnya ia merasa lebih tenang kar

  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 134. Ending

    Tidak ada seorang pun dari mereka saling berbicara. Mereka bahkan tidak saling menatap satu sama lain. Waktu yang mereka yang telah hilang, kini memang kembali meski tidak seperti semula. Namun, pikiran mereka sudah tidak saling terpaut. Dengan helaan napas panjang, Cleon memandang laut luas sembari menbayangkan wajah Aldephie terakhir kali sebelum semuanya berakhir seperti ini. Aldephie yang baru bangun dan entah sudah diberitakan apa oleh Shi, berlari masih dengan mengenakan piama orang sakit menemui Cleon yang sedang diringkus karena terus menerus memberontak. Ia memasuki ruang interogasi nomor dua dan memeluk Cleon sambil menangis tersedu-sedu. Gadis itu bahkan memintakan maaf untuk adiknya. Sikap Aldephie yang seperti itu, memberitahu Cleon bahwa tidak ada lagi perlawanan yang bisa ia berikan pada Cesar. Kalah. Begitulah bagaimana akhirnya Cleon harus men

  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 133. Babak Akhir

    Memasuki sebuah ruangan besar yang gelap dan pencahayaan seadanya. Terdapat sebuah meja dengan dua kursi di sisi kanan dan satu kursi di sisi kiri, juga lampu yang menggantung di atasnya. Anastazja mengira pendingin ruangan disetel dengan suhu sekitar delapan belas sampai dua puluh derajat. Terlalu dingin baginya. Apalagi dengan kondisi tubuh yang terus menerus memproduksi keringat dingin. Awalnya, ia ragu-ragu untuk masuk, tetapi salah satu polisi Alastor mendorong punggungnya dengan kasar hingga ia terjerembab mencium lantai yang dingin, lalu menutup pintu dengan cara membantingnya. Kesal mulai menggelayuti wajahnya. Andai dia tidak mengikuti rencana Hakim, dia tidak perlu lagi mendapat perlakuan kasar seperti ini! Namun, apa gunanya dia tetap di sana jika Hakim itu juga di sana? Ah, Hakim tertinggi sudah merusak esensi dari tempat kenangannya bersama Helio.

  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 132. Akhir dari Pelarian

    Bau menyengat, udara pengap, juga hawa yang memuakkan menebar keluar melalui pintu kayu yang berwarna samar. Anastazja melihat ke dalam ruangan dengan perasaan bingung. Kenapa Helio tidak pernah menceritakannya? Hakim tertinggi segera menyalakan korek api gasnya untuk penerangan. Tidak seperti dirinya yang tenang dan seolah tahu apa yang tersimpan di dalam ruangan aneh ini. Anastazja justru merasa mual dan pusing. Sebuah tubuh yang membusuk. Seperti baru, tetapi karena dia berada di pondok dan tidak seorang pun antara dia dan Helio melakukan itu, artinya tubuh itu sudah lama berada di sana! Pembunuhankah? "Kau tahu siapa ini?" Sembari menutup hidung kencang, Anastazja menggeleng lemah. "Kakek buyutku."

  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 131. Sisi Lain Hakim Tertinggi

    Kedua kaki tangannya bergetar hebat. Dia bahkan bisa merasa bulu-bulu halusnya meremang, seolah alarm alaminya tahu bahwa bahaya di hadapannya tidak bisa ditolerir lagi. Di saat yang sama, tenaganya hilang entah ke mana. Lenyap tersapu riuh badai kepanikan diri. Bulir demi bulir keringat dingin mengucur tiada henti. Mati aku! Hanya itu kalimat yang terus berdentum di telinga dan otaknya. Selama lima detik, Anastazja mengusap dada, berharap jantungnya tenang agar napasnya tidak terlalu memburu. Ia tidak ingin terjebak pada lingkaran jawaban atas pertanyaan "bagaimana". Yang ia ketahui sekarang, dirinya sudah tertangkap basah dan tidak bisa lagi melarikan diri. Hatinya merintih, tidak pernah hal seperti ini terjadi kala Helio berada di sisinya. Namun, setelah lelaki yang dicintainya itu pergi, tiba-tiba mimpi buruk kembali datang.

