Share

SR 5

Penulis: Azuretanaya
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-11 13:35:44

Hari ini kesialan tengah menimpa Sandara sehingga membuatnya harus menahan malu di hadapan semua teman-teman di kelasnya, termasuk Ranty dan Barry. Setelah kelas berakhir, Sandara langsung diminta ikut ke ruangan dosen oleh pengajar yang tadi memberinya materi perkualiahan. Alhasil, kini ia pun sedang duduk sambil menundukkan kepala di hadapan seorang dosen muda dan tampan. Rasa malunya semakin membumbung ketika di dalam ruangan dosen tersebut terdapat seseorang yang selama ini sangat dielu-elukannya. Terlebih kemarin sempat memberinya pertolongan dan mentraktirnya bersama Ranty makan malam di sebuah restoran ternama. Entah kenapa rasa malu yang menderanya kini jauh lebih besar kepada Levin dibandingkan dosen tampan di hadapannya. Padahal sangat jelas urusannya saat ini dengan dosen tampan yang duduk tepat di hadapannya.

“Sampai kapan kamu akan terus menundukkan kepalamu seperti itu, Sandara?” Dimas bertanya sambil terkekeh melihat mahasiswi di hadapannya. “Saya tidak marah atas tindakanmu tadi di kelas, hanya saja sedikit kecewa. Kenapa harus kamu yang melakukan tindakan tidak sopan seperti itu?” imbuhnya sambil menggelengkan kepala setelah mengela napas.

Mendengar helaan napas kecewa milik Dimas, Sandara pun langsung mengangkat wajahnya yang sejak memasuki ruang dosen telah menunduk. “Saya sangat-sangat minta maaf, Pak. Saya sungguh tidak sengaja melakukannya,” pintanya mencicit. “Saya berjanji tidak akan pernah mengulanginya lagi,” imbuhnya dengan nada memelas.

“Baiklah kali ini saya memaafkan tindakan tidak terpujimu itu, tapi kamu tetap harus dihukum,” Dimas memutuskan sambil menatap wajah Sandara yang memperlihatkan ekspresi bersalah.

“Baik, Pak. Terima kasih banyak atas kemurahan hati Bapak,” ucap Sandara tulus. Bahkan, ia sampai menangkupkan kedua tangannya di depan dada sebagai bentuk kesungguhannya.

Dimas terkekeh dan kembali geleng-geleng kepala karena gemas melihat tingkah salah satu anak didiknya tersebut. “Untung saja kamu tertidur di saat mengikuti mata kuliah yang saya ajar. Andai hal tersebut terjadi saat mengikuti mata kuliah Pak Levin, saya jamin kamu pasti tidak akan pernah diizinkan hadir di setiap kelas yang beliau berikan,” ucapnya menakuti sambil melihat Levin yang duduk di belakang Sandara.

Sandara langsung bergidik ngeri mendengar perkataan Dimas. “Sadis sekali. Bisa-bisa aku menjadi mahasiswi abadi di kampus ini jika hal tersebut sampai terjadi. Parah. Benar-benar parah,” gumamnya tanpa sadar.

“Makanya kamu jangan berani tidur di saat mengikuti kelas saya, jika tidak mau nantinya menjadi mahasiswi abadi di kampus ini,” Levin menimpali gumaman Sandara yang berhasil dijangkau oleh indra pendengarannya. “Kalau tujuan utama ke kampus hanya untuk melanjutkan tidur, lebih baik tidak usah datang daripada mengganggu jalannya perkuliahan. Terlebih sangat merusak pemandangan saat kelas sedang berlangsung,” imbuhnya frontal.

Sandara langsung menoleh ke belakang saat mendengar suara berat milik laki-laki yang kemarin malam membuatnya sangat sulit untuk memejamkan mata. Ia hanya mengangguk kaku saat melihat ekspresi datar yang ditampilkan oleh wajah dosen pujaan kaum hawa di kampusnya itu. Terlebih kata-kata yang diucapkan oleh laki-laki tersebut sangat menyindir dan menohok.

“Pak Dimas seharusnya tidak terlalu memberikan kelonggaran kepada anak didik yang melanggar aturan, apalagi jika sudah sampai bertindak sangat tidak sopan. Takutnya nanti, di kemudian hari akan ada anak didik lainnya yang berlaku seperti itu,” Levin kembali bersuara, tapi kini lebih di alamatkan kepada Dimas, rekannya sesama dosen. “Jangan hanya karena anak didik mempunyai wajah yang cantik, hukuman jadi diringankan,” sambungnya.

Dimas hanya mengangguk sambil tersenyum. Ia mengalihkan tatapannya ke arah Sandara yang kini telah kembali menunduk. Ia tahu kekhawatiran Levin sangat masuk akal, tapi menurutnya perkataan rekan kerja sekaligus temannya tersebut juga sedikit berlebihan. Namun, ia tidak akan tersinggung atau terprovokasi.

“Karena baru terjadi sekali di kelas saya, jadi saya hanya akan memberikan teguran dan hukuman ringan kepada Sandara. Jika sampai terjadi lagi di kelas berikutnya, maka diskors pun tidak bisa dihindari oleh Sandara atau mahasiswa lainnya yang melanggar,” Dimas menanggapi perkataan Levin dengan tenang.

“Terima kasih, Pak,” pinta Sandara tulus dan dengan suara sedikit serak setelah mengangkat kembali wajahnya. Ia terharu mendengar jawaban Dimas karena secara tidak langsung dosennya tersebut telah membelanya. Kini ia yakin Dimas akan melihat matanya yang telah memerah karena menahan tangis atas perkataan menohok Levin.

Dimas menghela napas pelan saat menyadari mata Sandara memerah dan berkaca-kaca. Levin benar-benar tidak bisa mengontrol lidahnya saat melontarkan semburan kata-kata tajamnya. Ia hanya memutar bola mata saat beradu tatapan dengan rekan kerja sekaligus laki-laki yang sangat digandrungi oleh para kaum hawa di tempatnya membagi ilmu. Ia pun mendengkus pelan ketika melihat reaksi laki-laki tersebut yang hanya mengangkat bahunya tak acuh.

“Ya sudah, sekarang kamu boleh keluar dan jangan lupa kerjakan tugas dari saya. Ingat tugas dikumpul besok paling lambat jam sembilan pagi,” Dimas berucap tegas karena tidak ingin mahasiswinya semakin sakit hati mendengar perkataan tajam Levin jika berlama-lama berada di ruangannya.

Sandara dengan cepat menganggukan kepalanya. “Saya permisi, Pak,” pamitnya setelah berdiri dan mengambil beberapa lembar tugas yang tadi diberikan oleh Dimas.

“Iya,” Dimas membalas singkat.

Sebelum meninggalkan ruang dosen, Sandara tidak lupa untuk berpamitan juga kepada Levin sebagai bentuk sikap kesopanannya. “Pak Levin, saya permisi dulu,” pamitnya tanpa berani menatap wajah laki-laki tersebut.

“Hm,” Levin hanya menanggapinya dengan gumaman tak acuh. Ia tidak mengalihkan perhatian dari buku yang sedang dibacanya.

Sandara pun bergegas meninggalkan ruang dosen setelah mendengar tanggapan Levin yang sangat tak acuh. Sikap dosen tampannya tersebut cukup berbeda dengan kemarin saat membantu dan mengajaknya makan malam bersama Ranty. Menurutnya kemarin sikap laki-laki tersebut sedikit lebih ramah dan berperasaan dibandingkan hari ini.

***

“Vin, tidakkah kamu merasa perkataanmu tadi sedikit berlebihan kepada Sandara?” tanya Dimas setelah memastikan pintu ruangannya dan Levin ditutup rapat oleh Sandara.

“Menurutku tidak. Malah yang aku katakan tadi sudah sesuai takarannya, agar para mahasiswa di sini tidak bersikap seenaknya terhadap kita. Bahkan, meremehkan kita,” Levin menjawab setelah menghentikan kegiatannya membaca.

Dimas beranjak dari kursi yang didudukinya sambil menggelengkan kepala setelah mendengar jawaban Levin. Dimas lebih memilih tidak melanjutkan pembahasan tersebut karena mengetahui Levin tidak akan mau kalah dengan mudah.

“Andai kamu mengetahui kejadian yang sebenarnya, aku yakin mulutmu pasti akan semakin membombardir Sandara melalui rangkaian kata-kata tajammu,” batin Dimas berkata.