  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 130. Tertangkap! (3)

    "Cesar ...." Tidak ada keceriaan dalam nada suara Cleon. Tenggorokannya tercekat. Dadanya berdentum-dentum tak karuan. Habis sudah! "Wah, wah, kau tidak ingin memberiku pelukan rindu? Aku bahkan sudah merindukanmu meski kau hanya meninggalkan kediaman selama tiga hari lamanya!" Tawa Cesar menggaung bengis baik di telinga Cleon ataupun Aldephie. Tidak ada doa dan pinta lain selain dijauhkannya Cesar dari mereka. Cleon memang sudah tahu Cesar mencarinya, tapi kenapa? Bukankah Aldephie sudah merapal mantranya? Bukankah seharusnya jejak mereka menghilang? Kedua bola mata Cleon melirik Aldephie yang sedang tegang di tempatnya. Kemudian, kembali menatap Cesar yang sedang tertawa seraya mengacungkan moncong senapannya tepat di d

  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 129. Ketahuan (2)

    Apa yang paling mengiris hati selain duka karena kenyataan yang terlalu pahit untuk ditelan? Tentu saja Anastazja akan menjawab paling lantang kenangan dan harapan kosong. Menggambarkan kesedihannya hingga jarum detik terus berputar sampai matahari kembali muncul dan menyinari dunia, gadis itu masih terduduk di sebelah dipan milik kekasih hatinya yang baru saja meninggalkannya semalam. Ia membungkukkan setengah badannya di atas tempat tidur dan separuh tengah ke bawah masih setia mencium lantai kayu yang tidak lagi hangat. Pondok ini memang indah, tetapi tanpa Helio, rasa sepi lebih banyak mencengkeram suasana hatinya. Membuat aura pondok menjadi kelam dan menyedihkan. Entah bagaimana wajahnya saat ini, ia tidak berani menatap cermin. Kacau. Satu kata yang ada dalam pikirannya. Matanya sembab, bahkan mungkin bengkak dan memerah. Seperti baru saja dicium oleh p

  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 128. Hadiah Terakhir

    Helio tersentak. Lamunannya buyar ketika Anastazja menyentuh pipinya. Isakan yang sebelumnya memenuhi wajahnya berkurang. Anastazja kini memandang Helio dengan rasa cemas. "Helio ... kau baik-baik saja?" "Tentu. Tentu saja. Aku baik." "Tapi kau memelukku dengan erat. Kau yakin?" "Ya, aku yakin. Aku hanya sedang menangisi takdir." "Menangisi takdir?" Anggukan Helio menjadi tanda tanya besar. Namun, Helio peka dengan hal itu. Tidak perlulah sang dewi memintanya untuk bercerita, Helio segera membeberkan apa yang pernah Sean katakan padanya. Kini, bukan hanya Helio, tetapi Anastazja juga ikut terharu dan terbawa suasana. Cinta yang k

  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 127. Semangat yang Bertumbuh karena Luka

    "Sayang." Helio melangkah mendekati Anastazja yang sedang mencuci piring. Memeluk dan mencium bagian belakang leher kekasih hatinya adalah salah satu hal yang menjadi favoritnya sejak mereka resmi menjadi pasangan. Bukan hanya itu, Helio sangat suka dengan reaksi Anastazja yang merasa kegelian. Ia akan mengangkat bahu kirinya dan menempelkannya pada telinga di bagian yang sama. Kemudian, ia juga akan terkikik pelan. "Hentikan! Aku sedang mencuci piring," ujarnya melarang Helio untuk mendekat. Namun, alih-alih menjauh, Helio justru semakin mengeratkan pelukannya. Seraya bersenandung pelan, Helio menumpukan dagunya di bahu Anastazja. Sangat suka dengan kelakuan Helio, Anastazja menyerah dan mencoba menikmati kegiatannya yang menggelikan. "Hei, aku ingin bicara sesuatu p

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status