Saat tadi Dimas menjelaskan materi mata kuliah yang diikuti oleh Sandara, ia memergoki anak didiknya tersebut sedang tertidur di kelas. Barry dan Ranty bergegas mencoba membangunkan Sandara setelah ia memergokinya, bukannya langsung bangun mahasiswinya tersebut malah bergumam kesal karena tidurnya diusik. Berulang kali Sandara dibangunkan oleh Ranty dan Barry, tapi tetap saja gadis itu sangat enggan membuka matanya. Bahkan, kedua sahabatnya tersebut sampai kesal sendiri. Hingga akhirnya Ranty dan Barry kompak membangunkan Sandara dengan menyebut nama Levin, barulah mahasiswinya tersebut langsung terperanjat sekaligus membuka mata. Alhasil, riuh tawa langsung menggema di kelas karena ulah Sandara yang tanpa disadari tersebut. Gara-gara hal tersebut perkuliahan pun menjadi tidak kondusif lagi. Oleh karena itulah, ia meminta Sandara agar ikut dengannya ke ruangan dosen setelah kelas berakhir lebih awal dari jadwal yang sebenarnya.

***

Sandara berjalan sambil benaknya mengulang-ulang secara otomatis kata demi kata yang tadi dilontarkan oleh mulut Levin. Sandara tidak bisa membayangkan jika ia tertidur seperti tadi pada saat mengikuti perkuliahan Levin. Jika hukuman yang akan diterimanya masih bisa ia bayangkan, tapi tidak dengan rasa malunya di hadapan teman-teman sekelasnya dan laki-laki itu sendiri. Ia pasti akan menanggung malu berlipat-lipat dibandingkan tadi. Bukan hanya itu, bisa saja dirinya akan menjadi pembicaraan panas di seantero kampusnya sekaligus sasaran empuk dari para pengagum garis keras Levin.

“San!” Barry memanggil Sandara dengan nada setengah berteriak karena dari tadi sahabatnya tersebut tidak mendengarnya.

Sandara terperanjat dan langsung mengedipkan matanya beberapa kali setelah menghentikan langkah kakinya. Ia tidak membalas panggilan Barry, melainkan hanya menoleh tanpa minat ke arah laki-laki tersebut.

“Kenapa ekspresi wajahmu kusut dan frustrasi begitu? Apakah tugas dari Pak Dimas tiada terkira?” Barry langsung merangkul pundak Sandara menggunakan sebelah tangannya setelah berada di samping sahabatnya tersebut. Selain mengejek, ia juga terkekeh atas kesialan yang sedang menimpa salah satu sahabatnya tersebut.

Sandara hanya menggelengkan kepalanya dengan tidak bersemangat. Tanpa berniat menjawab atau membicarakan mengenai dampak dari kelalaian sekaligus kesialannya hari ini, ia kembali melanjutkan langkah kakinya.

“Hei, kenapa? Memangnya seberapa banyak Pak Dimas memberimu tugas sampai membuatmu frustrasi begini?” Barry bertanya penasaran karena ia mengetahui dosennya yang satu itu tidak terlalu kaku seperti sang kakak. Bahkan, Dimas juga lebih sering bergaul sekaligus berinteraksi dengan mahasiswanya di luar jam perkuliahan.

“Bukan tugas dari Pak Dimas yang membuatku seperti ini, melainkan kata-kata Pak Levin. Beliau ada di ruang dosen dan ikut mendengarkan saat Pak Dimas menegurku. Bahkan, Pak Levin juga menimpali teguran Pak Dimas terhadapku,” beri tahu Sandara dengan tersungut-sunggut.

Barry tidak kuasa menahan tawanya setelah mendengar pemberitahuan Sandara. Ibarat kata pepatah, sudah jatuh tertimpa tangga pula. Seperti itulah keadaan yang dialami sahabatnya kini. Ia kembali mengejar Sandara, kemudian menarik tangannya tanpa izin. Ia akan mengajak sahabatnya yang satu ini menyusul Ranty ke salah satu kantin di kampusnya untuk menenangkan pikiran sebelum mengikuti perkuliahan sang kakak. Sebenarnya tujuan Barry bukan semata-mata ingin membuat pikiran Sandara menjadi tenang, tapi agar ia dan Ranty bisa mendengar sahabatnya ini bercerita lebih jelas. Ia yakin jika di dalam ruangan dosen tadi pasti membuat Sandara sangat tegang, apalagi ada kehadiran Levin di sana.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Christie Hwang
Kak ceritanya bagus banget. Semangat
goodnovel comment avatar
no _8
udh beberapa bulan lalu baca ini dan tetap aja sampai sekarang hanya 5 bab...semangat dong thor up nya padahal ceritanya bagus......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Secret Romance   Part 6

    Di kediaman Adyatama, pasangan Saguna dan putri bungsunya sedang berkunjung sekaligus untuk memenuhi undangan makan malam dari sang tuan rumah. Firman Saguna dan Gibran sudah menjalin persahabatan sejak keduanya masih menduduki bangku sekolah menengah pertama. Bahkan, setelah sukses dengan bisnis masing-masing dan sudah sama-sama berkeluarga pun keduanya masih menjadi sahabat akrab, meski mereka tidak selalu bisa menghabiskan waktu bersama. Sebenarnya acara makan malam berlangsung satu jam lagi, tapi keluarga Saguna sengaja datang lebih awal dari waktu yang diberitahukan, karena sang istri ingin membantu Dianti membuat hidangan. Lagi pula tidak ada salahnya juga bagi Firman untuk datang lebih awal, jadi ia bisa mengajak Gibran bermain catur sambil menunggu istri masing-masing dibantu sang putri membuat hidangan makan malam. “Anak-anakmu belum ada yang pulang, Bran?” Firman bertanya kepada Gibran saat mereka sedang bermain catur di ruang keluarga kediaman Adyatama. “Sudah. Mereka ada

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-06
  • Secret Romance   Part 7

    Menyadari saat ini dirinya masih bersama orang tuanya di dalam mobil setelah meninggalkan kediaman Adyatama, Sava berusaha keras mengontrol bibirnya agar tidak menyunggingkan senyuman lebar dan semringah karena besok ia akan bepergian bersama Levin satu hari penuh. Untuk mengalihkan pikirannya dari ingatan atas setiap obrolannya tadi bersama Barry dan Levin, Sava sibuk memainkan benda pipih kesayangannya. Sava hanya tidak ingin perasaan antusias sekaligus kegirangan hatinya disadari atau tertangkap basah oleh orang tuanya, karena hal tersebut akan membuatnya sangat malu. Sava langsung mengalihkan perhatiannya dari ponsel di tangannya saat mendengar pembicaraan orang tuanya yang menyebut nama Dinda, salah satu sepupu perempuannya dan yang paling dekat dengannya. Sava baru menyadari bahwa mobil yang ditumpanginya bersama orang tuanya ternyata sudah memasuki halaman rumah keluarga Saguna. Setelah mobil yang membawanya beserta orang tuanya terparkir rapi di carport, Sava pun turun lebih d

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-04
  • Secret Romance   Part 8

    Usai membeli bahan-bahan yang dibutuhkannya untuk nanti malam di salah satu supermarket yang tadi dilewatinya dan mengisi perut masing-masing di sebuah rumah makan, Barry mengajak ketiga sahabatnya melanjutkan perjalanan menuju vila. Kini di dalam mobil tidak ada lagi yang tidur, karena kuda besi milik Barry sudah memasuki lokasi vila yang menjadi tempat tujuan mereka. Sayang saja rasanya jika mereka mengabaikan pemandangan hijau sekaligus menyejukkan mata di sisi kanan dan kiri yang dilewati oleh mobil Barry. Tidak hanya itu, mereka juga melewati banyak vila yang dari luar terlihat sangat nyaman jika ditempati. “Kira-kira kapan ya aku bisa mempunyai vila seperti itu?” tanya Deni yang tengah memandangi bangunan yang dijumpainya. “Yang jelas nanti saat kamu kaya dan mempunyai banyak uang, Den. Pasti vila-vila di sini harganya ratusan juta. Bahkan, bisa jadi ada yang harganya sampai milyaran,” Ranty menjawab sekaligus menimpali. “Tujuanku ingin mempunyai vila bukan untuk dijadikan tem

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-04
  • Secret Romance   Part 9

    Sejak jam lima sore Barry dan para sahabatnya sudah mulai sibuk mempersiapkan acara makan malam bersama sekaligus sebagai perayaan sederhana ulang tahunnya. Berhubung cuaca mendukung, Barry pun memutuskan akan makan malam di luar ruangan sambil menikmati pemandangan alam di malam hari. Supaya acara memanggang nanti lancar, Barry menyuruh Sandara dan Ranty membantu Bi Sri menyiapkan semua bahan-bahannya di dapur, termasuk bumbu. Ketika tiba saatnya untuk memanggang, baru semua bahan-bahan yang telah siap tersebut dibawa ke halaman samping vila. Sandara menoleh di sela-sela kegiatannya mengiris jamur karena nanti ia juga ingin memanggang beberapa jenis sayuran. Ia tersenyum tipis saat melihat Dinda memasuki dapur. “Hai, Din,” sapanya berbasa-basi. “Hai,” Dinda membalas sapaan Sandara seadanya. Tujuannya ke dapur untuk melihat jenis minuman yang nanti mereka konsumsi saat acara makan malam. “Barry benar-benar payah. Perayaan macam apa yang akan dibuatnya, jika minuman beralkohol rendah

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-04
  • Secret Romance   Part 10

    Malam semakin larut, udara pun kian dingin menusuk pori-pori kulit walau tubuh telah berlapis pakaian tebal. Setelah bersama-sama menaruh kembali perlengkapan yang digunakan saat memanggang di halaman ke dapur, semua orang pun bergegas memasuki vila untuk melindungi diri dari dinginnya udara malam. Kecuali Levin, semuanya menempati kamar yang ada di lantai dua di vila tersebut. Sebelum memasuki kamar masing-masing dan mengistirahatkan tubuh mereka yang lelah, Barry mengumpulkan teman-temannya di ruang keluarga. Ia mengajak teman-temannya tersebut membuat kegiatan untuk besok pagi, mengingat mereka akan kembali ke Jakarta ketika siang atau sore harinya. Tidak mungkin mereka akan menghabiskan waktunya untuk rebahan atau berdiam diri di dalam vila saja. “Bar, aku izin mengambil power bank sebentar ke kamar,” interupsi Dinda di sela-sela Barry dan yang lainnya merembugkan tentang kegiatan besok. “Din, tolong ambilkan juga power bank punyaku,” Sava menimpali karena daya baterai ponselnya

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-04
  • Secret Romance   Part 11

    Menyesal. Takut. Tentu saja Sandara didera oleh kedua perasaan tersebut. Bahkan, saat ini sangat berkecamuk di hati dan memenuhi pikirannya. Namun, sayangnya kedua perasaan tersebut kalah dengan rasa sakit hati yang menghantam harga diri dan martabatnya sebagai seorang perempuan. Walau berdosa karena telah melakukan perbuatan terlarang, tapi tetap saja Sandara masih memiliki harga diri. Betapa hina dan liciknya Sandara di mata Levin yang telah menuduhnya menjebak laki-laki tersebut dengan memasukkan obat ke dalam minuman hanya agar bisa menghabiskan malam bersama. Gara-gara tuduhan tersebut, hatinya tersayat sangat dalam sehingga menghadirkan rasa perih dan nyeri yang teramat menyakitkan. Kehilangan mahkotanya sebagai perempuan memang membuatnya sangat terpukul, karena hal tersebut menandakan bahwa ia telah lalai dalam menjaga dirinya sendiri. Pemikiran tersebut pun tidak patut dicontoh untuk membenarkan keadaan yang telah dialaminya. Namun jika kehilangan harga diri dan martabatnya, m

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-03
  • Secret Romance   Part 12

    Sandara dan Levin berjalan menuju vila dengan aksi saling diam. Lebih tepatnya Sandara yang kembali tidak menganggap keberadaan Levin. Kini tidak ada lagi rasa kagum yang menggebu dari perempuan tersebut kepada dosen idolanya itu. Malah kekaguman tersebut seketika telah berubah drastis menjadi sebuah kebencian. “Saya serius akan menikahimu,” Levin akhirnya lebih dulu membuka suara tanpa basa-basi. Berhubung jarak vila masih cukup jauh, jadi ia ingin menyelesaikan urusannya dengan Sandara terlebih dulu. Sandara dengan jelas mendengar perkataan Levin yang berjalan tidak jauh di belakangnya, tapi ia lebih memilih untuk menulikan telinganya. “Sandara!” panggil Levin dengan nada dalam dan penuh penekanan karena Sandara mengabaikan perkataannya. Sandara tetap menulikan telinganya dan melanjutkan langkah kakinya dengan santai. Sedikit pun ia tidak menghiraukan panggilan Levin, meski intonasi laki-laki tersebut sudah terdengar kurang bersahabat di telinganya. Levin berdecak kesal karena S

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-03
  • Secret Romance   Part 13

    Barry melupakan perkataan Levin yang sempat mengingatkannya agar tidak menyuruh seorang perempuan menggantikannya menyetir ketika tengah menempuh perjalanan jauh. Sebelum meninggalkan restoran tempat mereka menikmati makan siang, Barry meminta kepada Sandara untuk menggantikannya menyetir. Awalnya Sandara menolak karena ia sedikit mengantuk, tapi Barry mengatakan hanya sebentar saja, akhirnya perempuan tersebut pun menyanggupinya walau dengan setengah hati dan perasaan kesal. Sandara tidak mengada-ada ketika mengatakan mengantuk kepada Barry, apalagi ia tidak sempat tidur lagi setelah terbangun di kamar Levin dalam keadaan tanpa busana. Di dalam mobil lain, Levin berdecak kesal sambil menggeleng ketika melihat kuda besi milik Barry dikendarai oleh Sandara. Saat ini mobil Levin masih dikemudikan oleh Deni. Bukan Levin yang sengaja meminta, melainkan Deni sendiri yang menawarkan jasanya. Dengan bergabungnya Deni bersamanya, suasana di dalam mobilnya terasa lebih hidup. Ia menjadi mempun

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-03

Bab terbaru

  • Secret Romance   Part 37 – The End

    Sudah sebulan hubungan Sandara dan Levin tidak lagi sebatas menjadi orang tua untuk Stella. Sejak Levin mengatakan bersedia membuka hati untuk Sandara, kini hubungan suami istri yang mereka jalani sudah melibatkan hati. Walau Levin masih berusaha menerima sepenuhnya cinta yang diberikan oleh Sandara, tapi laki-laki tersebut sudah tidak terlalu canggung atau kaku ketika berinteraksi dengan sang istri yang kini juga sebagai kekasihnya. Rumah tangga mereka pun kini terasa lebih hidup dan berwarna dibandingkan sebelumnya, apalagi dengan perkembangan Stella yang sungguh mengagumkan. Di usia Stella yang kini telah menginjak tujuh bulan, batita mungil tersebut sudah mulai belajar berdiri. Selain itu, Stella juga sudah bisa memanggil orang tuanya walau hanya sebatas sebutan singkat. Sandara membawa beberapa potong cake yang dibeli setelah makan malam oleh Barry ke ruang keluarga untuk mereka nikmati bersama. Hari ini sahabat sekaligus adik iparnya tersebut ikut makan malam bersamanya dan Levi

  • Secret Romance   Part 36

    Memenuhi permintaan Dianti, akhirnya Levin mengajak Sandara dan Stella menginap di kediaman orang tuanya. Usai membicarakan urusan bisnis dengan Gibran di ruang kerja sang papa setelah mereka makan malam bersama yang lainnya, Levin memasuki kamarnya untuk beristirahat menyusul istri dan anaknya. Saat membuka pintu, Levin langsung disambut oleh keadaan kamar yang pencahayaannya sudah tidak terlalu terang karena lampu utama telah dipadamkan. Setelah berada di dalam kamar, Levin tidak melihat Sandara berbaring di atas ranjang mereka seperti dugaannya. Ketika Levin menoleh ke arah balkon, ia melihat Sandara tengah berdiri di sana seraya memeluk tubuhnya sendiri melalui pintu penghubung yang tirainya tidak tertutup sempurna. Sebelum menghampiri Sandara, terlebih dulu Levin melihat sekaligus memastikan Stella yang masih terlelap di dalam box bayinya. Sandara langsung menoleh ketika mendengar suara pintu di belakangnya terbuka. “Stella bangun, Kak?” tanyanya saat melihat Levin berjalan ke ar

  • Secret Romance   Part 35

    Walau sudah dua hari berlalu, tapi Levin masih bersikap tak acuh kepada Sandara. Interaksi keduanya pun kini tidak seakrab dulu dan hal tersebut membuat Sandara semakin merasa bersalah. Sandara mengerti jika Levin masih kesal sekaligus kecewa terhadapnya karena tindakan lancangnya, ia pun mencoba menerima konsekuensinya dengan lapang dada. Sejak pulang dari kantor tadi, Levin mengabaikan Sandara. Jika pun Sandara bertanya, Levin hanya menanggapi seadanya dengan nada datar. Makan malam yang biasanya mereka selingi dengan obrolan ringan pun menjadi hening. Ketika tadi Sandara mencoba membuka obrolan basa-basi dengan menceritakan tingkah Stella hari ini, Levin terlihat tidak tertarik. Suaminya tersebut hanya menanggapi ucapannya dengan tak acuh. Sandara juga sempat beranggapan bahwa Levin sengaja makan sedikit supaya suaminya tersebut tidak perlu berlama-lama berada di dekatnya. Bukan hanya itu, Sandara juga menduga jika Levin tidak mau memakan masakan yang sudah dibuatnya. Sandara kelu

  • Secret Romance   Part 34

    Setibanya di dalam rumah Levin langsung mencari Sandara di kamar mereka seperti yang tadi diberitahukan oleh Mirna yang sedang menyiram tanaman di halaman depan. Ketika membuka pintu kamar, Levin langsung disambut oleh suara Sandara yang sedang mengajak Stella bercengkerama dari arah kamar mandi. Biasanya ucapan Sandara hanya ditanggapi dengan gumaman tak jelas oleh putri semata wayang mereka. Tanpa membuang waktu lagi, Levin bergegas melangkahkan kakinya menuju kamar mandi karena ia tidak mau melewatkan ekspresi menggemaskan wajah Stella ketika sedang mendengarkan orang mengajaknya berinteraksi. Terlebih ketika Stella tersenyum manis dan tertawa renyah saat merespons perkataan yang ditujukan padanya. “Ternyata anaknya Papa yang paling cantik ini masih mandi,” Levin berkata setelah berdiri di depan kamar mandi yang pintunya sengaja tidak ditutup oleh Sandara. Levin menggulung lengan kemejanya sebatas siku sambil berjalan menghampiri Sandara yang masih memandikan Stella. Walau cukup t

  • Secret Romance   Part 33

    Sandara menyelesaikan makan siangnya terlebih dulu daripada Dianti dan Barry, sebab Stella yang tadi ia letakkan pada baby bouncer sudah mulai menangis karena haus. Sandara juga meminta izin kepada ibu mertua dan adik iparnya tersebut untuk ke kamar karena ia ingin menyusui sekaligus menidurkan Stella. Sandara yang tengah duduk di atas ranjang sambil menyusui Stella dan bersenandung kecil, menoleh ketika mendengar ponselnya di permukaan nakas berbunyi. Sandara mengangsurkan sebelah tangan yang tadi digunakan menepuk lembut paha Stella untuk mengambil benda pipih tersebut. “Ternyata Papamu yang menelpon, Nak. Pasti Papamu sudah merindukanmu,” ucap Sandara kepada Stella yang masih terjaga, seolah putrinya tersebut mengerti yang ia katakan. “Halo, Kak,” Sandara menjawab panggilan Levin sambil tetap menatap wajah putrinya. “Sudah makan siang?” Levin bertanya sambil memainkan pena di tangannya. “Sudah, Kak. Kebetulan hari ini Mama dan Barry berkunjung, jadi kita makan siang bersama. Kak

  • Secret Romance   Part 32

    Di tengah-tengah kebahagiaan Sandara atas kelahiran putrinya, di sudut hatinya yang lain ia merasakan kesedihan karena pesan singkat yang sengaja dirinya kirimkan kepada orang tuanya hingga kini belum juga mendapat tanggapan. Setelah menghadiri acara pernikahannya dan Levin, Sandara memang sudah tidak ada komunikasi lagi dengan orang tuanya. Bukan Sandara yang tidak mau berinteraksi, melainkan orang tuanya sendiri yang memutuskan untuk tidak menjalin komunikasi lagi dengannya. Beberapa bulan setelah berstatus sebagai seorang istri dan menjadi bagian dari keluarga Adyatama, Sandara pernah menghubungi orang tuanya, sayangnya pasangan Baskara tersebut mengabaikannya. Setiap kali Sandara menghubungi telepon rumah orang tuanya, yang menjawab selalu Bibi Puspa atau Asti. Walau Sandara kecewa, tapi ia tetap menanyakan kabar orang tuanya tersebut kepada Bibi Puspa atau Asti. Sandara bisa menyembunyikan kesedihan yang dirasakannya dari kedua mertua dan adik iparnya, tapi ia tidak perlu melakuka

  • Secret Romance   Part 31

    Perjuangan panjang sekaligus melelahkan Sandara melahirkan sang anak membuat Levin sangat terharu. Bahkan, Levin sampai menitikkan air mata karena saking terharunya. Tepat jam dua pagi Sandara telah melahirkan anaknya yang berjenis kelamin perempuan melalui proses persalinan normal. Sejak membawa Sandara ke rumah sakit kemarin sore karena kontraksi yang dialaminya berkelanjutan, Levin sedikit pun tidak pernah meninggalkan istrinya tersebut. Levin selalu setia ada di dekat Sandara. Bahkan, Levin seperti ikut merasakan kesakitan Sandara setiap kali kontraksi menghampiri istrinya tersebut. Saat Sandara dipindahkan ke ruang bersalin, Levin juga meminta kepada Dokter Fitri untuk diizinkan ikut masuk agar ia bisa menemani sekaligus menyaksikan langsung kelahiran anaknya. Saat ini Sandara sedang duduk setengah bersandar di atas ranjang pasien. “Kakak tidak ke kantor?” tanyanya kepada Levin yang tengah menimang putri mereka. “Saya tidak apa-apa ditinggal, Kak. Sebentar lagi juga Mama datang d

  • Secret Romance   Part 30

    Bukan tindakan yang mudah bagi Levin dalam membujuk dan meyakinkan Dianti mengenai kepindahannya bersama Sandara ke apartemen. Tentu saja Levin mengetahui jelas alasan utama Dianti sulit mengizinkannya membawa Sandara pindah ke apartemen. Setelah Sandara turun tangan ikut membujuk dan meyakinkan Dianti, akhirnya keinginan Levin pun dikabulkan oleh wanita paruh baya yang sangat dihormati sekaligus disayanginya tersebut. Kini sudah dua bulan Levin dan Sandara tinggal hanya berdua di apartemen. Walau sudah tinggal terpisah, tapi Dianti sering datang ke apartemen Levin terutama ketika jam makan siang tiba. Kadang Dianti juga menyuruh sopir menjemput Sandara ke apartemen untuk datang ke kafenya dan mengajak menantunya tersebut makan siang bersamanya. Bukan hanya Dianti, Barry juga sering datang ke apartemen Levin bersama Ranty jika mereka sedang tidak ada jam kuliah. Tentu saja sebelumnya Barry sudah meminta izin dulu kepada Levin, mengingat saat ini status Sandara tidak hanya menjadi saha

  • Secret Romance   Part 29

    Sepulangnya keluarga Saguna dari kediaman Adyatama, Sandara langsung meminta maaf kepada mertuanya atas kelancangannya tadi. Sebelum meninggalkan kediaman Adyatama, Firman dan Jihan juga sempat meminta maaf sedalam-dalamnya kepada Sandara atas perbuatan tidak terpuji yang telah dilakukan oleh Dinda selaku keponakan mereka. Sandara tidak memberikan maaf karena bukan Firman dan Jihan yang berbuat jahat padanya, meski Dinda adalah anggota keluarga mereka juga. Bagi Sandara, siapa yang telah berani melakukan perbuatan jahat, maka orang tersebutlah yang harus bertanggung jawab dan meminta maaf. Apalagi jika tindak kejahatan tersebut sudah direncanakan dan dilakukan secara sengaja. Setelah Levin memberikan penegasan kepada Sava tentang statusnya kini, perempuan tersebut tidak ada bersuara lagi. Sandara juga telah melupakan dimsum yang dipesannya. Malam ini Sandara tidur tidak menempel dengan Levin seperti biasanya. Posisi tidur Sandara saat ini berbaring menyamping dan memunggungi Levin. Ba

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status